Ratjih Natawidjaja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 87:
Dalam persiapan [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|pemilihan umum legislatif Indonesia pertama]] yang diadakan pada 1955, Ratjih sempat dicalonkan sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR). Ia juga terlibat sebagai juru kampanye dan penggalang massa dalam kampanye-kampanye PNI. Namun, konflik internal kemudian melanda PNI akibat perbedaan visi politik nasionalisme. Ratjih yang memilih untuk bersikap netral dan tidak memihak dalam konflik tersebut dicoret dari daftar calon DPR PNI.{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=229}} Ratjih kemudian ditunjuk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Peralihan Jakarta yang bertugas dari tanggal 31 Agustus 1956 hingga DPRD Jakarta baru dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1957.<ref>{{Cite book|last=Gie|first=The Liang|date=1958|url=https://books.google.com/books?id=wD4QPddBMcwC&pg=PA163|title=Sedjarah Pemerintahan Kota Djakarta|location=Jakarta|publisher=Kotapradja Djakarta Raja|pages=163, [https://books.google.com/books?id=wD4QPddBMcwC&pg=PA185 185]|language=id|url-status=live}}</ref>
 
Setelah DPRD hasil pemilihan daerah dibubarkan, Ratjih ditunjuk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta yang baru pada tahun 1959, yang dibentuk melalui penunjukan alih-alih pemilihan. Ratjih tetap mempertahankan keanggotannya di dalam DPRD setelah DPRD bertransformasi menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong Jakarta (DPRD-GR Jakarta).{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=230}}
 
Ketika peristiwa [[Gerakan 30 September]] terjadi, Presiden [[Soekarno]] yang kala itu berkuasa disangkutpautkan dan diduga terlibat dalam peristiwa tersebut. Hal ini berdampak negatif pada PNI karena asosiasi partai tersebut dengan sosok Soekarno sebagai pendiri. Akibatnya, aktivitas PNI menjadi terhambat dan organisasi Wanita Demokrat Indonesia (yang kemudian berubah menjadi Wanita Marhaen) mengalami kelumpuhan. Organisasi ini kemudian didirikan kembali pada tahun 1973 dengan nama baru, Pergerakan Wanita Nasional (Perwanas). Ratjih memiliki andil yang sangat besar dalam upaya pendirian kembali organisasi ini.{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=229-230}}
 
== Riwayat organisasi ==