Istana Gedung Dalom: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Sejarah: menambahkan rujukan Tag: LTA Sekala Brak VisualEditor-alih |
→Sejarah: memperbaiki Tag: LTA Sekala Brak VisualEditor-alih |
||
Baris 79:
*'''Jejak Masa Sekala Brak Kuno'''
Uwais Inspirasi Indonesia Joko Darmawan dan Rita Wigira Astuti penulis buku yang berjudul Sandyakala Kejayaan dan Kemasyuran Kerajaan Nusantara halaman 5 (lima) sampai dengan 6 (enam) menurut Drs. Paulus Wahana,M.Hum, pemerhati dari [[Universitas Sanata Dharma]] [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] di katakan bahwa sebelum budaya [[Agama Hindu|hindu]] berpengaruh di dalam masyakatat Indonesia dalam segala aspeknya dan hal tersebut bukan sekedar animisme, di Kepaksian sekala brak Kuno sama seperti di [[Kalimantan]] kepercayaan mengagungkan pemujaan terhadap pohon besar yang dinamakan belasa kepappang sangat disucikan oleh Suku Bangsa Negeri Sekala Brak. Pohon ini memiliki dua cabang, yaitu cabang nangka dan cabang sebukau, yang keduanya mengandung getah (R. Sudradjat, dkk., Sistem Pemajemukan Bahasa Lampung Dialek Abung, 1991). Jika terkena getah cabang sebukau, orang bisa terkena penyakit kulit dan berbahaya apabila dibiarkan begitu saja. Namun, ternyata ada obatnya, yakni getah dari cabang nangka. Adanya dua cabang dengan dua getah yang bertolak belakang dalam satu pohon inilah yang membuat Belasa Kepappang di jadi kan sesembahan Suku Bangsa Negeri Sekala Brak waktu itu<ref>https://tirto.id/mengenal-kerajaan-sekala-brak-sebagai-leluhur-lampung-czon</ref>. Pada tanggal 1 januari 2021 perangkat adat pekon kutabesi menemukan pohon besar yang sudah di tebang berada di sekitar gunung pesagi, ada 2 (dua) potongan kayu besar dan panjang kayu tersebut di namakan Pepaduan. Penaklukan Kepaksian Sekala Brak Kuno adalah AL-Mujahid dari [[Kesultanan Samudera Pasai|negeri pasai]] Sampainya-n di [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar|Pagaruyuang]], kemudian setelah berdirinya salah satu [[Kerajaan Jambu Lipo|Kerajaan]] di [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar|Pagaruyung]], dari Pagaruyung Empat Umpu dari keturunan anak Raja tersebut beranjak ke [[Kabupaten Mukomuko|Muko-Muko]] menyebarkan agama Islam. Kemudian masuk ke [[Sekala Brak|Kerajaan sekala brak Kuno]] melihat sebuah negeri yang beragama [[Animisme]], ada sebuah proses dialog pada saat mereka sampai di [[Kabupaten Lampung Barat|Kerajaan sekala brak Kuno]] mereka menempati suatu tempat yang disana juga adalah salah satu komunitas yang tidak termasuk dari bagian suku tumi tetapi juga adalah kelompok-kelompok yang bisa di pengaruhi lebih awal untuk memeluk agama islam di sini dislokasi mereka di dalam sejarah yang namanya [[Gunung Pesagi|“Ranji Pasai”]] bahasa lampung nya “Sikam Jamma Pasai” (Kami Orang Pasai), setelah dialog dari tanggal 13 sampai dengan 17 agustus 1289 itu kemudian tidak mendapatka suatu titik temu akhirnya naik ke atas gunung pesagi pada tanggal 24 agustus 1289 sehingga terjadi suatu peperangan beberapa cerita di bulan bakha, peristiwa bulan bakha pada saat suatu pagelaran dari pada upacara di malam bulan purnama pada saat itu diserang [[Sekala Brak]] dalam melalui suatu pertempuran yang sangat sengit akhirnya di kalahkan di tumbangkan melalui titik awal dari pada [[Sekala Brak|Kerajaan Islam]] Dengan raja terakhir Kepaksian Sekala Brak Kuno yang beragama [[Animisme]], seorang laki-laki yang disebut Ratu Sekaghummong yang merupakan anak dari Ratu Sangkan serta cucu dari Ratu Mucah Bawok. Pada jaman ini dikutip dari @indozone Ka'bah di masjidil haram di kota suci Mekkah pada tahun 983 terjadi perselisihan Bani Abad dan Bani Abid serta tahun 1257 penduduk Hijaz serta seluruh umat [[Islam di Lampung]] dilarang berhaji. Penyebaran suku-suku Negeri Sekala Brak mengikuti aliran air (sungai) [[Way Semaka]] menyebar hingga [[Semaka]].
[[Berkas:Pemanohan Simbol Penaklukan 222.jpg|jmpl|kiri|Gambar 02. Keris Belambangan (Rakiyan Istinja Darah)]]
[[Berkas:Tambo paksi 112.jpg|jmpl|kiri|Gambar 03. Tambo Kepaksian tuntunan sholat]]
|