Gadung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AMA Ptk (bicara | kontrib)
AMA Ptk (bicara | kontrib)
Baris 49:
[[Umbi]] gadung dipergunakan sebagai [[makanan pokok]].<ref name=Penebar>{{aut|Soeseno, Slamet}} (1985). ''Sayur-Mayur untuk Karang Gizi''. hal.101-103. Jakarta:Penebar Swadaya.</ref> Catatan sejarah menunjukkan bahwa pada tahun [[1628]], di saat [[Batavia]] (sekarang [[Jakarta]]) [[Pengepungan Batavia (1628)|dikepung]], masyarakat memakan [[singkong]] dan gadung.<ref name=Sejarah>{{aut|Creutzberg, Pieter; Laanen, J.T.M. van}} ''[http://books.google.co.id/books?id=8jhyO4bJj-MC&pg=PA39 Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia]'' hal.39{{spaced ndash}}40. [[Jakarta]]:Yayasan Obor Indonesia.</ref> Pada masa [[Rumphius]], beberapa jenis ''[[Dioscorea]]'' juga ikut dimakan. Ini diperkuat dengan kebiasaan masyarakat yang memakan singkong hutan liar di [[Priangan]] dan sebagian [[Jawa Timur]] pada 1830. Kebiasaan ini diperkuat bahwa di [[Jawa Tengah]]-pun, memakan [[nasi]] adalah kebiasaan yang belum umum di sana. Ini diperkuat dengan kebiasaan makan nasi yang mulai menjalar pada 1800 Masehi. Pada masa itu, serdadu [[VOC]] yang sering bertugas ke kampung-kampung sering membawa nasi untuk makanan mereka. Ini memberi kejelasan bagi kita bahwa [[nasi]] belum umum hingga bagian pertama abad ke-19 dan [[umbi]]-umbian semacam gadung umum dimakan pada masa penjajahan [[Kolonial Belanda]].<ref name=Sejarah/>
 
Gadung terkenal beracun dan mengandung [[alkaloid]] dioskorina (''dioscorine'') yang menyebabkan [[pusing]]-pusing.<ref name=Penebar/> Di [[Nusa Tenggara]] dan [[Maluku]], biasa digunakan sebagai makanan pokok sebagai pengganti [[jagung]] dan [[sagu]] terutama di wilayah-wilayah kering.<ref name=BP>Sastrapradja, Setijati; Soetjipto, Niniek Woelijarni; Danimihardja, Sarkat; Soejono, Rukmini (1981). ''Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi:Ubi-Ubian'' '''7''':24{{spaced ndash}}25 [[Jakarta]]: [[LIPI]] bekerja sama dengan [[Balai Pustaka]].</ref> Pada tahun 80-an, gadung dapat ditemui di [[pasar]]-pasar [[Indonesia]] -terutama di [[Pulau Jawa]]- sebagai [[keripik gadung]].<ref name=Penebar/> Di zaman sekarang ini, hanya [[keripik gadung|keripiknya-lah]] yang dimakan.<ref name=Pangan/> Keripik gadung banyak dijual di [[Kuningan]], [[Jawa Barat]] dan rasanya gurih.<ref name=sastra/> Selain itu, di daerah [[Baling]], [[Kedah]] di [[Malaysia]], ubi gadung ini juga dijadikan sebagai makanan yang dikukus, setelah melalui berbagai proses. Di sana, ubi dimakan bersama campuran sedikit kelapa parut, garam, dan gula.<ref name=balingutusan>{{cite news |url=http://ww1.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2010&dt=0920&pub=Utusan_Malaysia&sec=Agrobiz&pg=ag_01.htm |title=Hidangan popular dari Baling |author={{aut|Noor, Azman Md.}} |archiveurl=https://web.archive.org/web/20180820223638/http://ww1.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2010&dt=0920&pub=Utusan_Malaysia&sec=Agrobiz&pg=ag_01.htm |archivedate=21 Agustus 2018 |date=20 September 2010 |publisher=Utusan Malaysia |accessdate=21 Agustus 2018}}</ref>
 
Berikut adalah cara menghilangkan racun dari gadung:<ref name=Penebar/>