David Napitupulu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 37:
 
Ia menyebut keluarganya "Rumah Pancasila". Hal ini disebabkan, istrinya yang sekarang beragama Islam, sedangkan David pemeluk Kristen Protestan. Ayah sepasang putra - putri ini menggemari olahraga golf, tennis, renang, tenis meja dan jalan kaki.<ref>http://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/D/20030618-19-D_2.html</ref>
 
== Mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) ==
Ikut Mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
David Napitupulu, bukanlah orang yang mudah untuk diajak berdebat tentang suatu hal. Ia juga bukan orang yang senang bicara banyak. Bahkan, wawancara dengan wartawan pun lebih sering dia tolak. Tetapi, ketika bertemu Presiden Soekarno di Istana Negara pada tanggal 18 Januari 1966, dari 10 tokoh mahasiswa KAMI yang hadir, David lah yang paling banyak berdialog dengan Bung Karno. Tak sekadar dialog, juga berdebat, yang justru cenderung menyerupai perbantahan atau debat kusir, yang untuk ukuran dia sekarang tergolong lucu. Tetapi, waktu itu Ia cukup berani. “Anak Ingusan” mendebat Proklamator/Presiden Seumur Hidup/Pemimpin Besar Revolusi/Pangti ABRI dan sederet panjang gelar dan jabatan Bung Karno.
 
Keberanian David dan rekan – rekannya timbul, karena merasa taruhan nya adalah masa depan Bangsa dan Negara. Sasaran mereka sudah jelas, Presiden Soekarno harus menerima Tri Tuntutan Rakyat (Tritura), membubarkan PKI, meretul Kabinet 100 Menteri dan menurunkan harga. Tak heran, kalau tanggal 18 Januari 1966 itu merupakan hari yang takkan pernah dilupakannya. Anggota DPR atau Jenderal sekali pun, tidak akan pernah seberani tokoh – tokoh KAMI itu dalam mendebat Pemimpin Tertinggi Negaranya, secara terbuka. Apalagi kalau diingat, 3 (tiga) hari sebelumnya yakni pada tanggal 15 Januari 1966, mereka seolah – olah dimaki – maki oleh Presiden Soekarno di depan 100 Menteri Kabinet. Dengan suara geledeknya, Bung Karno seakan menuding mereka sebagai pihak yang akan mendongkelnya. Padahal mereka diundang hadir dalam sidang paripurna kabinet yang berlangsung di Istana Bogor saat itu.
 
Selaku Ketua Umum DPP Mahasiswa Pancasila yang terpilih tahun 1965 dan juga sebagai Ketua Presidium KAMI Pusat, David merasa harus memiliki keberanian untuk menyuarakan hati nurani Rakyat. Apalagi, Mahasiswa Pancasila (Mapancas) adalah organisasi mahasiswa, yang waktu itu berafiliasi dengan IPKI, sebuah organisasi politik yang kelahirannya di dasarkan pada sifat – sifat kekaryaan dan didirkan oleh beberapa pimpinan ABRI. Dibandingkan dengan teman – temannya sesama Eksponen’66, David Napitupulu mempunyai penampilan yang berbeda. Perbedaan ini terlihat dari sosok rekan – rekannya seperti Cosmas Batubara, Sofyan Wanandi, Abdul Gafur, Mar’ie Muhammad, Firdaus Wadjdi, Fahmi Idris, YMV Suwarto, Tommy Wangke, Johny Sunarya dan beberapa rekan lainnya. Ada yang getol berpidato, ada yang lihai berargumentasi, ada yang pintar menyusun redaksi statemen, ada yang unggul dalam mengerahkan massa, ada yang gampang melakukan lobi dan ada yang senang berdebat. David memiliki peranan yang cukup penting karena berkat kelebihannya, Ia bisa melakukan lobi dengan kalangan perwira tinggi ABRI.
Dalam pembentukan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) bulan Desember 1965, David yang merupakan Ketua Umum DPP Mahasiswa Pancasila (Mapancas) menjadi salah seorang Ketua Presidium KAMI Pusat. Ketua – Ketua lain berasal dari berbagai Ormas, seperti Cosmas Batubara, Zamroni, dan Elyas. Secara periodik, mereka bergantian dalam memimpin KAMI Pusat. Organisasi tingkat pusat, tingkat DKI dan tingkat Universitas merupakan penggerak demonstrasi – demonstrasi mahasiswa di jalan – jalan, untuk menumbangkan Orde Lama. Meski organisasi ini hanya berumur 4 (empat) bulan, namun aksi – aksi yang digelarnya selama 60 hari, telah sangat menggetarkan Indonesia. Pada akhirnya, KAMI dibubarkan oleh Komando Ganyang Malaysia, setelah salah seorang Demonstran, Arief Rachman Hakim gugur terkena peluru Tjakrabirawa di depan Istana Merdeka.
KAMI memang merupakan wadah yang paling efektif dalam menggalang aksi – aksi demonstrasi mahasiswa. Di dalamnya, seluruh bendera organisasi ekstra dan intra mahasiswa pendukung seolah melebur diri, agar bisa keluar dengan satu bendera yang sama. Di bawah bendera KAMI, seluruh mahasiswa bersatu padu, tanpa mempedulikan agama, suku, ideologi (kecuali komunis) dan bentuk organisasi asal, menuju satu sasaran yang sama, perubahan dan pembaruan, sebagaimana tertulis dan tersirat dalam Tritura.
 
David Napitupulu, Cosmas Batubara, dan Mar’ie Muhammad adalah tiga anggota Presidium KAMI yang merupakan konseptor utama Tritura pada tanggal 9 Januari 1966. Mereka didampingi oleh Syafrinus dan Ismed Hadad dari Biro Penerangan KAMI, Marga Siswa, Jalan Sam Ratulangi No. 1 Jakarta. Pembicaraan di antara mereka berlangsung lancer, tidak bertele – tele, karena tiga tuntutan yang digariskan, memang merupakan hal – hal yang paling mendesak waktu itu.
 
== Ringkasan ==