Istana Gedung Dalom: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dedy Tisna Amijaya (bicara | kontrib)
Dedy Tisna Amijaya (bicara | kontrib)
k Menambahkan payung agung
Baris 342:
[[Berkas:Songsong kuning.jpg|jmpl|kiri|Payung Agung Saibatin Songsong kuning.]]
[[Berkas:Sultan Sekala Brak yang ke 23.jpg|jmpl|kiri|Songsong kuning Payung Agung, salah satu tanda keagungan dan kebesaran Sai Batin sebagai pengayom masyarakat yang dipimpinnya.]]
Payung Agung (Payung Agung Songsong Kuning), salah satu tanda keagungan dan kebesaran Sai Batin sebagai pengayom masyarakat yang dipimpinnya. Sampai dengan masa Sai Batin Pangeran Suhaimi, payung agung songsong kuning hanya dikenakan Sultan/SaiBatin Raja Adat di Kepaksian. Payung Agung songsong kuning SaiBatin berwarna Kuning atau kuning emas, bukan warna hijau. Payung Agung selalu dikembangkan menyertai langkah SaiBatin. Apabila SaiBatin berkunjung ke Jukkuan maka payung agung dikembangkan guna memayungi pada saat proses arak-arakan, pengawalan Saibatin. Apabila SaiBatin masuk ke dalam rumah/ruang perhelatan Jukkuan yang sedang nayuh maka payung agung tetap dikembangkan di belakang tempat duduk SaiBatin. Apabila SaiBatin tidak bisa hadir sendiri dan mengirim utusan, maka yang ditegakkan di depan rumah tetapi tidak dikembangkan (dibiarkan kuncup) adalah Payung Agung Songsong Kuning, tanda bahwa utusan Sai Batin yang hadir di dalam rumah empunya hajat. Begitupun saat prosesi arak-arakan, payung Agung songsong kuning tetap ditampilkan mengiring disamping wakil Sai Batin tetapi tidak dikembangkan. Utusan yang mewakili Sai Batin tetap dipayungi dengan payung lain warna hijau. Sementara songsong kuning Sai Batin tetap ikut diarak dalam keadaan tidak mengembang (kuncup). Namun sejak tahun 1950 mulai ada Kepala Jukku/Jukkuan yang membuat payung agung. Maksudnya, agar setiap kali Sai Batin memenuhi permohonan masyarakat hadir di Jukkuannya, payung agung songsong kuning sudah tersedia. Perkembangan berikutnya agak menyimpang, payung agung itu juga digunakan sebagai payung kebesaran Jukkuan. Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.,M.H. Glr Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke – 23 tahun 2015 melihat kenyataan itu dan akhirnya dengan penuh kearifan, memutuskan setiap Jukkuan memperoleh anugerah perkenan pemakaian payung agung Sai Batin. Hanya payung agung Jukkuan harus berwarna hijau. Payung Jukkuan ini disebut Payung Kanggal. “Kalau itu mampu menimbulkan kebanggaan identitas diri kelompok mereka, simbol adat itu akan menjadi punya manfaat. Jukkuan bisa memiliki payung sendiri yang berbeda dengan payung agung Sai Batin.” Payung Kanggal Jukkuan berwarna hijau. Selain payung agung warna hijau, adalah warna payung agung Sai Batin. Dalam rangka memperkuat keputusannya ini, Paduka YM SPDB Brigjen. Pol. Drs. H. Pangeran Edward Syahpernong,S.H.,M.H. Glr Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke -23 selaku Sai Batin pun telah menyerahkan sejumlah dana kepada Khaja Semuka Dalom Kutabesi untuk membuat tiga buah Payung Kanggal yang dapat digunakan oleh Jukkuan sebelum tiap-tiap Jukkuan mampu membuat Payung Kanggal sendiri. Jukkuan juga diperkenankan memiliki Payung Kanggal lebih dari satu. Bahkan boleh digunakan secara sekaligus dalam upacara nayuh – tayuhan. Hal ini untuk mengatasi apabila Mulli Jukuan Baya dipayungi dan Mulli Jukkuan Kuwakhi juga dipayungi. Kedua-duanya boleh dipayungi oleh anak buah masing-masing. Juga apabila ada Jukkuan hasil pemekaran. Arak-arakan dalam upacara nayuh pemekaran Jukkuan ini, Mulli Jukkuan Pakkal (asal) dan Mulli Jukuan yang nayuh (pemegang Jukkuan baru) sama-sama dipayungi. Hanya, hal tersebut dapat dilakukan apabila Sai Batin atau yang mewakili tidak digunakan sebagai payung kebesaran Jukkuan. Payung Agung SaiBatin dan Payung Kanggal ini memiliki bentuk yang khas dengan penutup kain bersulam manik-manik warna mencolok dan mengkilat. Tangkai payung panjang bersaput kain warna mencolok, atap berbentuk lingkaran dengan jeruji anyam ke arah as tiang penyangga. Tepian ujung lingkaran atap payung berhias rumbai aneka warna yang menjuntai dan bersinaran apabila tertimpa cahaya<ref>{{Cite book|last=Dedy|first=Tisna Amijaya|date=2011|title=Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara|location=Bandar Lampung|isbn=9786029933703|pages=539-541|url-status=live}}</ref>.
 
*'''Makna dan Lambang Kebesaran Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak'''