Memulai
Tips

Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!

Welcome! If you do not understand the Indonesian language, you may want to visit the embassy or find users who speak your language. Enjoy!

-- Kℇℵ℟ℑℭK 26 Januari 2020 03.35 (UTC)Balas

Gua Jepang Surocolo

sunting

Gua Jepang Surocolo merupakan salah satu gua pertahanan yang dibangun pada masa penjajahan Jepang. Gua ini terletak di Bukit Mrangi, tepatnya, di Dusun Poyahan, Seloharjo, Pundong, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lokasi

sunting

Gua Jepang Surocolo terletak di Bukit Mrangi, tepatnya di Dusun Poyahan, Seloharjo, Pundong, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara Geografis, gua ini berada di perbatasan antara kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Lokasi gua ini cukup terjal sehingga sulit dicapai oleh kendaraan berat. Pemilihan lokasi selain karena sulit dicapai oleh kendaraan, juga karena tempat ini sangat mudah digunakan untuk memantau keberadaan musuh yang akan menyerang.

Konstruksi

sunting

Gua Jepang ini memiliki total keseluruhan 18 unit gua dengan bentuk dan fungsinya masing-masing.[1] Dari 18 unit gua ini, dapat dibedakan menjadi tiga jenis gua, yaitu gua yang hanya memiliki satu pintu, dua pintu, dan ada juga 3 buah gua yang berukuran kecil untuk mengintai musuh. Gua yang memiliki ukuran besar digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan dapur.

Kyai Raden Haji Hadjid

sunting

Masa Kecil dan Pendidikan

sunting

Kyai Raden Haji Hadjid adalah seorang kyai kelahiran Kauman, Yogyakarta pada 20 Agustus 1898. Ia merupakan putra dari R.H. Djaelani dan R. Ngt Muhsinah.[2]]</ref> Hadjid merupakan salah satu orang yang berperan penting dalam kemajuan Muhammadiyah. Pendidikan formal yang pernah dijalaninya adalah Sekolah Rendah 6 Tahun (1903-1909). Kemudian ia bersama ayahnya pergi menunaikan ibadah haji sekaligus menetap untuk belajar selama setahun. Sepulangnya dari Mekkah, ia sudah bisa baca tulis, bahasa Arab, dan mengaji. Untuk memperdalam ilmu agamanya, ia belajar di Pesantren Jamsaren, Surakarta. Setelah selesai di pesantren Jamsaren, Hadjid melanjutkan belajar di Pesantren Tremas. Ia berguru kepada Kyai Haji Dimyati dan Kyai Bisri yang kemudian hari menjadi pengurus Nahdhatul Ulama. Hadjid melanjutkan pelajaran ilmu agamanya dengan bersekolah di Madrasah Tinggi Al Atas Jakarta selama empat tahun.

Kiprah dalam Muhammadiyah

sunting

Tidak hanya berguru di pesantren, Hadjid juga belajar dengan K.H. Ahmad Dahlan. Pada masa awal bergabung dengan Muhammadiyah, ia menjadi guru Standard School Muhammadiyah (kini SD Muhammadiyah Suronatan). Hadjid juga tercatat mengajar di HIS Muhammadiyah. Karena kemampuannya, ia kemudian dipercaya sebagai direktur Kweekschool Muhammadiyah pada tahun 1928. Pada masa kepemimpinannya, Kweekschool Muhammadiyah menjadi salah satu institusi pendidikan Islam yang berkualitas dan diperhitungkan. Kemajuan ini tidak bisa dilepaskan dari kebijakan yang diambil oleh Hadjid. Diantara kebijakan yang diambil adalah memperbarui sistem pembelajaran, membangun infrastruktur dan mendirikan Kweekschool Isteri (yang kemudian hari menjadi Madrasah Mualimmat Muhammadiyah), serta mempublikasikan keberadaan Kweekschool Muhammadiyah melalui media massa yang dimiliki Muhammadiyah seperti Suara Muhammadiyah, Suara Aisyiyah, dan Bintang Islam. [3] Kepemimpinan Haji Hadjid berlangsung hingga tahun 1930. Haji Hadjid juga terlibat dalam pembentukan Hizbul Wathan. Ia bersama dengan K.H. Mochtar dan H.M. Syarbini bahu membahu dalam membentuk organisasi kepanduan Muhammadiyah ini. Nama Hizbul Wathan adalah usulan dari Hadjid. Sebelumya, organisasi ini bernama Padvinders Muhammadiyah atau Pandu Muhammadiyah. Setelah Indonesia merdeka, Hadjid dipercaya menjabat sebagai ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah sejak tahun 1951 hingga tahun 1957. Prestasinya selama memimpin Majelis Tarjih adalah dibukukannya hasil Muktamar dalm buku berjudul Himpunan Putusan Tarjih (HPT). Selanjutnya, ia dipercaya menjadi Penasihat PP Muhammadiyah sejak tahun 1966 hingga tahun 1977.

Menjadi Pengurus Departemen Agama dan Dosen

sunting

Hadjid tidak hanya aktif di Muhammadiyah. Pada masa penjajahan Jepang, ia menjadi bagian dari Kantor Lembaga Agama Yogyakarta. Karirnya berlanjut pada masa kemerdekaan ketika ia dipercaya menjadi Wakil Kepala Jawatan Agama Provinsi DIY. Ia juga menjadi dosen pada Sekolah Tinggi Islam (sekarang UII) di Yogyakarta pada tahun 1946 hingga tahun 1947.

Karya Tulis

sunting

Haji Hadjid adalah seorang penulis yang cukup aktif. Buku-buku yang pernah ditulisnya antara lain; 1 ) Kalimah Sahadah Bahasa Jawa; 2) Tafsir Al Fatihah; 3) Pedoman Dakwah Umat Islam; 4) Pedoman Tabligh Bahasa Jawa Jilid I, II, III; 5) Buku Fiqh (ditulis dengan huruf Pegon); 6) Tafsir Al Quran Juz 1-18; 7) Tujuh Belas Ayat-Ayat ; 8) Kitab Pertjontohan Bagi Pemoeda-Pemoeda Kita; 9) Falsafah Ajaran KH Ahmad Dahlan; 10) Buku Belajar Huruf Hijaiyah; 11) Piwoelang Islam; 12) Goeroe Tabligh; 13) Perkawinan; Menurut ‘Adat dan Asas Perkawinan Setjara Islam.[4] Sebagian besar buku yang ditulisnya merupakan buku-buku yang berkaitan dengan agama Islam.

Referensi

sunting

Silakan periksa email Anda

sunting

Halo Faisal Anas: Silakan periksa email Anda! Subjek: "The Community Insights survey is coming!" Jika Anda memiliki pertanyaan, silakan kirim email ke [email protected].

(English: Please check your email and spam! Subject is "The Community Insights survey is coming!" If you have questions, email [email protected].)

Sorry for the inconvenience, see my explanation here.

MediaWiki message delivery (bicara) 24 September 2020 19.04 (UTC)Balas

  1. ^ Akal Budisantoso, Pengerahan Romusha dalam Pembangunan Gua-gua Pertahanan Jepang di Mrangi, Pundong, Batul Tahun 1943-1945, Skripsi, 2017, Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.
  2. ^ [Lasa H.S., dkk, 100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi, (Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi Muhammadiyah, 2014), hlm. 134.]
  3. ^ [Muarif, Modernisasi Pendidikan Islam Sejarah dan Perkembangan Kweekschool Moehammadijah 1923-1932, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012), hlm. 133-137.]
  4. ^ [Lasa H.S., Percikan Pemikiran Tokoh Muhammadiyah untuk Indonesia Berkemajuan, (Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2018), hlm. 159]