Bathara Katong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anashir (bicara | kontrib)
baru
 
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
k Membalikkan revisi 26353601 oleh Zulf (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(56 revisi perantara oleh 32 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[['''Bathara Katong''' atau '''Joko Pitutur''' atau '''Joko Piturun''' atau '''Haryo Harak Kali''' ({{lang-jv|Batoro Katong]]}} / ꧋ꦧꦠꦫꦏꦠꦺꦴꦁ) adalah pendiri [[Kabupaten Ponorogo]] dan juga merupakan Adipati[[adipati]] pertama Ponorogo.di [[BatoroKabupaten KatongPonorogo|Ponorogo]] merupakansebagai utusanbawahan KerajaanMajapahit. DemakBhatara untukKatong menyebarkanmerupakan IslamPutra didari Ponorogo[[Kertabhumi|Brawijaya v]].
==Asal-usul Batoro Katong==
[[Batoro Katong]], memiliki nama Asli '''Lembu Kanigoro''', tidak lain adalah salah seorang putra Prabu [[Brawijaya]] V dari selir yakni Putri Campa yang beragama [[Islam]]. Berdasarkan catatan sejarah keturunan benerasi ke-126 beliau yaitu Ki Padmosusastro, disebutkan bahwa Batoro Katong dimasa kecilnya bernama '''Raden Joko Piturun''' atau disebut juga '''Raden Harak Kali'''. Beliau adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya V dari ''garwo pangrambe'' (selir yang tinggi kedudukannya).
 
== Riwayat Hidup ==
Mulai redupnya kekuasaan Majapahit, saat kakak tertuanya, Lembu Kenongo yang berganti nama sebagai [[Raden Patah]], mendirikan kesultanan Demak Bintoro. '''Lembu Kanigoro''' mengikut jejaknya, untuk berguru di bawah bimbingan [[Wali Songo]] di Demak. Prabu Brawijaya V yang pada masa hidupnya berusaha diislamkan oleh Wali Songo, para Wali Islam tersebut membujuk Prabu Brawijaya V dengan menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya.
 
=== Asal usul ===
Walaupun kemudian Prabu Brawijaya sendiri gagal untuk diislamkan, tetapi perkawinannya dengan putri Campa mengakibatkan meruncingnya konflik politik di Majapahit. Diperistrinya putri Campa oleh Prabu Brawijaya V memunculkan reaksi protes dari elit istana yang lain. Sebagaimana dilakukan oleh seorang punggawanya bernama Pujangga Anom Ketut Suryongalam yang kemudian dikenal sebagai Ki Ageng Kutu. Seorang penganut Hindu, yang berasal dari Bali. Ki Ageng Kutu kemudian menciptakan sebuah seni Barongan, yang kemudian disebut [[Reog (Ponorogo)|Reog]]. Dan Reog tidak lain merupakan simbol kritik Ki Ageng Kutu terhadap raja Majapahit (disimbolkan dengan kepala harimau), yang ditundukkan dengan rayuan seorang perempuan/Putri Campa (disimbolkan dengan dadak merak).
[[BatoroBathara Katong]], memiliki nama Asliasli '''Lembu Kanigoro''', tidak lain adalah salah seorang putra Prabu [[Brawijaya]] Vatau [[Bhre Kertabhumi]] dari selirselirnya yakniyaitu [[Putri Campa]] yang beragama [[Islam]]. Berdasarkan catatan sejarah keturunan benerasigenerasi ke-126 beliauia yaitu Ki Padmosusastro, disebutkan bahwa BatoroBathara Katong dimasa kecilnya bernama '''Raden Joko Piturun''' atau disebut juga '''Raden Harak Kali'''. BeliauIa adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya V dari ''garwo pangrambe'' (selir yang tinggi kedudukannya).
 
Mulai redupnya kekuasaan [[Majapahit,]] dan saat kakak tertuanya, Lembu Kenongo yang berganti nama sebagaimenjadi [[Raden Patah]], mendirikan kesultanan[[Kesultanan Demak|Kesultanan Demak Bintoro.]], '''Lembu Kanigoro''' mengikut jejaknya,jejak kakaknya untuk berguru di bawah bimbingan [[Wali Songo]] di [[Demak. Prabu Brawijaya V yang pada masa hidupnya berusaha diislamkan oleh Wali Songo, para Wali Islam tersebut membujuk Prabu Brawijaya V dengan menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya]].
==Pertarungan dengan Ki Ageng Kutu==
Upaya Ki Ageng Kutu untuk memperkuat Basis di Ponorogo (Wengker) dianggap sebagai ancaman oleh kekuasaan Majapahit dan kasultanan Demak. Sunan Kalijaga, bersama muridnya Kiai Muslim (atau Ki Ageng Mirah) mencoba melakukan investigasi terhadap keadaan Ponorogo, dan mencermati kekuatan-kekuatan yang paling berpengaruh di Ponorogo. Dan mereka menemukan Demang Kutu sebagai penguasa paling berpengaruh saat itu. Demi kepentingan ekspansi kekuasaan dan Islamisasi, penguasa Demak mengirimkan seorang putra terbaiknya yakni yang kemudian dikenal luas dengan Batoro Katong dengan salah seorang santrinya bernama Selo Aji dan diikuti oleh 40 orang santri senior yang lain.
 
=== Pertarungan dengan Ki Ageng Kutu ===
Raden Katong akhirnya sampai di wilayah Wengker, lalu kemudian memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman, yaitu di Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan. Saat Batoro Katong datang memasuki Ponorogo, kebanyakan masyarakat Ponorogo adalah penganut Hindu, Budha, animisme dan dinamisme. Setelah Batoro Katong memasuki Ponorogo terjadilah pertarungan antara Batoro Katong dengan Ki Ageng Kutu. Ditengah kondisi yang sama sama kuat, Batoro Katong kehabisan akal untuk menundukkan Ki Ageng Kutu. Kemudian dengan akal cerdasnya Batoro Katong berusaha mendekati putri Ki Ageng Kutu yang bernama Niken Gandini, dengan di iming-imingi akan dijadikan istri. Niken Gandini dimanfaatkan Batoro Katong untuk mengambil pusaka Koro Welang, sebuah pusaka pamungkas dari Ki Ageng Kutu. Pertempuran berlanjut dan Ki Ageng Kutu menghilang, pada hari Jumat Wage di sebuah pegunungan di daerah Wringinanom Sambit Ponorogo. Tempat menghilangnya Ki Ageng Kutu disebut dengan Gunung Bacin, terletak di daerah Bungkal. Batoro Katong kemudian, mengatakan bahwa Ki Ageng Kutu akan moksa dan terlahir kembali di kemudian hari. Hal ini mungkin dilakukan untuk meredam kemarahan warga atas meninggalnya Ki Ageng Kutu.
Prabu Brawijaya pada masa hidupnya berusaha diislamkan oleh Wali Songo, para Wali Islam tersebut membujuk Prabu Brawijaya dengan menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya. Walaupun kemudian Prabu Brawijaya sendiri gagal untuk diislamkan, tetapi perkawinannya dengan putri Campa mengakibatkan meruncingnya konflik politik di Majapahit. Diperistrinya putri Campa oleh Prabu Brawijaya V memunculkan reaksi protes dari elit istana yang lain. Sebagaimana dilakukan oleh seorang punggawanya bernama Pujangga Anom Ketut Suryongalam yang kemudian dikenal sebagai [[Ki Ageng Kutu. Seorang penganut Hindu]], yang berasal dari Bali. Ki Ageng Kutu kemudian menciptakan sebuah seni Barongan, yang kemudian disebut [[Reog (Ponorogo)|Reog]]. Dan Reog tidak lain merupakan simbol kritik Ki Ageng Kutu terhadap raja Majapahit (disimbolkan dengan kepala harimau), yang ditundukkan dengan rayuan seorang perempuan/Putri Campa (disimbolkan dengan dadak merak).
 
Upaya Ki Ageng Kutu untuk memperkuat Basis di Ponorogo (Wengker) dianggap sebagai ancaman oleh kekuasaan Majapahit dan kasultananKesultanan Demak. Sunan Kalijaga, bersama muridnya Kiai Muslim (atau Ki Ageng Mirah) mencoba melakukan investigasi terhadap keadaan Ponorogo, dan mencermati kekuatan-kekuatan yang paling berpengaruh di Ponorogo. Dan mereka menemukan Demang Kutu sebagai penguasa paling berpengaruh saat itu. Demi kepentingan ekspansi kekuasaan dan Islamisasi, penguasa Demak mengirimkan seorang putra terbaiknya yakni yang kemudian dikenal luas dengan BatoroBathara Katong dengan salah seorang santrinya bernama Selo Aji dan diikuti oleh 40 orang santri senior yang lain.
Setelah Ki Ageng Kutu menghilang, Batoro Katong mengumpulkan rakyat Ponorogo dan berpidato bahwa dirinya tidak lain adalah Batoro, manusia setengah dewa. Hal ini dilakukan, karena Masyarakat Ponorogo masih mempercayai keberadaan dewa-dewa, dan Batara.
 
Raden Katong akhirnya sampai di wilayah Wengker, lalu kemudian memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman, yaitu di Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, [[Jenangan, Ponorogo|Kecamatan Jenangan]]. Saat BatoroBathara Katong datang memasuki Ponorogo, kebanyakan masyarakat Ponorogo adalah penganut Hindu, BudhaBuddha, animisme dan dinamisme. Setelah BatoroBathara Katong memasuki Ponorogo terjadilah pertarungan antara BatoroBathara Katong dengan Ki Ageng Kutu. DitengahDi tengah kondisi yang sama sama kuat, BatoroBathara Katong kehabisan akal untuk menundukkan Ki Ageng Kutu. Kemudian dengan akal cerdasnya BatoroBathara Katong berusaha mendekati putri Ki Ageng Kutu yang bernama [[Niken Gandini]], dengan di iming-imingi akan dijadikan istri. Niken Gandini dimanfaatkan BatoroBathara Katong untuk mengambil pusaka Koro Welang, sebuah pusaka pamungkas dari Ki Ageng Kutu. Pertempuran berlanjut dan Ki Ageng Kutu menghilang, pada hari Jumat Wage di sebuah pegunungan di daerah Wringinanom Sambit Ponorogo. Tempat menghilangnya Ki Ageng Kutu disebut dengan Gunung Bacin, terletak di daerah Bungkal[[Sambit, Ponorogo|Sambit.]] BatoroBathara Katong kemudian, mengatakan bahwa Ki Ageng Kutu akan moksa dan terlahir kembali di kemudian hari. Hal ini mungkin dilakukan untuk meredam kemarahan warga atas meninggalnya Ki Ageng Kutu.
==Pendirian Ponorogo==
Pada tahun 1486, hutan dibabat atas perintah Batoro Katong. Banyak gangguan dari berbagai pihak, termasuk makhluk halus yang datang. Namun, karena Bantuan warok dan para prajurit Wengker, akhirnya pekerjaan membabat hutan itu lancar.
 
Setelah Ki Ageng Kutu menghilang, BatoroBathara Katong mengumpulkan rakyat Ponorogo dan berpidato bahwa dirinya tidak lain adalah Batoro, manusia setengah dewa. Hal ini dilakukan, karena Masyarakat Ponorogo masih mempercayai keberadaan dewa-dewa, dan Batara.
Setelah hutan selesai dibabat, bangunan-bangunan didirikan sehingga penduduk pun berdatangan. Setelah menjadi sebuah Istana kadipaten, Batara Katong kemudian memboyong permaisurinya, yakni Niken Sulastri, sedang adiknya, Suromenggolo, tetap di tempatnya yakni di Dusun Ngampel. Oleh Katong, daerah yang baru saja dibangun itu diberi nama Prana Raga yang berasal atau diambil dari sebuah Babad legenda "Pramana Raga". Menurut cerita rakyat yang berkembang secara lisan, Pono berarti Wasis, Pinter, Mumpuni dan Raga artinya Jasmani. sehingga kemudian dikenal dengan nama Ponorogo.
 
== Pendirian Ponorogo ==
Batoro Katong kemudian menjadi Adipati di Ponorogo. Menurut ''Handbook of Oriental History'' hari wisuda Batoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo yaitu pada hari Ahad Pon tanggal 1 Bulan Besar tahun 1418 Saka, bertepatan dengan Tanggal 11 Agustus 1496 atau 1 Dzulhijjah 901 Hijriyah. Selanjutnya tanggal 11 Agustus ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo.
Pada tahun 1486, hutan dibabat atas perintah BatoroBathara Katong. Banyak gangguan dari berbagai pihak, termasuk makhluk halus yang datang. Namun, karena Bantuan warok dan para prajurit Wengker, akhirnya pekerjaan membabat hutan itu lancar.
 
Setelah hutan selesai dibabat, bangunan-bangunan didirikan sehingga penduduk pun berdatangan. Setelah menjadiistana sebuahkadipaten Istana kadipatendidirikan, Batara Katong kemudian memboyong permaisurinya, yakni Niken SulastriGandhini ke istana kadipaten, sedang adiknya, [[Suromenggolo,]] tetap di tempatnya yakni di Dusun Ngampel. Oleh Katong, daerah yang baru saja dibangun itu diberi nama Prana Raga yang berasal atau diambil dari sebuah Babad legenda "''Pramana Raga''". Menurut cerita rakyat yang berkembang secara lisan, Pono berarti Wasis, Pinter, Mumpuni dan Raga artinya Jasmani. sehingga kemudian dikenal dengan nama Ponorogo.
Kesenian Reog yang menjadi seni perlawanan masyarakat Ponorogo mulai di eliminasi dari unsur-unsur pemberontakan, dengan menampilkan cerita fiktif tentang Kerajaan Bantar Angin sebagai sejarah reog. Para punggawa dan anak cucu Batoro Katong, inilah yang kemudian mendirikan pesantren-pesantren sebagai pusat pengembangan agama Islam.
 
BatoroBathara Katong kemudian menjadi Adipati di Ponorogo. Menurut ''[[Handbook of Oriental History]]'' hari wisuda BatoroBathara Katong sebagai [[Adipati]] [[Kadipaten Ponorogo]] yaitu pada hari Ahad Pon tanggal 1 Bulan Besar tahun 1418 Saka, bertepatan dengan Tanggal 11 Agustus 1496 atau 1 Dzulhijjah 901 Hijriyah. Selanjutnya tanggal 11 Agustus ditetapkan sebagai [[Hari Jadi Kabupaten Ponorogo]].
==Pemakaian nama Batoro Katong==
Nama Batoro Katong diabadikan sebagai nama stadion dan sebuah jalan utama Ponorogo.
 
Kesenian [[Reog]] yang menjadi seni perlawanan masyarakat Ponorogo mulai di eliminasidihilangkan dari unsur-unsur pemberontakan, dengan menampilkan cerita fiktif tentang [[Kerajaan Bantar AnginBantarangin]] sebagai sejarah reogReog. Para punggawa dan anak cucu BatoroBathara Katong, inilah yang kemudian mendirikan pesantren-pesantren sebagai pusat pengembangan agama Islam.
==Lihat pula==
 
* [[Kabupaten Ponorogo]]
== Pemakaian nama BatoroBathara Katong ==
Nama BatoroBathara Katong diabadikan sebagai nama stadion dan sebuah jalan utama Ponorogo.
 
== Lihat pula ==
* [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]]
* [[Reog Ponorogo]]
 
== Pranala luar ==
* [http://books.google.co.id/books?id=2QSyNBRJJhQC&pg=PA14&lpg=PA14&dq=Bathara+Katong&source=bl&ots=1aVXW9FUzq&sig=WbT-aDXnIevRIJh3bksBPd1FawI&hl=id&ei=TTpmTrHsFMGzrAeKwZSjCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CEQQ6AEwBg#v=onepage&q=Bathara%20Katong&f=false Cerita rakyat dari Ponorogo, Jawa Timur]
* [http://www.indonesiaindonesia.com/f/36387-kisah-wali/ Kisah para Wali:BatoroBathara Katong]]
 
{{Topik Ponorogo}}
 
[[Kategori:Kabupaten Ponorogo]]
[[Kategori:Kerajaan Demak]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Ponorogo]]