John Rawls: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 44:
{{multiple image|align=left|total_width=400|caption_align=center|image1=A Theory of Justice - first American hardcover edition.jpg|alt1=Green book cover|caption1={{resize|''A Theory of Justice'', {{abbr|1st{{nbsp}}ed.|First edition}}}}|image2=Original Position.svg|alt2=Ilustrasi menunjukkan dua kelompok orang dan sebuah dinding (atau selubung) yang memisahkan keduanya: kelompok pertama di sebelah kiri orang-orang dengan karakteristik yang seragam, sedangkan kelompok di sebelah kanan lebih plural berkenaan dengan gender, ras dan karakteristik-karakteristik lainnya.|caption2={{resize|Ilustrasi visual dari "[[posisi asali]]" dan "[[selubung ketidaktahuan]]"}}|footer=Warga negara diminta membuat keputusan tentang masyarakat seperti apa yang ingin mereka pilih dari posisi asali yang setara ''(di sebelah kiri)'' di balik "selubung ketidaktahuan" ''(dinding di tengah)'', tanpa mengetahui gender, ras, kemampuan, selera, kekayaan dan posisi dalam masyarakat yang akan mereka miliki ''(sebelah kanan)''. Rawls berargumen bahwa situasi seperti ini akan menyebabkan mereka membuat keputusan yang "adil".}}
Rawls mengemukakan bahwa individu-individu itu tahu bahwa mereka akan memiliki dua kapasitas dasar setelah perundingan. Pertama, individu-individu itu akan memiliki kapasitas untuk membentuk, mengejar, dan merevisi konsepsi tentang kebaikan dalam hidup, atau rencana hidup. Akan tetapi, mereka tidak mengetahui konsepsi kebaikan macam apa yang akan mereka miliki. Bisa jadi konsep kebaikan religius atau sekuler, tetapi setiap individu di posisi asali tidak tahu yang mana. Kedua, setiap individu akan memiliki kapasitas untuk mengembangkan rasa keadilan dan keinginan untuk mematuhinya secara efektif. Dengan hanya mengetahui dua kapasitas dasar dari diri mereka sendiri, kelompok individu ini berunding untuk merancang struktur sosial dengan didasarkan pada [[teori pilihan rasional]], di mana setiap orang berkeinginan untuk mencari keuntungan maksimal bagi dirinya sendiri. Idenya adalah bahwa proposal yang biasanya kita anggap tidak adil – seperti bahwa orang kulit hitam atau perempuan tidak boleh memegang jabatan publik – tidak akan diusulkan dalam posisi asali, karena tidaklah ''rasional'' untuk mengajukannya. Alasannya sederhana: setiap individu tidak tahu apakah dia sendiri akan menjadi seorang wanita atau orang kulit hitam. Posisi serupa juga diekspresikan dalam prinsip perbedaan, yang menurutnya, dalam sistem ketidaktahuan tentang status ekonomi seseorang, seseorang akan berusaha untuk meningkatkan posisi yang paling miskin, karena bisa jadi ia akan berada dalam posisi itu.
Rawls mengembangkan posisi asalinya dengan memodelkannya mengikuti konsep "situasi awal" dari berbagai pemikir kontrak sosial yang ada sebelum dia, termasuk [[Thomas Hobbes]], [[John Locke]] dan [[Jean-Jacques Rousseau]]. Setiap pemikir kontrak sosial mengkonstruksi situasi awalnya dengan cara yang agak berbeda, mempertimbangkan moralitas politik yang yang ingin ia hasilkan dari eksperimen pemikiran. <ref>Nussbaum, Martha; Frontiers of Justice; Harvard U Press; Cambridge, Massachusetts; 2006; Kindle location 1789</ref> Iain King berpendapat bahwa konsep posisi asali Rawls mengacu pada pengalaman Rawls di masa Jepang pasca-perang, di mana Angkatan Darat AS ditugaskan untuk merancang otoritas sosial dan politik baru untuk negara itu, sambil "membayangkan semua yang telah terjadi sebelumnya." <ref>"Deciding what this new (Japanese) society should look like was the task of the Supreme Command for the Allied Powers, and Rawls took this question – what should the rules of a society be – back to the US. But only in 1971 did he come up with a comprehensive answer. His theory starts by imagining away all that had gone before, just as the past had been erased in Hiroshima." Taken from [http://www.military-history.org/articles/thinkers-at-war-john-rawls.htm Thinker at War: Rawls], published in Military History Magazine, 13 June 2014, accessed 20 November 2014.</ref>
|