Kerajaan Blambangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
bahasa
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
k Membalikkan revisi 26353612 oleh Zulf (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(314 revisi perantara oleh 55 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
|conventional_long_name =common_name ''Kesultanan = Blambangan''
|common_name native_name = '''Kerajaan Blambangan'''
|native_name continent = Kerajaan Blambangan =
|continent region = moved from Category:Asia to Southeast= Asia
|region image_map = AsiaMataram TenggaraSultanate in Sultan Agung Reign id.svg
|image_map image_map_alt =
| image_map_caption = Blambangan di ujung timur Pulau Jawa ([[Banyuwangi]]) pada abad 16 masa [[Kesultanan Mataram]]
|image_map_alt =
|image_map_caption country =
| religion = [[Hindu]] (resmi)<ref name="Status Resmi agama kerjaan Blambangan"></ref><br>[[Buddha]]<br>[[Islam]]
|country = Indonesia
|religion image_flag = [[Hindu]]<!--Bendera Blambangan.GIF-->
|image_flag image_coat = <!--BenderaLambang Kerajaan Blambangan.GIFjpg-->
|image_coat symbol_type = <!--Lambang Kerajaan Blambangan.jpg--> =
|symbol_type p1 = Kerajaan Majapahit
|p1 s1 = KerajaanHindia MajapahitBelanda
|p2 flag_p1 = Kesultanan Demak
|s1 flag_s1 = Kesultanan Mataram
|flag_p1 year_start = Flag_of_Majapahit.png1478
|flag_p2 year_end = Id-siak1.GIF1768 (dejure) / 1777 (defacto)
|flag_s1 event_start = Flag_of_the_Sultanate_of_Mataram.svg1478, Majapahit Runtuh dan Blambangan Berdiri
|year_start event_end = 1536menjadi wilayah kekuasaan [[Hindia Belanda]]
|year_end event1 = 1580Blambangan mendapat serangan dari Bali
|event_start date_event1 = Ramainya [[Semenanjung Blambangan]] = 1501
| event2 = Batara Wijaya Girindrawardhana Ranawijaya mengungsi ke Panarukan (wilayah Blambangan) setelah Daha dikuasai oleh Demak
|event_end = Wafatnya Ken Dedes
|capital date_event2 = [[Banyuwangi]]1527
| event3 = Blambangan kehilangan Pasuruan dan Pajarakan karena direbut Demak, namun Sultan Trenggana tewas saat berusaha merebut Panarukan
|common_languages = [[Bahasa Osing|Osing]]
|government_type date_event3 = [[Monarki]]1545-1546
|title_leader event4 = ?Mataram menyerang Blambangan
|leader1 date_event4 = [[Prabu Tawang Alun]]1635-1639
|year_leader1 event5 = 1540-1541Perang Saudara di &sup1;Blambangan
|leader2 date_event5 = [[Ki Gusti Ngurah Panji Sakti]]1691-1697
|year_leader2 capital = 1541-1542*[[Semboro, Jember]] (masa 'Mas Sembar')
*[[Lumajang]] (masa 'Bima Koncar')
|leader3 = [[Ken Dedes]]
*[[Kedawung, Jember]] (masa 'Menak Lumpat s/d Wilabrata')
|year_leader3 = 1542-1547
*[[Macanputih, Kabat, Banyuwangi|Macanputih, Banyuwangi]] (masa 'Tawang Alun II')
|footnotes = &sup1; (1475-1478 sebagai bawahan [[Mataram]])
*[[Balambangan, Muncar, Banyuwangi]] (masa 'Prabu Danurejo s/d Pangeran Agung Wilis')
*[[Lateng, Rogojampi, Banyuwangi]] (masa 'IGNK Dewa Kabakaba')
| common_languages = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]], [[Bahasa Osing|Osing]]
| government_type = [[Monarki]]
| title_leader = Menak/Gusti/Susuhunan/Prabu
| leader1 = Mas Sembar
| year_leader1 = 1478-1489
| leader2 = Bima Koncar
| year_leader2 = 1489-1501
| leader3 = Menak Pentor
| year_leader3 = 1501-1531
| leader4 = Menak Pangseng
| year_leader4 = 1531-1546
| leader5 = Menak Pati
| year_leader5 = 1546-1601
| leader6 = Menak Lumpat
| year_leader6 = 1601-1633
| leader7 = Menak Seruyu / Tawang Alun I
| year_leader7 = 1633-1647
| demonym =
| area_km2 = 5000
| area_rank =
| GDP_PPP =
| GDP_PPP_year =
| HDI =
| HDI_year =
| today =
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Kerajaan Blambangan''' atau '''Balambangan''' atau '''Belambangan''' adalah sebuah [[kerajaan]] yang berpusatberada di Ujung paling timur pulauTimur [[Pulau Jawa]]. [[Karena berbagai sebab Kerajaan Blambangan]] dianggapmemiliki sebagaipusat kerajaanpemerintahan bercorakyang Hinduberpindah-pindah terakhirke beberapa titik di [[Pulausekitar Jawa]]Tapal Kuda. Kerajaan Blambangan diperintah oleh raja-raja keturunan dinasti Rajasa Majapahit.
 
Blambangan dulunya pernah menjadi bagian dari wilayah Lamajang Tigangjuru yang dipimpin oleh [[Arya Wiraraja]] dan Pu Nambi tahun 1293-1316. Lamajang Tigangjuru beribukota di Lamajang ([[Lumajang]]). Selain Blambangan, dua Juru (kadipaten) lainnya adalah Sadeng (di [[Puger, Jember]]), dan Keta (di [[Besuki, Situbondo]]).
Di abad ke-16, satu-satunya kerajaan Islam yang berarti di Jawa Timur adalah [[Pasuruan]]. Daerah lain masih dipimpin penguasa yang beragama Hindu. Kemungkinan besar terjadi perang antara [[Pasuruan]] dan [[Blambangan]] pada tahun 1540-an, 1580-an dan 1590-an. Rupanya pada tahun [[1600]] atau [[1601]] ibukota [[Blambangan]] ditaklukkan.
 
Namun karena tidak terlibat dalam Perang Nambi (1316) dan Perang Sadeng-Keta (1318), maka oleh Prabu Jayanagara, raja kedua Majapahit, daerah ini dianugerahi status sebagai ''Perdikan [[Sima]]''.
Menurut ''[[babad]]'' Jawa dan juga penulis Belanda [[François Valentyn]], pada abad ke-17, Blambangan adalah bawahan [[Surabaya]], namun hal ini diragukan. Yang jelas, [[Sultan Agung]] dari [[Mataram II|Mataram]] (bertahta [[1613]]-[[1646]]), yang menyerang Blambangan tahun [[1633]], tidak pernah dapat menaklukkannya.
 
Tahun 1352 Balambangan bersama Pasuruan, Sumbawa, dan Bali mendapat Adipati baru dari trah Kepakisan Kediri. Adipati Blambangan pertama itu bernama '''Sira Dalem Sri Bima Chili Kepakisan''' (1352-1406).
Tahun 1697 Blambangan ditaklukkan oleh [[I Gusti Anglurah Panji Sakti]], raja [[Buleleng]] di Bali Utara, mungkin dengan bantuan [[Surapati]] Raja Blambangan [[Prabu Tawang Alun]] dikalahkan dan untuk sementara [[Ki Gusti Ngurah Panji Sakti]] menunjuk perwakilannya untuk memerintah Blambangan sementara, [[I Gusti Anglurah Panji Sakti]] memberikan kepada Cokorda Agung [[Mengwi]] untuk menguasai Kerajaan Blambangan setelah menikah dengan putri Raja [[Mengwi]] tersebut.
 
Ketika Kerajaan Patron-nya, [[Majapahit]], runtuh akibat pemberontakan [[Sang Muggwing Jinggan]] dan saudara-saudaranya tahun [[1478]] dan raja Singhawikramawardhana Dyah [[Suraprabhawa]] (1466-1478) gugur di istana, lalu Pada tahun 1478 pemerintahan dilanjutkan Oleh Prabu Brawijaya Bhre Kertabhumi kemudian Bhre Daha / Girindrawardana Ranawijaya melakukan pemberontakan lalu Ibukota Kerajaan Majapahit dipindahkan Ke Kediri / Dahanapura ,maka kerajaan-kerajaan vasal Majapahit seperti [[Kesultanan Demak]], [[Kerajaan Bali]], [[Kadipaten Surabaya]], [[Kesunanan Giri]], [[Kesultanan Cirebon]], [[Kerajaan Blambangan]], dll memilih menjalankan pemerintahan sendiri-sendiri dan tidak mau mengakui kekuasaan para pemberontak yang mendirikan kerajaan baru di [[Keling]] [[Kediri]] ([[Kerajaan Daha]]).
Setelah Blambangan dalam kendali [[Mengwi, Badung]] Ditunjuklah keturunan Prabu Tawang Alun untuk memegang Kerajaan Blambangan yaitu Pangeran Danuningrat, dimana Prabu Danuningrat untuk mengikat kesetiaan ia beristrikan Putri Cokorda Agung [[Mengwi]].
 
Pada tahun [[1527]], raja Majapahit-Daha [[Dyah Raṇawijaya|Girindrawardhana Dyah Ranawijaya]], yang tersingkir karena diserang oleh [[Sultan Trenggana]] dari [[Kesultanan Demak]] melarikan diri ke [[Panarukan, Situbondo]] di wilayah utara Kerajaan Blambangan.Pada Era Kasultanan Demak , Daerah Blambangan Dan Madura diambil Alih Oleh Ratu Pambayun Atau Dewi Maskumambang yang meupakan Putri sulung dari Brawijaya Bhre Kerthabumi <ref>{{Cite web|last=Madura|first=Lontar|date=2022-09-14|title=Kisah Cinta; Penyebab Gugurnya Pangeran Siding Puri|url=https://www.lontarmadura.com/kisah-cinta-penyebab-gugurnya-pangeran-siding-puri/|website=Lontar Madura|language=en-US|access-date=2024-08-27}}</ref> sampai dengan tahun 1559, setelah itu Kerajaan kerajaan Vasal Bekas Kerajaan Majapahit yaitu Blambangan memilih untuk mendirikan pemerintahan masing masing.
Sebelum menjadi kerajaan berdaulat, Blambangan termasuk wilayah taklukan [[Bali]]. [[Kerajaan Mengwi]] pernah menguasai wilayah ini. Usaha penaklukan [[Kesultanan Mataram]] terhadap Blambangan tidak berhasil. Inilah yang menyebabkan mengapa kawasan Blambangan (dan Banyuwangi pada umumnya) tidak pernah masuk pada budaya Jawa Tengahan, sehingga kawasan tersebut hingga kini memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan [[Bahasa Jawa|bahasa Jawa baku]]. Pengaruh Bali juga tampak pada berbagai bentuk kesenian tari yang berasal dari wilayah Blambangan.
 
== Silsilah KerajaanSejarah Blambangan ==
Menurut Babad Sembar, penguasa pertama Blambangan adalah '''Mas Sembar''' dengan ibukota daerah [[Semboro, Jember|Semboro]] (di Jember), suatu daerah di sebelah timur wilayah ayahnya, '''Lembu Miruda''', ([[Lumajang]]).
 
Menjelang awal abad ke-15, pada tahun 1489, putra Mas Sembar yang bernama '''Bima Koncar''' telah meneguhkan dirinya sebagai penguasa [[Semenanjung Blambangan|Blambangan]] kedua yang memerintah hingga tahun 1501.
=== Silsilah Awal ===
* Mpu Withadarma
* Mpu Bhajrastawa
* Mpu Lempita
* Mpu Gnijaya
* Mpu Wiranatha
* Mpu Purwantha
* Ken Dedes
* Mahisa Wonga Teleng
* Mahisa Campaka
* Lembutal
* Rana Wijaya/Raden Wijaya
* Tribuana Tunggadewi
* Hayam Wuruk
* Wikramawardhana
* Kerta Wijaya
* Cri Adi Suraprabawa
* Lembu Anisraya/Minak Anisraya
* Mas Sembar/Minak Sembar
* Bima Koncar/Minak Sumendhe (memerintah Blambangan pada tahun [[1489]]-[[1500]])
* Minak Pentor (memerintah Blambangan [[1500]]-[[1541]])
* Minak Gadru ( Memerintah Prasada/Lumajang): Minak Gadru menurunkan Minak Lampor yang memerintah di Werdati-Teposono-Lumajang.
* Minak Cucu (Memerintah Candi Bang/Kedhaton Baluran): Minak Cucu terkenal dengan sebutan Minak Djinggo penguasa Djinggan beliau berputra SONTOGUNO yang memerintah Blambangan pada [[1550]] hingga [[1582]].
* Minak Lampor
* Minak Lumpat (Sebagai Raja di Werdati)
* Minak Luput (Sebagai Senopati)
* Minak Sumendi (sebagai Karemon/Agul Agul)
Kemudian Minak Lumpat atau SUNAN REBUT PAYUNG berputra Minak Seruyu/Pangeran Singosari (Sunan Tawang Alun I), Pangeran Singosari menaklukan Mas Kriyan dan seluruh keluarga Mas Kriyan, sehingga tidak ada keturunannya, Sunan Tawang Alun I memerintah wilayah Lumajang, Kedawung dan Blambangan pada tahun [[1633]]-[[1639]]
Gusti Sunan Tawang Alun I memiliki Putra :
 
Dari laporan [[Tome Pires]], Bima Koncar memiliki putra bernama '''Pate Pimtor (Menak Pentor)''', memerintah antara 1501-1531, yang berhasil memperluas wilayah Blambangan. Di bawah kekuasaan ''Menak Pentor'', Blambangan menjadi kerajaan yang kuat, kaya, dan makmur. Wilayahnya meliputi Canjtam (Keniten/[[Pasuruan]] Timur) dan [[Lumajang]] di bagian barat hingga ke Supitan Blambangan (sekarang [[Selat Bali]]) di ujung timur [[Pulau Jawa]]. Letaknya pun cukup strategis, karena dikelilingi oleh lautan di ketiga sisinya, sehingga banyak memiliki pelabuhan. Di antara pelabuhan-pelabuhan Kerajaan Blambangan yang paling terkenal adalah [[Panarukan]] (di [[Situbondo]]) di pesisir utara , Ulu [[Lopampang|Pangpang]], (di [[Muncar, Banyuwangi|Muncar]]) di pesisir timur, dan [[Puger, Jember|Puger]] (di [[Kabupaten Jember|Jember]]) di pesisir [[Pantai Selatan]].
* Gede Buyut
* Mas Ayu Widharba
* Mas Lanang Dangiran (Mbah Mas Brondong)
* Mas Senepo/Mas Kembar
* Mas Lego.
selanjutnya Mas Lego menurunkan MAS SURANGGANTI dan MAS SURODILOGO (MBAH KOPEK),
Sementara Mas Lanang Dangiran menurunkan Mas Aji Reksonegoro dan Mas Danuwiryo.
 
Pada saat [[Trenggana|Sultan Trenggana]] raja ke-3 [[Kesultanan Demak]] pada 1546, memperluas wilayah kekuasaannya ke timur, sebagian wilayah [[Jawa Timur]] berhasil dikuasainya, termasuk merebut [[Pasuruan]] dan [[Pajarakan, Probolinggo|Pajarakan]] (di [[Kabupaten Probolinggo|Probolinggo]]) dari tangan Blambangan pada tahun 1545 dan sejak saat itu Pasuruan menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa.
=== Silsilah Setelah Tawang Alun I ===
Mas Senepo inilah yang kemudian memerintah Kedhaton Macan Putih bergelar Susuhunan Gusti Prabhu Tawang Alun,
Dimana beliau memerintah pada wilayah Kerajaan Blambangan [[1645]] hingga [[1691]], pada masa Pemerintahan Susuhunan Gusti Prabhu Tawang Alun Blambangan maju dengan pesat dimana kekuasaannya menyatu hingga ke lumajang.
Gusti Prabhu Tawang Alun memiliki dua Permaisuri dan beberapa selir, sehingga terjadi beberapa garis keturunan.
 
Akan tetapi, usaha Demak menaklukkan Panarukan mengalami kendala karena kerajaan ini mampu bertahan walaupun telah dikepung selama seratus hari. Bahkan, pada 1546, Sultan Trenggana sendiri terbunuh di dekat Panarukan, setelah selama tiga bulan tidak mampu menembus kota Panarukan. Pemimpin Panarukan yang terkenal kala itu bernama '''Sontoguno.'''
Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun memiliki putra putri dari Mas Ayu Rangdiyah (MA. Rangdiyah adalah selir Sinuhun Gusti Adhiprabhu [[Sultan Agung Mataram]], dimana ketika hamil 3 Bulan diserahkan pada Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun) :
 
Setelah Demak mundur, giliran [[Kerajaan Gelgel]] dari [[Bali]] yang menyerang dan berusaha merebut Blambangan dari tangan '''Menak Pangseng''' putra '''Menak Pentor'''.
* Pangeran Pati, Menikah dengan Puteri Untung Surapati, menurunkan :
* Pangeran Putro/Mas Purbo/ Danurejo.
Sementara itu Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun dari Permaisuri lainnya yaitu Mas Ayu Dewi Sumekar (Blater) menurunkan :
 
Pada tahun 1597, giliran Blambangan diserang oleh pasukan [[Pasuruan]] namun Blambangan dapat mengatasinya. Setelah mengalahkan Pasuruan, terjadi huru-hara di internal Blambangan dan tampillah '''Menak Pati''' atau Sang Dipati Lampor dan putranya Menak Lumpat.
* Dalem Agung Macanapuro
* Dalem Patih Sasranegoro/Pangeran Dipati Rayi
* Pangeran Keta
* Pangeran Mancanegara
* Pangeran Gajah binarong
sementara dari para selir Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun menurunkan :
 
Selanjutnya Menak Lumpat digantikan oleh putranya yang bernama ''Pangeran Singosari'' atau Menak Seruyu bergelar '''Prabu Tawang Alun I'''.
* Mas Dalem Jurang mangun
* Mas Dalem Puger
* Mas Dalem ki Janingrat
* Mas Dalem Wiroguno
* Mas Dalem Wiroluko
* Mas Dalem Wiroludro
* Mas Dalem Wilokromo
* Mas Dalem Wilo Atmojo
* Mas Dalem Wiroyudo
* Mas Dalem Wilotulis
ketika Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun wafat terjadi pengangkatan Pangeran Pati sebagai Raja Blambangan Macan Putih, hal ini menjadi permasalahan mengingat Pangeran Pati sejatinya adalah keturunan Sinuhun Gusti Adhiprabhu [[Sultan Agung]], sehingga menimbulkan peperangan antara Pangeran Pati dan Dalem Agung Macanapuro dan juga Pangeran Dipati Rayi.
 
Kemudian pada tahun 1638-1639, giliran [[Kesultanan Mataram]] menyerang Blambangan, hingga membuat ''Tawang Alun I'' terpaksa melarikan diri ke timur gunung (wilayah Banyuwangi saat ini di daerah Kedawung [[Sraten, Cluring, Banyuwangi]]), sedangkan putra mahkotanya, ''Mas Kembar'', menjadi tawanan dan diboyong ke Mataram.
Pangeran Pati dikalahkan namun putranya yaitu pangeran Putro/ Danurejo menggantikan beliau, tercatat perang saudara tersebut berlangsung lama dan baik Macanapuro, Danurejo dan Sosronegoro sempat memimpin Blambangan menjadi raja namun hanya sebentar mengingat perang rebut tersebut terus menerus berlangsung.
 
Blambangan dapat bertahan di sebelah timur gunung dan usaha-usaha Mataram melebarkan kekuasaan ke daerah ini tidak pernah berhasil. Hal ini mengakibatkan kawasan Blambangan Timur (Banyuwangi pada umumnya) tidak pernah masuk ke dalam budaya [[Jawa Tengah]]. Maka dari itu, sampai sekarang kawasan Banyuwangi memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa baku.
Dipati Rayi mengamuk dan merusak Kedhaton Macan Putih pangeran dipati Rayi beliau baru berhenti karena meninggal akibat senjata Ki Buyut Wongsokaryo yaitu Tulup Ki Baru Klitik.
 
Selanjutnya, di bawah kekuasaan [[Kesultanan Mataram]], pada tahun 1649, ''Mas Kembar'' naik tahta dengan gelar '''Pangeran Tawang Alun II [[Prabu Tawangalun II]].'''
Perang saudara setelah swargi Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun, membuat macan putih menjadi rusak dan baik Gusti Prabhu Macanapuro, Gusti Prabhu Sosronegoro/Dipati Ray, Pangeran Patii maupun Gusti Prabhu Danurejo seluruhnya meninggal- swargi.
Yang paling mengesankan adalah kemarahan Dipati Rayi yang sangat sakti beliau juga adalah murid Ki Buyut Wongsokaryo yang juga guru dari Gusti Prabhu Tawang Alun, kesaktian Dipati Rayi atau Prabhu Sosronegoro membuat Kedhaton Macan Putih hancur, para agul agul berperang secara lingsem (malu).
Gusti Prabhu Danurejo memiliki permasyuri Mas Ayu Gendhing dari perkawinan tersebut memiliki Putra :
 
Sepeninggal [[Sultan Agung dari Mataram]], ketika Mataram dipimpin oleh Sunan Amangkurat Agung ([[Amangkurat I]]), ketika menghadiri [[Pisowanan]] (tahun 1652) di istana Mataram, Tawang Alun II mendeklarasikan diri di hadapan sang Sunan, bahwa mulai sejak saat itu Blambangan adalah wilayah yang merdeka. Sepulangnya ke Balambangan dia menyandang gelar sebagai '''Susuhunan Macanputih''' untuk menunjukkan bahwa tahtanya sederajat dengan tahta Mataram.
* Pangeran Agung Dupati
Sementara dari selir (kakak Ipar Gusti Agung Mengwi/Raja Mengwi) beliau berputra :
 
Selanjutnya Kangjeng Suhunan Tawang Alun II membantu [[Raden Trunajaya]] dan [[Karaeng Galesong]] melawan Mangkurat Agung ([[Amangkurat I]]) dalam Perang Trunajaya sehingga Blambangan dapat merebut daerah-daerah kekuasaannya kembali dari tangan Mataram. Di bawah pemerintahan Kangjeng Suhunan Tawang Alun II, kerajaan Blambangan maju dengan pesat di mana kekuasaannya menyatu dari [[Banyuwangi]], hingga ke [[Kediri]].
* Mas Sirno/ Pangeran Wilis/ [[Wong Agung Wilis]].
 
== Keruntuhan Blambangan ==
Karena kacaunya perang saudara Pangeran Gung Dupati dan Pangeran Mas Sirno diungsikan sampai perang mereda dan Pangerang Gung Dupati diangkat Menjadi Raja Blambangan yang bergelar Sinuhun Gusti Prabhu Danuningrat memerintah Blambangan Kedhaton Macan putih pada tahun 1736-1763
=== Perang Saudara keturunan Tawang Alun II ===
Ketika ''Kangjeng Sunan Tawang Alun II'' wafat tahun 1691, '''Pangeran Senapati Sasranagara''' tampil menjadi raja tanpa bermusyawarah dengan adik-adiknya. Karena itu kemudian terjadi huru-hara perang saudara sehingga Sunan Macanputih kedua itu gugur dan tampillah adiknya yang bernama '''Pangeran Mas Macanapura''' bergelar Pangeran Pati I.
 
Setelah berkuasa selama tujuh tahun, Pangeran Pati I dikalahkan oleh putra Pangeran Senapati Sasranagara yang bernama Pangeran Mas Purba. Setelah berhasil merebut tahta, dia bergelar '''Prabu Danureja'''. Perang saudara setelah meninggalnya Kangjeng Sunan Tawang Alun II, membuat kedaton Macan Putih menjadi rusak.
Di akhir abad ke-18, setelah terjadi perang Puputan Bayu [[1771]] [[VOC]] mengisi kekosongan pemerintahan dan menggabungkan Blambangan kedalam karisidenan Besuki, dan mengangkat [[Mas Alit]] sebagai KRT Wiroguno sebagai Bupati Pertama dimulai dari KRT Wiroguno inilah dinasti Kerajaan Blambangan secara pasti dan terpercaya telah memeluk Islam, generasi diatas KRT Wiroguno tidak terdapat sumber terpercaya telah memeluk Agama Islam.
 
Pangeran Prabu Danureja (Pangeran Mas Purba) memiliki permasuri:
Hilangnya Blambangan bagi Bali merupakan suatu peristiwa yang sangat berarti dari segi kebudayaan. Para raja Bali percaya bahwa moyang mereka berasal dari Majapahit. Dengan masuknya Blambangan ke dalam kekuasaan VOC, Bali menjadi lepas dari Jawa.
*Mas Ayu Gadhing (putri [[Untung Suropati]] dari [[Pasuruan]]) dari perkawinan tersebut memiliki Putra:
** Pangeran Mas Noyang (Pangeran Prabu Danuningrat)
*Dari selir (kakak Ipar Gusti Agung Mengwi/Raja [[Kerajaan Mengwi]]) dia berputra:
**Pangeran Putra II/[[Wong Agung Wilis]].
 
Sepeninggal Pangeran Prabu Danureja, Pangeran Mas Noyang diangkat sebagai raja yang baru bergelar '''Pangeran Prabu Danuningrat''' memerintah Blambangan pada tahun 1736-1763, sementara adiknya yang bernama Pangeran Putra II diangkat sebagai patih bergelar Pangeran Patih [[Wong Agung Wilis|Agung Wilis]].
 
=== Perang melawan VOC ===
Di akhir abad ke-17, setelah meninggalnya '''Prabu''' '''Danuningrat''' pada tahun 1763, [[VOC]] secara sepihak menyatakan bahwa Blambangan adalah wilayah kekuasaannya (berdasarkan Perjanjian Ponorogo tahun [[1743]]), maka pada pada tahun [[1767]] terjadi [[puputan]] Kabakaba di Ulupangpang, disusul [[Wong Agung Wilis#Perang Wilis|Perang Wilis]] tahun [[1768]], yang dipimpin oleh [[Wong Agung Wilis]] melawan VOC.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi: Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref>
 
VOC membelah wilayah Kerajaan Blambangan menjadi dua bagian, Blambangan Barat atau Kanoman dipimpin oleh bupati boneka bernama Mas Weka dan beribukota di Puger (di Jember selatan). Sedangkan Blambangan Timur atau Kasepuhan juga dipimpin oleh bupati boneka bernama Mas Aneng/Mas Uno dengan ibukota di [[Teluk Pangpang]] (di Muncar, Banyuwangi).
 
Setelah '''Pangeran Agung Wilis''' dikalahkan, kemudian meletuslah [[Perang Bayu]] pada tahun [[1771]]-[[1772]], dan menjadi perang habis-habisan rakyat Blambangan yang dipimpin oleh [[Jagapati|Pangeran Jagapati]] melawan pasukan [[VOC]].
 
Setelah '''Mas Rempeg Jagapati''' kalah dan terbunuh, VOC mengisi kekosongan pemerintahan dan menggabungkan Blambangan ke dalam karesidenan Besuki, dengan mengangkat '''Mas Alit''' sebagai Bupati Kelima Kasepuhan bergelar KRT Wiroguno. Dialah Bupati pertama yang tinggal di Kota Banyuwangi, dekat markas dan benteng VOC di Benteng Utrecht.
 
Runtuhnya Kerajaan Blambangan, bagi kerajaan-kerajaan di [[Bali]] merupakan suatu peristiwa yang sangat berarti dari segi kebudayaan. Para raja Bali percaya bahwa nenek-moyang mereka berasal dari Jawa [[Majapahit]]. Dengan masuknya Blambangan ke dalam kekuasaan VOC, Bali menjadi lepas dari Jawa.
 
== Silsilah Kerajaan Blambangan ==
===Keturunan Lembu Miruda===
*Minak Sembar/Mas Sembar (memerintah [[Semboro, Jember|Semboro]], [[Kabupaten Jember|Jember]] pada 1478-1489), menurunkan:
*'''Bima Koncar''' (Penguasa [[Lumajang]] pada tahun 1489-1501), menurunkan:
**'''Minak Pentor''' (memerintah di Babadan, [[Lumajang]] tahun 1500-1546)
***Minak Pangseng, Menurunkan:
****Menak Jebolang di Panarukan
**Minak Cucu (memerintah di [[Panarukan]], Candi Bang ([[Baluran|Kedathon Baluran]]))
**Minak Gadru (memerintah di Prasada, [[Lumajang]]), menurunkan:
***Minak Pati/Sang Dipati Lampor yang memerintah di ([[Lumajang|Werdati, Teposono, Lumajang]]), Menurunkan:
****Minak Lumpat/Sunan Rebut Payung (memerintah di Werdati, [[Lumajang]]), berputra:
*****Minak Seruyu/Pangeran Singosari ('''Tawang Alun I''')
****Minak Luput (Sebagai Senopati)
****Minak Sumendhe (sebagai Karemon/Agul Agul)
 
=== Silsilah Tawang Alun I ===
'''Minak Lumpat''' mempunyai putra yaitu '''Minak Seruyu''' disebut juga Pangeran Singosari bergelar '''Prabu Tawang Alun I'''. Pada masa pemerintahannya, Tawang Alun I menaklukkan '''Mas Kriyan''' dan seluruh keluarga Mas Kriyan, sehingga tidak ada keturunannya. Kemudian Prabu Tawang Alun I menjadi penguasa wilayah Kedawung (di [[Paleran, Umbulsari, Jember|Paleran]], [[Umbulsari, Jember|Umbulsari]], Jember).
 
Prabu Tawang Alun I memiliki Putra Kembar (Mas Kembar) :
*Mas Senepo Handoyokusumo (Pangeran '''Tawang Alun II''')
*Mas Lego (Pangeran '''Wilabrata''')
 
=== Silsilah Tawang Alun II ===
Putra '''Tawang Alun I''' yang bernama '''Mas Senepo''' inilah yang kemudian memindahkan ibukota Blambangan ke ''Kedhaton Macan Putih'' (sekarang daerah [[Macanputih, Kabat, Banyuwangi]]) bergelar '''Kangjeng Susuhunan Prabu Tawang Alun II''', di mana dia memerintah pada wilayah Kerajaan Blambangan [[1655]] hingga [[1691]]. Kangjeng Susuhunan Prabu Tawang Alun II memiliki 2 orang istri dan beberapa selir, sehingga menjadi beberapa garis keturunan. Di antaranya adalah;
 
Kangjeng Susuhunan Prabu Tawang Alun II, memiliki putra putri dari:
*''Dewi Sumekar/Mas Ayu Rangdiyah'' (Ratu Kulon, dari Mataram), berputra:
** '''Pangeran Adipati Mas Macanapura'''/Pangeran Pati I
*''Sekardewi Irawuni'' (Ratu Wetan, dari Blater-Blambangan) menurunkan:
** '''Pangeran Senapati Sasranagara''' (Pangeran Dipati Rayi), berputra
*** Pangeran Mas Purba ('''Prabu Danureja''')
**** Pangeran Mas Noyang ('''Prabu Danuningrat''')
**** Pangeran Putra II ('''[[Wong Agung Wilis]]''')
** Pangeran Macanagara (Keta)
** Pangeran Kertanegara
** Pangeran Gajah Binarong
*Dari para selir menurunkan:
** Mas Dalem Jurang mangun
** Mas Dalem Puger, Ki Janingrat
** Mas Dalem Wiroguno, menurunkan:
***Mas Bagus Puri, menurunkan:<ref>Babad Tawang Alun (ditulis pada tahun 1826) dalam Winarsih PA, Babad Blambangan, Bentang, Yogyakarta, 1995.</ref>
**** Mas Rempeg ([[Jagapati|Pangeran Jagapati]])
**** Mas Suratman
**** Mas Ayu Nawangsari
**** Mas Ayu Rahinten
**** Mas Ayu Patih.
**** Mas Alit (Temenggung Wiraguna I, [[Daftar Bupati Banyuwangi|Bupati Banyuwangi]] pertama)
**** Mas Talib (Temenggung Wiraguna II, [[Daftar Bupati Banyuwangi|Bupati Banyuwangi]] kedua)
** Mas Dalem Wiroluko
** Mas Dalem Wiroludro
** Mas Dalem Wilokromo
** Mas Dalem Wilo Atmojo
** Mas Dalem Wiroyudo
** Mas Dalem Wilotulis
 
== Arkeologi ==
Beberapa penemuan sejarah yang menjadi objek cukup menarik dari peninggalan kerajaan Blambangan adalah,
Beberapa penemuan sejarah yang menjadi objek cukup menarik dari peninggalan kerajaan blambangan adalah Tembok Rejo, berupa tembok bekas benteng kerajaan Blambangan sepanjang lebih kurang 5 km terpendam pada kedalaman 1 - 0.5 m dari permukaan tanah dan membentang dari masjid pasar muncar hingga di areal persawahan Desa Tembok Rejo. Siti Hinggil atau oleh masyarakat lebih di kenal dengan sebutan setinggil yang artinya Siti adalah tanah, Hinggil/inggil adalah tinggi.Objek Siti Hinggil ini berada di sebelah timur pertigaan pasar muncar (lebih kurang 400 meter arah utara TPI/Tempat Pelelangan ikan). Siti Hinggil ini merupakan pos pengawasan pelabuhan/syah bandar yang berkuasa pada masa kerajaan Blambangan, berupa batu pijakan yang terletak di atas gundukan batu tebing yang mempunyai "keistimewaan" untuk mengawasi keadaan di sekitar teluk pang Pang dan Semenanjung Blambangan. Beberapa benda peninggalan sejarah Blambangan yang kini tersimpan di museum daerah berupa Guci dan asesoris gelang lengan, sedangkan kolam dan Sumur kuno yang ditemukan masih berada di sekitar Pura Agung Blambangan yaitu di Desa Tembok Rejo kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.
 
'''Tembok Rejo''', berupa tembok bekas benteng kerajaan Blambangan sepanjang lebih kurang 5&nbsp;km terpendam pada kedalaman 1 - 0.5 m dari permukaan tanah dan membentang dari masjid pasar Muncar hingga di areal persawahan Desa Tembok Rejo.
Di samping itu pada lokasi Keraton Macan Putih didaerah [[Kecamatan Kabat]] didapati relief arkeologi dan benda benda yang terkubur saat ini dilokasi seluas 44 [[Hectare]] yang telah menjadi persawahan dan kebun sering didapati benda arkeologi milik kerajaan, beberapa puing tembok batas kerajaan pun terkubur rusak dan hancur, masyarakat setempat sering memindahkan dan atau menyimpan puing puing tersebut.
Ditemui juga beberapa koleksi di beberapa museum di [[Belanda]] yang berisi gambar, foto maupun artefact Keraton Macan Putih.
 
'''Siti Hinggil''' atau oleh masyarakat lebih di kenal dengan sebutan Setinggil (Stinggil) yang artinya Siti adalah tanah, Hinggil/inggil adalah tinggi. Objek Setinggil ini berada di sebelah timur pertigaan pasar muncar (lebih kurang 400 meter arah utara TPI/Tempat Pelelangan ikan).
Setelah Keraton Macan Putih hancur penerus Raja Blambangan yaitu Mas Jaka Rempeg mendirikan Kerajaan Bayu yang berada di sekitar [[Rawa Bayu]] kerajaan ini tidak bertahan lama karena perang Puputan Bayu 1771, yakni dalam hitungan bulan saja disini dapat ditemukan beberapa sisa artefact dan bekas peperangan dengan [[VOC]]
 
Disebut Setinggil namun tidak dalam arti sama dengan Setinggil pada kraton umumnya sebagai tempat tahta raja. Setinggil di sini hanya tanah tinggi di tepi pantai yang konon dahulu merupakan pos pengawasan pelabuhan/syah bandar yang berkuasa pada masa kerajaan Blambangan. Di bagian puncaknya terdapat batu-batu cukup besar untuk mengawasi keadaan di sekitar ''teluk Pang Pang'' dan [[Semenanjung Blambangan]].
Hingga kini meskipun Kerajaan sudah hancur Para kerabat Kerajaan secara turun temurun tetap menjaga beberapa pusaka penting peninggalan Kerajaan.
 
Beberapa benda peninggalan sejarah Blambangan yang kini tersimpan di Museum Blambangan di kantor [[Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi]] berupa Bata, Gerabah, Guci, dan Asesoris gelang lengan, dan sebagainya. Sedangkan kolam dan Sumur kuno yang ditemukan masih berada di sekitar ''Pura Agung Blambangan'' yaitu di Desa Tembok Rejo kecamatan [[Muncar]] Kabupaten [[Banyuwangi]].
 
Di samping itu pada lokasi '''Keraton Macan Putih''' di daerah [[Kabat, Banyuwangi]] di dapati relief arkeologi dan benda benda yang terkubur saat ini dilokasi seluas 44 [[Hektar]] yang telah menjadi persawahan dan kebun sering didapati benda arkeologi era kerajaan, beberapa puing tembok batas kerajaan pun terkubur rusak dan hancur, masyarakat setempat sering memindahkan dan atau menyimpan puing-puing tersebut. Ditemui juga beberapa koleksi di beberapa museum di [[Belanda]] yang berisi gambar, foto maupun artefak Keraton Macan Putih.
 
Setelah Kerajaan Blambangan hancur penerus Raja Blambangan yaitu Mas Rempeg ([[Jagapati|Pangeran Jagapati]]) mendirikan Kerajaan Bayu yang berada di sekitar '''Rawa Bayu''' ([[Bayu, Songgon, Banyuwangi]]), kerajaan ini tidak bertahan lama hanya beberapa bulan saja, karena terjadi perang [[Perang Bayu]] 1771-1772. Disini dapat ditemukan beberapa sisa artefak dan bekas peperangan dengan [[VOC]].
 
Hingga kini meskipun Kerajaan sudah hancur para kerabat Kerajaan secara turun temurun tetap menjaga beberapa pusaka penting peninggalan Kerajaan.
 
== Lihat pula ==
* [[Prabu Tawangalun II]]
* [[Babad Blambangan]]
* [[Bahasa Osing]]
* [[Gandrung Banyuwangi]]
* [[Wong Agung Wilis]]
* [[Pangeran Jagapati]]
* [[Perang Bayu]]
 
== Sumber ==
* Hasan Basri (Ed), ''Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan,'' 2006, Banyuwangi: Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi.
*[[M. C. Ricklefs|Ricklefs, M. C.]], ''A History of Modern Indonesia since c. 1200'', Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8
* [[I Made Sudjana]], ''Nagari tawon madu: sejarah politik Blambangan abad XVIII [http://books.google.co.id/books?id=KNtwAAAAMAAJ&dq=babad blambangan&hl=id&source=gbs similarbooks]'', Larasan-Sejarah, [[2001]], ISBN 978-979-96250-0-7
*[[Purwasastra, Muji Rahayu, Sriyanto]], ''Cariyosipun tanah Balambangan jamanipun wong Agung Wilis'', Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Universitas Michigan 1996, ISBN 978-979-459-609-8
* M. Hidayat Aji Ramawidi, ''Dari Balambangan Menjadi Banyuwangi'', 2022, ISBN 978-623-978-422-5
*[[Purwasastra]], ''Babad Wilis'',[http://books.google.co.id/books/about/Babad Wilis.html?id=3LotAAAAMAAJ&redir esc=y] Naskah dan Dokumen Nusantara: Textes et Documents Nousantariens, I.pp. lxxxviii, 393, 9 pl., map. Jakarta, Bandung, Lembaga Penelitian Perancis untuk Timur Jauh: École Française d'Extrême-Orient, [[1980]].
* [[Purwasastra, Muji Rahayu, Sriyanto]], ''Cariyosipun tanah Balambangan jamanipun wong Agung Wilis'', Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Michigan 1996, ISBN 978-979-459-609-8
*[[Winarsih Arifin]], ''Babad Sembar: chroniques de l'est javanais'', Presses de l'École française d'Extrême-Orient, [[1995]] , ISBN 978-2-85539-777-1
* [[Purwasastra]], ''Babad Wilis'',[http://books.google.co.id/books/about/Babad Wilis.html?id=3LotAAAAMAAJ&redir esc=y] Naskah dan Dokumen Nusantara: Textes et Documents Nousantariens, I.pp. lxxxviii, 393, 9 pl., map. Jakarta, Bandung, Lembaga Penelitian Prancis untuk Timur Jauh: École Française d'Extrême-Orient, [[1980]].
*[[Margana Dr. Sri.]], ''Java's last Frontier'', [[Universiteit Leiden]]
* [[M. C. Ricklefs|Ricklefs, M. C.]], ''A History of Modern Indonesia since c. 1200'', Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8
*[http://www.facebook.com/profile.php?id=100002062322488], ''Puri Gumuk Merang'', [http://www.facebook.com/profile.php?id=100002062322488 Banyuwangi]
* Samsubur, ''Sejarah Kerajaan Blambangan,'' 2011, ISBN 979-722-356-6
*[[I Made Sudjana]], ''Nagari tawon madu: sejarah politik Blambangan abad XVIII [http://books.google.co.id/books?id=KNtwAAAAMAAJ&dq=babad blambangan&hl=id&source=gbs similarbooks]'', Larasan-Sejarah, [[2001]], ISBN 978-979-96250-0-7
* Siwi Sang, ''Girindra, Pararaja Tumapel Majapahit,'' 2013, ISBN 978-602-98200-6-5
{{indo-sejarah-stub}}
* [[Sri Margana]], ''Java's last Frontier'', [[Universiteit Leiden]]
* [[Winarsih Arifin]], ''Babad Sembar: chroniques de l'est javanais'', Presses de l'École française d'Extrême-Orient, [[1995]], ISBN 978-2-85539-777-1
* Winarsih Arifin, ''Babad Blambangan,'' 1995, ISBN 979-8793-11-1
* https://balambangan.id/prabu-tawangalun/ (Prabu Tawangalun)
* https://balambangan.id/mengenal-kerajaan-blambangan/ (Mengenal Kerajaan Blambangan)
 
==Referensi==
{{reflist}}
 
{{Topik Banyuwangi}}
{{Kerajaan di Jawa}}
 
[[Kategori:Kerajaan Blambangan| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Blambangan]]
[[Kategori:Kerajaan di Jawa Timur|Blambangan]]