Bundo Kanduang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
(33 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Multiple image|direction=vertical|align=right|image2=Bundo Kanduang.jpg|image1=Bararak Bako Manjujuang Katidiang.jpg|width2=300|width1=300|footer=Para kaum ibu Minangkabau.}}
'''Bundo Kanduang''' atau dapat diterjemahkan secara kasar ke dalam [[bahasa Indonesia]] sebagai '''Bunda Kandung''', adalah personifikasi etnis Minangkabau sekaligus julukan yang diberikan kepada perempuan sulung atau yang dituakan dalam suatu [[Daftar suku Minangkabau|suku]] (klan). Sebutan bundo kanduang hanya melakat pada seorang perempuan yang sudah berkeluarga.<ref>{{cite journal|title= Bundo Kanduang: (hanya) Pemimpin di Rumah (Gadang)|author= Arifin Zainal|journal= Antropologi Indonesia|volume= 34|number= 2|year= 2013|issn= 1693-167X|page= 125|url= http://journal.ui.ac.id/index.php/jai/article/view/3968|access-date= 2020-11-18|archive-date= 2021-01-24|archive-url= https://web.archive.org/web/20210124195129/http://journal.ui.ac.id/index.php/jai/article/view/3968|dead-url= yes}}</ref><ref name=":0">{{Cite book|last=S|first=Amir M.|date=2007|url=https://books.google.com/books?id=afYMAQAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=masyarakat+adat+minangkabau+terancam+punah&q=masyarakat+adat+minangkabau+terancam+punah&hl=id|title=Masyarakat adat Minangkabau terancam punah|publisher=Mutiara Sumber Widya|isbn=978-979-9331-60-1|pages=48-51|language=id|url-status=live}}</ref>
== Etimologi ==
Secara harfiah, Bundo Kanduang berarti ibu sejati atau ibu
Istri seorang [[Datuk di Minangkabau|datuk]] kadang-kadang juga disebut sebagai ''bundo Kanduang'' untuk tingkat klan atau suku.
▲Secara harfiah Bundo Kanduang berarti ibu sejati atau ibu kanduang tapi secara makna Bundo Kanduang adalah pemimpin wanita di Minangkabau, yang menggambarkan sosok seorang perempuan bijaksana yang membuat adat Minangkabau lestari semenjak zaman sejarah [[Minanga Tamwan]] hingga zaman adat [[Minangkabau]].
Kini, istilah ini sering dipakai sebagai kata ganti untuk perempuan yang sudah berkeluarga secara umum. Pada masa Orde Baru, Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau mendirikan organisasi Bundo Kanduang untuk mengimbangi organisasi wanita lain seperti Himpunan Wanita Karya (HWK).<ref name=":0" />
== Sejarah ==
Sebagian pendapat menyatakan bahwa gelar ini pertama kali diberikan kepada [[Dara Jingga]], seorang putri dari raja [[Tribuanaraja Mauliawarmadewa]] yang dinikahi oleh seorang bangsawan [[Kerajaan Singasari]] pada waktu [[ekspedisi Pamalayu]],
Di [[Lunang]], [[Pesisir Selatan]] [[Sumatera Barat]] sekarang,
▲Sebagian pendapat menyatakan bahwa gelar ini pertama kali diberikan kepada [[Dara Jingga]], seorang putri dari raja [[Tribuanaraja Mauliawarmadewa]] yang dinikahi oleh seorang bangsawan [[Kerajaan Singasari]] pada waktu [[ekspedisi Pamalayu]] tapi pendapat ini tidak mempunyai bukti yang kuat.
Sementara itu di
▲Di [[Lunang]], [[Pesisir Selatan]] [[Sumatera Barat]] sekarang, keturunan Bundo Kanduang dipanggil sebagai [[Mande Rubiah]] yang sudah merupakan turunan ke-7.
▲Sementara itu di kab.Lebong,(Renah Sekalawi), seluruh rakyat suku VIII dan suku IX menuliskan dalam tembo-tembonya secara turun temurun nama rajo mudo yang bermenantukan kemenakannya Dang Tuanku Sutan Remendung sebagai menantunya dengan menikahi putrinya Puti Bungsu setelah melewati pertempuran dengan Imbang Jayo dalam kisah Cindur Mato.Saat ini keturunan Sutan Remendung sudah mencapai urutan ke 22 dan 23 yang tercatat di suku VIII dan suku IX (buku bajo jang te, tiga serangkai,2009, indah sari kencanawati)
== Bundo Kanduang
{{Bagian tanpa referensi}}
Dalam [[kaba Cindua Mato]], Bundo Kanduang adalah seorang ratu yang memerintah di [[Kerajaan Pagaruyung]], mempunyai seorang putra bernama Sutan Rumandung bergelar Dang Tuanku. Ia mempunyai seorang adik laki-laki bergelar Rajo Mudo yang memerintah di daerah rantau timur Minangkabau direnah sekalawi (sekarang kab.lebong) Dan ia mempunyai seorang keponakan (anak dari adik perempuannya bernama Cindua Mato).
Ia naik tahta menjadi raja sepeninggal ayahnya sementara itu saudara laki-lakinya bukanlah figur yang cocok untuk menjadi raja. Diduga ia memerintah di saat terjadinya kevakuman di Pagaruyung (periode sekitar abad 15 - 16). Akibat serangan dari kerajaan di Timur, ia sekeluarga menyingkir ke arah barat daya Pagaruyung yaitu ke Inderapura atau Lunang.Dan menetap disana, dalam pelariannya Sultan Rumandung mempunyai dua anak Sutan Sarduni dan Putri Sariduni.
== Tokoh Bundo Kanduang ==
{{Bagian tanpa referensi}}
[[Rohana Kudus]] dan [[Rahmah El Yunusiyyah]] juga dijuluki sebagai Bundo Kanduang karena ketokohan dan perjuangannya.
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh dalam legenda Minangkabau]]
|