Ratjih Natawidjaja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 102:
Pada tahun 1970an, Ratjih bersama dengan sejumlah tokoh wanita mempersiapkan pendirian organisasi Koperasi Wanita Indonesia (Kopwani). Kopwani berdiri pada tahun 1975 dan Ratjih menjabat sebagai ketua umum selama dua periode, yakni dari tahun 1975 hingga 1979 dan dari tahun 1979 hingga 1981. Ratjih berpendapat bahwa Kopwani berdiri sebagai sarana pendidikan dan keterlibatan kaum wanita dalam perkooperasian.{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=232}}
 
=== Organisasi sosial dan pendidikanlainnya ===
Selain organisasi perkooperasian, Ratjih juga mengembangkan sejumlah organisasi lainlainnya, seperti menghidupkan kembali Yayasan Kemajuan Wanita "Seri Dharma" yang didirikan pada tahun 1928 dan Yayasan Perguruan Kartini yang didirikan pada tahun 1928.{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=228-229}}. Organisasi-organisasi sosial yang didirikannya yakni Yayasan Dharma Bhakti pada tahun 1957 dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang didirikan bersama dengan sejumlah tokoh wanita seperti Nani Sadikin, Lasmidjah Hardi, Yetty Noor, dan lainnya, pada bulan Mei 1973.{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=233}}
 
Dalam bidang pendidikan, Ratjih mengembangkan sejumlah yayasan, seperti Yayasan Pendidikan Cikin dan Yayasan Pendidikan Islam Al-Azhar.{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=233}} Yayasan Al-Azhar kemudian menaungi sejumlah institusi pendidikan Islam: SD, SMP, dan SMA Islam Al-Azhar.{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=230-231}} Dalam perjalanan selanjutnya, Ratjih bersama dengan sejumlah rekan juga mendirikan Ikatan Alumni Studi Islam yang bertujuan untuk mengadakan tinjauan akademis terhadap Islam dan bantuan studi Islam, serta Yayasan Baitul Ikhsan yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam mengembangkan peranan umat Islam dalam bidang pendidikan. Kedua organisasi ini, yakni Ikatan Alumni Studi Islam dan Yayasan Baitul Ikhsan, memiliki hubungan kerjasama yang erat berkat peranan Ratjih.{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=233}}
 
Menjelang ajalnya, Ratjih masih sempat terlibat dalam sejumlah organisasi, kendati tidak seaktif dulu karena keadaan fisik yang kurang memadai. Ia dipercaya menjadi penasihat Forum Komunikasi Yayasan Sekolah Swasta, penasihat Asosiasi Penyelengara Pendidikan Indonesia, Ketua Paguyuban Wanita Pejuang periode 2000-2003, anggota Badan Penggerak Pembina Potensi Angkatan 45, Penasihat Pusat Koperasi Wanita DKI, dan Penasihat Induk Koperasi Wanita dari tahun 1999 hingga 2004.{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=234}}
== Keluarga ==
Ratjih bertemu dengan calon suaminya, Husein Kartasasmita, ketika sedang berkunjung ke rumah pamannya. Hubungan antara keduanya semakin akrab dari waktu ke waktu, namun tidak direstui oleh keluarga Ratjih. Keluarga Ratjih mengetahui bahwa Husein merupakan duda beranak tiga dan berjarak 11 tahun dari Ratjih. Ayah Ratjih juga sudah menyiapkan calon suami bagi Ratjih. Namun, Ratjih tetap bersikukuh untuk menikahinya. Keduanya akhirnya menikah beberapa saat kemudian.{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=225}}
 
Setelah menikah, Husein yang mengajar di Handelsschool (Sekolah Dagang) Sekolah Pasundan Bandung memboyong Ratjih ke kota tersebut dan meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai guru. Meskipun awalnya Ratjih menolak ajakan Husein, namun Ratjih akhirnya mengikutinya. Pasangan tersebut melahirkan anak pertama mereka, yang bernama [[Ginandjar Kartasasmita]], di kota tersebut pada tanggal 9 April 1941. Husein wafat pada tanggal 17 Desember 1990 di Jakarta.<ref>{{Cite news|date=5 Januari 1991|title=Meninggal Dunia|url=https://majalah.tempo.co/read/album/12800/meninggal-dunia|work=Tempo|access-date=27 Desember 2021}}</ref>
Baris 112 ⟶ 115:
Ratjih wafat pada pukul 11.50 tanggal 9 Juli 2014 di Rumah Sakit Pusat Pertamina, [[Jakarta Selatan]].<ref>{{Cite web|title=Adu Pendapat Seputar Pilpres Tak Sempat Bertemu JK, Ical Datang ke Rumah Ginandjar Kartasasmita - detikPemilu|url=https://www.detik.com/pemilu/tak-sempat-bertemu-jk-ical-datang-ke-rumah-ginandjar-kartasasmita|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2021-12-27}}</ref><ref>{{Cite web|title=Adu Pendapat Seputar Pilpres JK Datangi Rumah Ginandjar Kartasasmita untuk Ikut Tahlilan - detikPemilu|url=https://www.detik.com/pemilu/jk-datangi-rumah-ginandjar-kartasasmita-untuk-ikut-tahlilan|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2021-12-27}}</ref>
 
== Penghargaan dan tanda jasa ==
Ratjih memperoleh sejumlah penghargaan dan tanda jasa selama berkiprah dalam dunia politik dan organisasi. Penghargaan dan tanda jasa yang diperolehnya adalah sebagai berikut:{{sfn|Soewito|Irsyam|Nurliana|Suhartono|2005|p=234}}
* Piagam Penghargaan dari Konferensi Nasional Pembinaan dan Pengembangan Kesejahteraan Anak (1984)
* Tokoh Pejuang dari Dewan Pengurus Kowani (1985)
* Hatta Nugraha dari Dewan Koperasi Nasional Indonesia (1989)
* Satyalancana Pembangunan (1994)
* Bintang Nararya (17 Agustus 1995)
== Referensi ==
{{reflist}}