Banjir Jakarta 2007: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hillslight (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 15:
}}
[[Berkas:Pos Pengumben banjir jakarta 2007.jpg|thumb|right|250px|Jalan Pos Pengumben, Jakarta Barat yang putus total akibat banjir ]]
'''Banjir Jakarta 2007''' adalah [[bencana]] [[banjir]] yang menghantam [[Jakarta]] dan sekitarnya sejak [[1 Februari]] [[2007]] malam hari. Selain sistem [[drainase]] yang buruk, banjir berawal dari [[hujan]] lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume [[air]] 13 [[sungai]] yang melintasi Jakarta yang berasal dari [[Bogor]]-[[Puncak]]-[[Cianjur]], dan air [[laut]] yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.
 
Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik [[Badan Meteorologi dan Geofisika]] (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen.
 
Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun [[Banjir Jakarta 2002|2002]] dan [[1996]]. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.
Baris 87:
Gubernur DKI Jakarta [[Sutiyoso]] menyatakan, sebagian wilayah Jakarta Barat di sekitar [[Kali Angke]] berstatus siaga satu karena tinggi air 3,75 meter dari ambang batas 3 meter. Wilayah lain berstatus siaga dua dan tiga.
 
Kemacetan akibat banjir juga terjadi di daerah [[Cipinang, Pulo Gadung|Cipinang, Jakarta Timur]]. Di Jalan DI Panjaitan, sepeda motor yang tidak dapat melewati jalan itu berbalik arah dan naik ke jalan tol yang lebih tinggi.
 
Hujan deras juga menyebabkan tanggul jebol di [[Banjir Kanal Barat]] (BKB) persis di aliran Kali Sunter. Air meluber langsung ke perkantoran dan perumahan warga. Tanggul BKB jebol Jumat dini hari, sementara Kali Sunter baru Jumat siang. Akibat tanggul jebol, kawasan Jatibaru-Tanah Abang dan Petamburan tergenang air hingga setinggi 2 meter. Evakuasi warga di Petamburan mengalami kesulitan karena banyak permukiman terletak di antara gang sempit, bahkan tidak muat untuk dilewati perahu karet.
Baris 133:
Setelah banjir penyakit infeksi saluran pernapasan, diare, dan penyakit kulit menjangkiti warga Jakarta, terutama yang berada di pengungsian. Ini disebabkan keadaan sanitasi dan cuaca yang buruk <ref>[http://www.antara.co.id/seenws/?id=52741 Penyakit Mulai Jangkiti Pengungsi Banjir Jakarta], Kantor Berita Antara, 7 Februari 2007</ref>
 
Ditemui pula beberapa kasus [[demam berdarah]]<ref>[http://www.antara.co.id/seenws/?id=53743 Antara News. ''Tiga Korban Banjir Meninggal Akibat Leptospirosis''.] Jakarta: 20 Februari 2007 20:22</ref> dan [[leptospirosis]]<ref>[http://ampl.or.id/detail/detail01.php?row=1&tp=artikel&ktg=banjirdalam&jns=&kode=129 Sekretariat Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. ''Masyarakat Bisa Terhindar dari Penyakit Banjir''.] Jakarta: diunduh pada 25 Februari 2004 03:16 WIB</ref> Sebagai akibat genangan air setelah banjir.
{{sect-stub}}
 
== Pasca bencana ==
Hingga hampir sepekan pascabanjir, [[14 Februari]] 2007, 20 lampu lalu lintas di seluruh DKI Jakarta masih tidak berfungsi. Matinya lampu lalu lintas menyebabkan arus kendaraan di beberapa kawasan terganggu dan menimbulkan kemacetan. Di Jakarta Pusat lalu lintas di beberapa perempatan tidak dipandu lampu lalu lintas. Di kawasan Roxy, misalnya, lampu lalu lintas tidak berfungsi. Akibatnya, kemacetan terjadi sepanjang pagi hingga menjelang sore. Situasi serupa tampak di kawasan Kramat Bunder.
 
=== Penanganan sampah ===
Baris 144:
 
== Banjir susulan ==
Hujan deras sejak Selasa pagi, [[13 Februari]], di [[Depok]] dan sebagian wilayah [[Jakarta Selatan]] menyebabkan air kembali menggenangi sebagian rumah-rumah warga yang baru saja kering dari terpaan banjir pekan sebelumnya. Hujan tersebut menyebabkan Kali Krukut yang melintasi kawasan Kemang dan Petogogan, Jakarta Selatan meluap.
 
Luapan itu meluas dan menggenangi rumah-rumah warga di perkampungan tersebut hingga sebatas lutut orang dewasa. Kontur tanah perkampungan yang menjorok rendah ke arah sungai menyebabkan wilayah itu mudah sekali terbanjiri luapan air dari sungai. Di kawasan Kemang, tepatnya di Kelurahan Bangka, air menggenangi sekitar seratusan rumah petak di belakang deretan kafe-kafe elit di Jalan Kemang Raya. Semakin mendekati Kali Krukut, air sudah memasuki bagian dalam rumah hingga sebetis. Banjir besar pekan lalu telah menerpa kampung tersebut hingga ketinggian dua meter.
 
Banjir serupa juga kembali menimpa warga Perumahan Pondok Payung Mas, Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, Tangerang, Banten.
Baris 154:
== Komentar pihak berwenang ==
 
Gubernur DKI Jakarta [[Sutiyoso]] menanggapi kritikan dengan mengatakan bahwa banjir ini adalah fenomena alam, <ref>{{cite web|url = http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007/02/070206_jktfloodtuesday.shtml |title = Hujan Ganggu Penanganan Banjir | accessdate = 16 February| accessyear= 2007}}</ref>, dan merupakan banjir lima tahunan. Sutiyoso menganggap pemerintah sudah berusaha maksimal menangani banjir.<ref> {{cite web|url = http://www.metrotvnews.com/berita.asp?id=32806 |title = SUTIYOSO: INI FENOMENA ALAM, MENUNGGU SURUT SAJA | accessdate = 16 February| accessyear= 2007}}</ref> Banjir besar sebelumnya terjadi pada tahun 1996 dan 2002 yang berarti interval pertamanya adalah enam tahun.
 
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat [[Aburizal Bakrie]] berkomentar bahwa para korban banjir "masih dapat tertawa" dan peristiwa banjir ini hanya dibesar-besarkan media "seolah-olah dunia mau kiamat"<ref name="bakrie-kiamat">[http://www.liputan6.com/view/3,137049,1,0,1170777891.html "Aburizal Bakrie: Media Membesar-besarkan soal Banjir"], ''[[Liputan 6]]'', 6 Februari 2007</ref> sehingga ia dikritik para korban dan anggota [[DPR]].<ref name="jpost-bakrie">[http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20070208.B07 "Survivors say floods are nothing to laugh about"], ''[[The Jakarta Post]]'', 8 Februari 2007</ref> Padahal kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa banyak korban banjir yang bahkan tidak mampu berkomentar akibat dari tekanan stress serta buruknya kondisi hidup di tempat-tempat pengungsian.
 
{{sect-stub}}