Foto jurnalistik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun) |
|||
Baris 166:
# '''Kartono Ryadi''' atau erat sapaannya dengan KR lahir di Pekalongan, 30 Juni 1945 digadang-gadang sebagai pendobrak jurnalistik fotografi Indonesia<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=C_3YxRGYSRIC&pg=PA216&dq=fotografer+jurnalistik+pertama+di+Indonesia&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiFlcrd3_DdAhVUfCsKHcfwAjsQ6AEIQDAD#v=onepage&q&f=false|title=Fotobiografi Kartono Ryadi: pendobrak fotografi jurnalistik Indonesia modern|last=Sugiarto|first=Atok|date=2011|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=9789797095970|language=id}}</ref>. Mengawali karir sebagai foto jurnalistik otodidak di majalah Express, lalu Harian Kompas pada tahun 1970. Produk foto yang dihasilkan sangat erat kaitannya dengan rasa pada momen yang sensasional, olahraga, dan sisi kemanusiaan ''(human interest).'' Hasil foto bukan hanya dilihat dari momennya saja, tetapi juga kaidah keindahan fotografinya seperti sisi pengambilan (''angle''), aturan cahaya (''lighting''), dan cetakan (''printing''). Banyak penghargaan pun dicapai oleh KR, diantaranya World Press Photo 1974 (mengambil gambar Pangeran Benhard dengan orangutan) dan pada tahun 1986 (mengambil gambar ikan pesut melahirkan di Ancol). Bagi KR, foto yang menurutnya paling monumental adalah mengambil gambar kemenangan Susi Susanti yang mendapatkan medali emas untuk bulu tangkis tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992. Foto tersebut juga mendapat pujian dari rekan-rekannya yang kerap dijuluki “air mata emas”.
# '''Atok Sugiarto''' lahir di Magelang 18 Juni 1962 mengawali karir
# '''Oscar Motuloh''' lahir pada tanggal 19 Agustus 1959 mengawali karir sebagai reporter di Kantor Berita Antara
# '''Adek Berry''' dengan nama lengkap Lestri Berry Wijaya lahir di Curup, Bengkulu pada tanggal 14 September 1971 sempat mengambil Pendidikan kedokteran gigi, namun dirasa kurang cocok dengan dirinya, sehingga pindah mengambil pertanian<ref>{{Cite news|url=https://beritagar.id/artikel/figur/adek-berry-perempuan-pengabadi-peristiwa|title=Adek Berry, Perempuan pengabadi peristiwa|last=Tobing|first=Sorta|date=2018-02-09|newspaper=https://beritagar.id/|language=en-ID|access-date=2018-10-08}}</ref>. Ketekunannya mengenai jurnalis dan fotografi sudah terlihat dari SMP. Sebelum resmi dinyatakan lulus dari perguruan tinggi, Ia mencari pekerjaan dan berhasil mendapatkan posisi sebagai reporter di Majalah Tiras. Setahun kemudian, Berry mendapatkan posisi yang diinginkannya menjadi pewarta foto di Majalah Tajuk. Saat Majalah Tajuk gulung tikar, Adek Berry mendapat tawaran untuk bekerja di Kantor Berita Prancis (''Agences-France Presse'' atau AFP) sebagai jurnalis foto.<ref>{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/health/read/3194346/kisah-adek-berry-jurnalis-foto-yang-liput-konflik-di-afghanistan|title=Kisah Adek Berry, Jurnalis Foto yang Liput Konflik di Afghanistan|last=Liputan6.com|newspaper=liputan6.com|access-date=2018-10-08}}</ref> Ia menekuni jurnalis foto khususnya dalam bidang bencana alam dan konflik. Bencana alam di Indonesia selalu diabadikannya seperti tsunami Aceh dan gempa di Yogyakarta, serta berbagai kecelakaan pesawat. Adek Berry juga sudah biasa meliput konflik dalam maupun luar negeri, diantaranya kerusuhan 1998, kerusuhan Ambon 1999, dan meliput perang Afghanistan. Pengalaman Adek Berry membawanya mendapat berbagai macam penghargaan seperti NPPA (''The National Press Photographers Association'') dan ''Life Magazine'' (Amerika Serikat) serta ''TIME LightBox'' untuk bidang jurnalistik foto kategori bencana dan konflik.
|