Tag: VisualEditorSuntingan perangkat selulerSuntingan peramban selulerSuntingan seluler lanjutan
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 15:
==Fonologi==
Bahasa Proto-Melayik mempunyai 19 konsonan dan 4 vokal. Konsonan lelangit (kecuali ''*y'') dan letupan bersuara (*b, *d, *j, *ɡ) tidak dapat mengakhiri suatu kata, dan juga bahasa ini. hanya membolehkan rangkaianRangkaian konsonan yang dibolehkan berupa sengau-letupan yang homorganik (keduanya berada di letak pengucapan yang sama) sertakecuali rangkaian konsonan ''*ŋs''. Walau demikian, fonotaktik tersebut tak berlaku dalam pengimbuhan. Adelaar mencantumkan bunyi ''*t'' sebagai konsonan gigi, bukan rongga-gigi.{{sfn|Adelaar|1992|p=102}} Hentian celah suara ''*ʔ'', yang mana hanya terjadi di akhir kata, adalah konsonan yang paling baik dijaga dalam bahasa Iban, walau tidak ditunjukkan lasngsung dalam penulisan (Bahasa Iban ''pakuʔ'', Bahasa Melayu ''paku'' ← ''*pakuʔ'').{{sfn|Adelaar|1992|p=63}}
{|class="wikitable"
Baris 122:
* Sisa-sisa vokal ''*ə'' di bahasa [[Bahasa Banjar|Banjar]] dan [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]] umumnya digabung dengan vokal ''a'' {{sfn|Adelaar|1992|pp=40}}
* Struktur bunyi ''*-aba-'' hanya dipertahankan dalam [[bahasa Iban]], dan diubah menjadi ''*-awa-'' di bahasa Melayik lainnya (''*laban'' > ''*lawan'' "lawan").{{sfn|Adelaar|1992|pp=75}}
* Vokal ''*a'' di akhir kata kebanyakan masih dipertahankan di bahasa-bahasa Melayik di Borneo (terkecuali di bagian barat), tetapi di Sumatra atau Semenanjung Malaya, vokal tersebut bermutasi ke vokal lain, yaitu vokal {{IPA|/ə/}}, {{IPA|/o/}}, {{IPA|/e/}}, atau bahkan setinggi vokal {{IPA|/ɨ/}} dan {{IPA|/u/}}. Hasilnya berbeda-beda di setiap dialek. Uri Tadmor menyatakanmengklaim bahwa perubahan ini disebabkan oleh pengaruh [[bahasa Jawa]].<ref>{{cite book |last=Tadmor |first=Uri |year=2003 |chapter=Final /a/ mutation: a borrowed areal feature in Western Austronesia|editor-first=John |editor-last=Lynch |pages=15–36 |series=Pacific Linguistics 550 |location=Canberra |publisher=Pacific Linguistics, Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University |chapter-url=https://openresearch-repository.anu.edu.au/bitstream/1885/146173/1/PL-550.pdf|title=Issues in Austronesian historical phonology}}</ref> Pengecualian jelas untuk perubahan ini adalah [[bahasa Haji]] di SulawesiSumatera Selatan, yang masih mempertahankan vokal ''*a'' di letak tersebut.<ref>{{cite book|last=Anderbeck|first=Karl|chapter-url=https://www.researchgate.net/publication/324494558_Haji_One_language_from_twelve_A_brief_description_of_an_interesting_Malay_dialect_in_South_Sumatra|chapter=Haji: One language from twelve? A brief description of an interesting Malay dialect in South Sumatra|title=Reflections in Southeast Asian seas: Essays in honour of Professor James T. Collins: Book II|pp=51–91|year=2007}}</ref>