Sekolah Dasar Muhammadiyah Kauman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faisal Anas (bicara | kontrib)
pengurangan kategori
Baris 11:
Penolakan yang dilakukan masyarakat berpengaruh pada tahap awal proses belajar mengajar. Murid-murid sekolah ini pada akhirnya sering tidak masuk sekolah karena perlakuan masyarakt Kauman. Untuk mengatasai hal tersebut, K.H. Ahmad Dahlan tidak segan-segan datang ke rumah siswanya dan meminta mereka masuk sekolah kembali. Ia juga terus mencari siswa baru. Perbuatan yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan dirasakan begitu asing saat itu, mengingat yang berlaku adalah murid yang mencari guru, bukan guru yang mencari murid. Ketekunan dan kesbaran K.H. Ahmad Dahlan berbuah manis. Sedikit demi sedikit, murid sekolahnya telah bertambah. Seiring dengan pertambahan jumlah siswa, K.H. Ahmad Dahlan juga menambah meja dan bangku satu per satu sehingga setelah berlangsung enam bulan jumlah siswa menjadi 20 orang. Kemajuan yang ditunjukkan Madrasah milik K.H. Ahmad Dahlan tersebut mendorong [[Budi Utomo]] untuk memberikan bantuan tenaga pengajar. Para guru dikirim oleh Budi Utomo sejak bulan ketujuh berdirinya sekolah ini.<ref name=":0" /> Umumnya guru tersebut merupakan lulusan ''[[Kweekschool]]'' yang belum mendapat penetapan dari pemerintah dengan jangka waktu mengajar antara satu hingga dua bulan.
 
Diantara murid K.H. Ahmad Dahlan yang belajar di ''Kweekschool'' Jetis yang juga belajar Agama Islam di serambi rumahnya ada yang bertanya untuk apa susunan bangku, meja, dan papan tulis. Pertanyaan ini dijawab oleh K.H. Ahmad Dahlan bahwa peralatan tersebut digunakan untuk sekolah anak-anak Kauman yang mengajarkan pelajaran agama dan pengetahuan umum.<ref>M. Yusron Asrofie (2005), hlm. 75.</ref> Mereka kemudian menyarankan agar K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi agar keberadaan sekolah tersebut tetap berlanjut meskipun K.H. Ahmad Dahlan telah wafat. Saran ini direnungkan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan didiskusikan dengan santri-santrinya yang telah dewasa.  Akhirnya, K.H. Ahmad Dahlan membentuk organisasi baru. Pada tanggal 1218 November 1912, berdirilah organisasi bernama Muhammadiyah. Keterlibatan para pengurus Budi Utomo terkait erat dengan pendirian organisasi tersebut. Pada awalnya, organisasi ini didirikan untuk menjaga keberadaan sekolah milik K.H. Ahmad Dahlan, akan tetapi dalam perkembangannya Muhammadiyah juga menmperluas aktivitasnya dalam bidang sosial-keagamaan.
 
Pada tahun-tahun berikutnya, Muhammadiyah mendirikan banyak sekolah. Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang telah berdiri setahun sebelum Muhammadiyah, telah berjalan dengan sistem tiga jenjang kelas. Adanya mata pelajaran ilmu umum disamping pelajaran agama Islam telah menempatkan sekolah ini setaraf dengan Sekolah Angka 2 atau ''[[Volkschool]]'' yang ditetapkan oleh pemerintah.<ref name=":1">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/653499438|title=1 abad Muhammadiyah : gagasan pembaruan sosial keagamaan.|date=2010|publisher=Penerbit Buku Kompas|others=Penerbit Buku Kompas.|isbn=978-979-709-498-0|location=Jakarta|oclc=653499438}}</ref>Oleh sebab itu, sekolah di Kauman ini mendapat subsidi dari pemerintah kolonial sejak tahun 1914.