Pembela Tanah Air: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rodina35 (bicara | kontrib)
Penyesuaian infobox dan kalimat. Penggabungan latar belakang, pemberontakan, dan pembubaran ke dalam bagian sejarah. Penambahan struktur (tabel diterjemahkan dari en.wp). Penambahan daftar pustaka (dari en.wp). Penambahan beberapa pranala.
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Baris 1:
{{kegunaanlain|Peta (disambiguasi)}}
{{Infobox Militarymilitary Unitunit
|unit_name= Pembela Tanah Air
|image= [[Berkas:Flag of PETA (Pembela Tanah Air).svg|260px]]
|caption= Bendera yang digunakan batalion PETA
|dates= [[3 Oktober]] [[1943]] - –[[19 Agustus]] [[1945]]
|country= {{negaraflagicon|IndonesiaKekaisaran Jepang}} [[Indonesia: Era Jepang|Indonesia]] (Pra-kemerdekaanpendudukan Jepang)
|allegiance= [[Berkas:War{{angkatan flag of the Imperial Japanese Army.svgdarat|25px]] [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang]]}}
|branch=''[[Seinendan|Seinen Dojo]]''
|type=[[Infanteri]]
|role=MembelaPertahanan wilayah [[Indonesia]] dari serangan [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Blok Sekutu]]
|size={{ublist
|size=66 Batalion di [[Jawa]]<br />3 Batalion di [[Bali]]<br />Sekitar 20,000 personel di [[Sumatra]]
| 66 batalion di [[Jawa]]
| 3 batalion di [[Bali]]
| {{circa|20.000}} personel di [[Sumatra]]
}}
|command_structure=
|current_commander=
Baris 16 ⟶ 20:
|ceremonial_chief=
|colonel_of_the_regiment=
|nickname=PETA<br />''Kyoudo Bouei Giyuugun''
|patron=
|patron=[[Berkas:War flag of the Imperial Japanese Army.svg|25px]] [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang]]
|motto= "''Indonesia Akan Merdeka''"
|colors= {{ublist
|colors= {{nowrap|[[Ungu]], [[Hijau]], [[Merah]] & [[Putih]] {{color box|#6B3FA0}}{{color box|#004123}}{{color box|Red}}{{color box|#FFFFFF}}}}
| {{color box|#6B3FA0}} [[Ungu]]
|colors_label= Warna seragam
| {{color box|#004123}} [[Hijau]]
| {{color box|Red}} [[Merah]]
| {{color box|#FFFFFF}} [[Putih]]
}}
|colors_label= Warna panji
|identification_symbol=
|march=Mars Tentara Pembela
|mascot=
|battles=
|Commanders= Letnan Jenderal Nagano Yuichiro
|notable_commanders=
|anniversaries=[[3 Oktober]]
|decorations=
|battle_honours=
|native_name={{ublist
}}
| {{lang|ja|郷土防衛義勇軍}}
| {{transl|ja|Kyōdo Bōei Giyūgun}}
}}}}
{{Sejarah Indonesia}}
 
[[Berkas:Peta_ri.jpg|kiri|jmpl|Tentara PETA sedang latihan di Bogor pada tahun 1944]]
'''Tentara Sukarela Pembela Tanah Air''' atau {{nihongo|'''PETA'''|郷土防衛義勇軍|Kyōdo Bōei Giyūgun}} adalah kesatuan militer yang dibentuk [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] di [[Indonesia]] dalam [[masa pendudukan Jepang]]. Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal [[3 Oktober]] [[1943]] berdasarkan maklumat ''Osamu Seirei No 44'' yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, [[Letnan Jenderal]] Kumakichi Harada sebagai [[Tentara Sukarela]]. Pelatihan pasukan Peta dipusatkan di kompleks militer [[Bogor]] yang diberi nama [[Gyu Gun|Jawa Bōei Giyūgun Kanbu Resentai]].
 
{{nihongo|'''Tentara Sukarela Pembela Tanah Air'''|郷土防衛義勇軍|Kyōdo Bōei Giyūgun}} atau '''Pembela Tanah Air''' ('''PETA''') adalah satuan militer yang dibentuk [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] di [[Indonesia]] pada [[masa pendudukan Jepang]]. PETA dibentuk pada tanggal [[3 Oktober]] [[1943]] sebagai tentara sukarela berdasarkan maklumat ''Osamu Seirei No. 44'' yang diumumkan oleh Panglima [[Angkatan Darat ke-16 (Jepang)|Angkatan Darat Ke-16]], [[Letnan Jenderal]] Kumakichi Harada. Pelatihan pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer di [[Bogor]].
Tentara PETA telah berperan besar dalam [[Perang Kemerdekaan Indonesia]]. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Soeharto]] dan [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Soedirman]]. Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi [[militer Indonesia]], antara lain setelah menjadi bagian penting dari pembentukan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI) hingga akhirnya [[TNI]]. Karena hal ini, PETA banyak dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari [[Tentara Nasional Indonesia]].
 
Tentara PETA telah berperan besar dalam [[Perang Kemerdekaan Indonesia]]. Beberapa tokoh nasional yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Soeharto]] dan [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Soedirman]]. Veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi [[militer Indonesia]], mulai dari pembentukan [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI), hingga akhirnya menjadi [[TNI|Tentara Nasional Indonesia]] (TNI). Karena hal ini, PETA dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.
== Latar belakang ==
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Tentara Pembela - Verdedigingsleger.webm|kiri|jmpl|Mars PETA dalam pembukaan video propaganda Jepang yang diproduksi oleh Keimin Bunka Shidosho (Lembaga Kebudayaan Jepang di Indonesia)]]
 
=== Pembentukan ===
Pembentukan PETA dianggap berawal dari surat Raden [[Gatot Mangkoepradja]] kepada ''[[Gunseikan]]'' (kepala pemerintahan militer Jepang) pada bulan September 1943 yang antara lain berisi permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang. Pada pembentukannya, banyak anggota ''[[Seinen Dojo]]'' (Barisan Pemuda) yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada pendapat bahwa hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pendapat ini ada benarnya, karena, sebagaimana berita yang dimuat pada [[koran]] "[[Asia Raya]]" pada tanggal [[13 September]] [[1943]], yakni adanya usulan sepuluh ulama: K.H. [[Mas Mansyur]], KH. Adnan, Dr. [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Abdul Karim Amrullah]] (HAMKA), Guru H. [[Mansur]], Guru H. [[Cholid]]. K.H. [[Abdul Madjid]], Guru [[H. Jacob]], K.H. [[Djunaedi]], [[U. Mochtar]] dan H. [[Mohammad Sadri]], yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau [[Jawa]].<ref>Suryanegara, Mansur. 1996. ''Pemberontakan Tentara PETA di Cileunca Pangalengan Bandung Selatan''</ref> Hal ini menunjukkan adanya peran golongan agama dalam rangka pembentukan milisi ini. Tujuan pengusulan oleh golongan agama ini dianggap untuk menanamkan paham kebangsaan dan cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian juga diperlihatkan dalam panji atau bendera tentara PETA yang berupa [[matahari terbit]] (lambang [[kekaisaran Jepang]]) dan lambang [[bulan sabit]] dan [[bintang]] (simbol kepercayaan [[Islam]]).
Pembentukan PETA dianggap berawal dari surat Raden [[Gatot Mangkoepradja]] kepada {{Nihongo|[[pemerintahan militer]] Jepang|軍政官|Gunseikan|}} pada bulan September 1943, yang salah satu isinya berupa permohonan agar bangsa Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang. Pada pembentukannya, banyak anggota ''[[Seinendan|Seinen Dojo]]'' (Barisan Pemuda) yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada pendapat bahwa hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat [[patriotisme]] dengan memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pendapat ini ada benarnya karena sebagaimana berita yang dimuat pada [[koran]] "[[Asia Raya]]" pada tanggal [[13 September]] [[1943]], terdapat usulan dari sepuluh ulama: K.H. [[Mas Mansyur]], K.H. Adnan, Dr. [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah|Abdul Malik Karim Amrullah]] (Hamka), Guru H. [[Mansur]], Guru H. [[Cholid]], K.H. [[Abdul Madjid]], Guru [[H. Jacob]], K.H. [[Djunaedi]], [[U. Mochtar]], dan H. [[Mohammad Sadri]], yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer yang akan mempertahankan Pulau [[Jawa]].{{Sfn|Suryanegara|1996}} Hal ini menunjukkan adanya peran golongan agama dalam rangka pembentukan satuan ini. Pengusulan oleh golongan agama ini dianggap bertujuan untuk menanamkan paham kebangsaan dan cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian juga diperlihatkan dalam [[Panji-panji|bendera]] tentara PETA yang berupa [[Bendera Jepang|matahari terbit]] (lambang [[kekaisaran Jepang]]) dengan [[Bintang dan bulan sabit|bulan sabit dan bintang]] (simbol kepercayaan [[Islam]]).
 
=== Pemberontakan batalion PETA di Blitar ===
{{utama|Pemberontakan PETA Blitar}}
Pada tanggal [[14 Februari]] [[1945]], pasukan PETA di [[Blitar]] di bawah pimpinan [[Soeprijadi]] melakukan sebuah pemberontakan. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tak terlibat pemberontakan, baik dari satuan PETA sendiri maupun dari [[Heiho]]. Supriadi, pimpinan pasukan pemberontak tersebut, menurut [[sejarah Indonesia]]Soeprijadi dinyatakan hilang dalam peristiwa ini., Akan tetapi,sedangkan pimpinan lapangan dari pemberontakan ini, yang selama ini dilupakan sejarahMuradi,{{clarify me}} Muradi,ikut tetaptertangkap bersama dengan pasukannya hingga saat terakhir. MerekaPara semuapelaku pada akhirnya,pemberontakan setelahmendapatkan disiksapenyiksaan selama penahanan oleh ''[[Kempeitai|Kempetai]]'' (PM),{{Butuh diadilirujukan}} dankemudian dihukumdelapan orang dijatuhi hukuman mati dengan [[hukuman penggalPemancungan|dipancung]], sesuai dengan hukum militer [[Tentarayang Kekaisaranberlaku. Jepang]]Hukuman dilaksanakan di [[Eereveld]] (sekarang pantai [[Ancol]]) pada tanggal [[16 Mei]] [[1945]].
 
=== Pembubaran PETA ===
Pada tanggal [[18 Agustus]] [[1945]], sehari setelah [[proklamasi kemerdekaan Indonesia]], berdasarkan perjanjian [[kapitulasi Jepang]] dengan [[blokBlok Sekutu]], [[Tentara Kekaisaran Jepang]] memerintahkan para ''[[daidan]]'' batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka, dimanadan sebagian besar dari mereka mematuhinya. [[Presiden Republik Indonesia]] yang baru saja dilantik, [[Sukarno]], mendukung pembubaran ini ketimbangdaripada mengubah PETA menjadi [[Angkatan bersenjata|tentara nasional,]]. karenaHal ini dilakukan untuk menghindari potensi adanya tuduhan blokdari Blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah kolaborator [[kolaborator]] Kekaisaran Jepang]] bilakarena ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini untuk dilanjutkan.<ref name="RICKLEFS194">{{Sfn|Ricklefs (|1981), p194 </ref><ref name|p="SUNDHAUSSEN2_4">194}}{{Sfn|Sunhaussen (|1982), pp2|p=2-4 </ref><ref name="BACHTIAR">}}{{Sfn|Bachtiar(|1988), p12 </ref>|p=12}} Sehari kemudian, pada tanggal [[19 Agustus]] [[1945]], panglimaPanglima terakhirAngkatan TentaraDarat Ke-16 di Jawa, Letnan Jenderal [[Nagano Yuichiro]], mengucapkan pidato perpisahan padakepada para anggota kesatuan PETA.
 
== Peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Indonesische jongens tijdens hun soldatentraining door de Japanners TMnr 10001989.jpg|jmpl|kiri|Pemuda Indonesia dalam pelatihan di ''[[Seinen Dojo]]'' yang kemudian menjadi anggota ''PETA'']]
SumbangsihTentara danmantan peranan tentarapersonel PETA dalamturut masamenjadi [[Perangkomponen Kemerdekaanmiliter Indonesia]] sangatlahselama besar. Demikian juga peranan mantan Tentara PETA dalam kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presidenmasa [[Soeharto]]Revolusi danNasional JendralIndonesia|perang Besar [[Soedirmankemerdekaan]]. Mantan Tentara PETA menjadi bagian penting pembentukan [[Tentara Nasional Indonesia]] (TNI), mulai darisejak dibentuknya [[Badan Keamanan Rakyat]] (BKR), [[Tentara Keamanan Rakyat]] (TKR), [[Tentara Keselamatan Rakyat]], [[Tentara Republik Indonesia]] (TRI), hingga akhirnya menjadi TNI. Untuk mengenang perjuangan Tentaratentara PETA, pada tanggal [[18 Desember]] [[1995]], diresmikan [[Museum Pembela Tanah Air|monumen PETA]] yang letaknyaterletak di Bogor, bekas markas besar PETA.
== Struktur ==
Unit-unit PETA dibentuk dalam satuan setingkat batalion yang disebut {{nihongo||大団|daidan|}}. Dua hingga lima batalion ditempatkan pada satu [[keresidenan]] di bawah komando tentara Jepang setempat. Setiap batalion dipimpin seorang {{nihongo|komandan batalion|大団長|daidanchō|}}, dan dibagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yang, secara berurutan dari yang paling besar hingga yang paling kecil, masing-masing dipimpin oleh {{nihongo|komandan kompi|中団長|chūdanchō|}}, {{nihongo|komandan peleton|小団長|shōdanchō|}}, dan {{nihongo|komandan regu|部団長|budanchō|}}. Para perwira ini dilatih di kompleks militer di Bogor yang diberi nama {{nihongo||ジャワ防衛義勇軍幹部錬成隊|Jawa Bōei Giyūgun Kanbu Renseitai|'Unit Pelatihan Kadet Tentara Sukarela Pertahanan Jawa'}}. Setelah menuntaskan pendidikan, mereka ditempatkan di berbagai daerah dan bertugas merekrut serta melatih pemuda setempat untuk menjadi {{nihongo|prajurit|義勇兵|giyūhei|'tentara sukarela'}}.<ref>{{Cite web|last=Kulsum|first=Kendar Umi|date=2021-02-17|title=Tentara Peta: Sejarah Pembentukan dan Pemberontakan di Blitar 1945|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/tentara-peta-sejarah-pembentukan-dan-pemberontakan-di-blitar-1945|website=Kompaspedia}}</ref>
{| class="wikitable"
|-
! Batalion
! Komandan Batalion
! Latar belakang
! Perwira lain
|-
| I Labuan, Banten || Tubagus Achmad Chatib || [[Ulama]]|| Suhadisastra
|-
| II Malingping, Banten || E. Ojong Temaja || Ulama || M.B. Sutman
|-
| III Serang, Banten || [[Syam'un]] || Ulama || Zainul Falah
|-
| IV Pandeglang, Banten || Uding Sujatmadja || || Mustaram
|-
| I Harmoni, Djakarta || [[Kasman Singodimedjo]] || Lulusan [[Rechtshoogeschool te Batavia|RHS]]<br>Mantan Ketua [[Jong Islamieten Bond|JIB]] dan [[Majelis Islam A'la Indonesia|MIAI]]|| [[Moeffreni Moe'min]] <br>[[Latief Hendraningrat]]
|-
| II Purwakarta, Djakarta || Surjodipuro || || Mursid
|-
| I Djampang Kulon, Bogor || R. Abdullah bin Nuh || Ulama || Husen Aleksah
|-
| II Pelabuan Ratu, Bogor || M. Basuni || Ulama || Mulja
|-
| III Sukabumi, Bogor || Kafrawi || || Machmud
|-
| IV Tjibeber, Tjiandjur, Bogor || R. Gunawan Resmiputro || || [[M. Ishak Djuarsa]]
|-
| I Tasikmalaja, Priangan || K.H. Sutalaksana || Ulama || Abdullah Saleh
|-
| II Pangandaran, Priangan || K.H. Pardjaman || Ulama || K. Hamid
|-
| III Bandung, Priangan || Iljas Sasmita || || Permana <br>[[Umar Wirahadikusumah]]
|-
| IV Tjimahi, Priangan || [[Arudji Kartawinata]] || Lulusan [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]]<br>Mantan petinggi [[Partai Syarikat Islam Indonesia|PSII]]|| Soeparjadi <br>[[Poniman]]
|-
| V Garut, Priangan || R. Sofjan Iskandar || || Katamsi Sutisna
|-
| I Tjirebon || Abdulgani Surjokusumo || || Rukman
|-
| II Madjalengka, Tjirebon || R. Zaenal Asikin Judibrata || || Suarman
|-
| I Pekalongan || Iskandar Idris || Ulama || Ajub
|-
| II Tegal, Pekalongan || K.H. Durjatman || Ulama || Sumardjono
|-
| I Tjilatjap, Banjumas || R. Sutirto || || R. Hartojo
|-
| II Sumpiuh, Banjumas || [[R. Soesalit Djojoadhiningrat]] || || Zaelan Asikin
|-
| III Kroja, Banjumas || [[Sudirman]] || Lulusan sekolah pendidikan guru [[Muhammadiyah]]<br>Guru sekolah Muhammadiyah || Supardjo Rustam
|-
| IV Banjumas || [[Isdiman]] <br> [[Gatot Subroto]] || || [[Sarengat]]
|-
| I Gombong, Kedu || R. Abdul Kadir <br> [[Bambang Sugeng]] || || R. Sutrisno
|-
| II Magelang, Kedu || Muhammad Susman || || Sugiardjo <br>Supangkat
|-
| III Gombong, Kedu || Djoko Kusumo || || Slamet <br>[[Achmad Yani]] <br>[[Sarwo Edhie Wibowo]]
|-
| IV Purworedjo, Kedu || Mukahar Ronohadikusumo || || Tjiptoroso
|-
| I Mrican, Semarang || R. Usman <br> Sutrisno Sudomo || || Sujadi
|-
| II Weleri, Kendal, Semarang || R. Sudijono Taruno Kusumo || || Suparman Sumahamidjaja
|-
| I Pati || Kusmoro Hadidewo || ||
|-
| II Rembang, Pati || [[Holan Iskandar]] || || Sukardi
|-
| III Djepara, Pati || Prawiro Atmodjo || || Sukardji
|-
| I Wates, Jogjakarta || D. Martojomeno || || Sudjiono
|-
| II Bantul, Jogjakarta || Mohammed Saleh || Lulusan sekolah pendidikan guru<br>Guru sekolah Muhammadiyah || Sugiono
|-
| III Pingit, Jogjakarta || Sundjojo Purbokusumo || || [[Darjatmo]] <br>[[Suharto]]
|-
| IV Wonosari, Jogjakarta || Muridan Noto || || Nudi
|-
| I Manahan, Surakarta || R.M. [[Muljadi Djojomartono]] || Ulama || [[Suprapto Sukawati]] <br>[[Djatikusumo]]
|-
| II Wonogiri, Surakarta || K.H. Idris || Ulama || Budiman
|-
| I Babat, Bodjonegoro || [[Masjkur|K.H. Masjkur]]<br>Sudirman || Ulama || Utojo Utomo
|-
| II Bodjonegoro || Masri || || R. Rachmat
|-
| III Tuban-Bodjonegoro || Sumadi Sastroatmodjo || || Sumardjo
|-
| I Madiun || Agus Tojib || || Mumardjo
|-
| II Patjitan, Madiun || Akub Gulangge || || R. Subagijo
|-
| III Ponorogo, Madiun || M. Sudjono || || Sudijat
|-
| I Tulungagung, Kediri || Sudiro || || Tulus
|-
| II Blitar, Kediri || Surachmad || || Sukandar <br>[[Supriyadi|Suprijadi]]
|-
| III Kediri || A. Judodiprodjo <br>Sujoto Djojopurnomo || || Mashudi Sudjono
|-
| I Gunung Sari, Surabaja || [[Mustopo]] || Lulusan [[Fakultas kedokteran gigi universitas airlangga|STOVIT]]<br>[[Dokter gigi]]|| Masduki Abudardja
|-
| II Sidoardjo, Surabaja || [[Muhammad Mangundiprojo|R. Muhammad Mangundiprodjo]] || || Bambang Juwono
|-
| III Modjokerto, Surabaja || Katamhadi || || Usman
|-
| IV Gresik, Surabaja || K.H. Cholik Hasjim || Ulama || Jondat Modjo
|-
| I Gondanglegi, Malang || K. Iskandar Sulaeman || Ulama || Sumarto
|-
| II Lumadjang, Malang || M. Sujo Adikusumo || || S. Hardjo Hudojo
|-
| III Pasuruan, Malang || Arsjid Kromodihardjo || || Slamet
|-
| IV Malang || Imam Sudja'i || || Sukardani
|-
| V Probolinggo, Malang || Sudarsono || || [[Sumitro]]
|-
| I Kentjong, Djember, Besuki || Suwito <br> Sudiro || || Sukarto
|-
| II Bondowoso, Besuki || K.H. Tahirruddin Tjokro Atmodjo || Ulama || Rosadi
|-
| III Bentjuluk, Banjuwangi, Besuki || Sukotjo || || Imam Sukarto
|-
| IV Rambipundji, Djember-Besuki || Surodjo <br> Astiklah || || Subandi
|-
| V Sukowidi, Banjuwangi, Besuki || R. Usman Sumodinoto || || Sudarmin
|-
| I Pamekasan, Madura || K.H. R. Amin Dja'far || Ulama || R. Mohammad Saleh
|-
| II Bangkalan, Madura || Ruslan Tjakraningrat || || Hafiludin
|-
| III Batang-batang, Madura || Abdul Madjid || || Achmad Basuni
|-
| IV Ambunten, Sumenep, Madura || Abdul Hamid Mudhari || Ulama || Suroso
|-
| V Ketapang, Madura || Trunodjojo || || Mochamad Sabirin
|-
| I Negara, Bali || I Made Putu || || I Wayan Mudana
|-
| II Tabanan, Bali || I Gusti Ngurah Gede Pugeng || || Ida Bagus Tongka
|-
| III Klungkung, Bali || Anak Agung Made Agung || || I Made Geria
|}
 
==Tokoh Indonesia Lulusanlulusan PETA==
TokohBeberapa tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA antara lain:
* [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Sudirman]] ([[Panglima]] [[TNI|APRI]])
* [[Jenderal Besar|Jenderal Besar TNI]] [[Soeharto]] (Mantan [[Presiden RI]] ke-2)
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] ([[Anumerta]]) [[Ahmad Yani]] (Mantan Menteri/Panglima [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|Angkatan Darat]])
* [[Soepriyadi]] (Mantan [[Kementerian Pertahanan Republik Indonesia|Menhankam]] KabinaetKabinet I ''[[in absentia]]'')
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] [[Basuki Rahmat]] (Mantan [[Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia|Mendagri]])
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[Sarwo Edhie Wibowo]] (Mantan Komandan [[Komando Pasukan Khusus|Kopassus]])
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] [[Umar Wirahadikusumah]] (Mantan [[Wakil Presiden Indonesia|Wapres RI]])
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] [[Soemitro]] (Mantan PangkopkamtibPanglima [[Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban|Kopkamtib]])
* [[Jenderal (TNI)|Jenderal TNI]] [[Poniman]] (Mantan Menhankam)
* [[Brigadir Jenderal|Brigadir Jenderal TNI]] [[Latief Hendraningrat]] (Mantan Komandan [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat|SSKAD]])
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[Kemal Idris]] (Mantan KomandanPanglima Pangkowilhan[[Komando wilayah pertahanan|Kowilhan]])
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[Supardjo Rustam]] (Duta Besar RI, [[Gubernur]] [[Jawa Tengah.]], dll)
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[Djatikoesoemo|GPH Djatikoesoemo]] (Mantan [[KASAD]],Kepala sesepuhStaf Zeni,TNI pejuangAngkatan kemerdekaanDarat|Kasad]], putra ke-23 dari [[Pakubuwana X|Susuhunan Pakubuwono X Surakarta]], dll)
* [[Letnan Jenderal|Letnan Jenderal TNI]] [[H. Soedirman]], (Mantan Komandan SSKAD)
 
== Rujukan ==
=== Referensi ===
* Ensiklopedia Nasional Indonesia (ed. 1989)
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
=== Daftar pustaka ===
* {{Cite book|last=Bachtiar|first=Harsja W.|year=1988|url=|title=Siapa Dia?: Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD)|location=Jakarta|publisher=Djambatan|isbn=979428100X|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Ricklefs|first=M.C.|year=1981|url=|title=A History of Modern Indoensia: c. 1300 to the Present|location=London|publisher=Macmillan|isbn=0333243803|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Sunhaussen|first=Ulf|year=1982|url=|title=The Road to Power: Indonesian Military Politics 1945-1967|location=Oxford|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=0195825217|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite book|last=Suryanegara|first=Ahmad Mansur|year=1996|url=|title=Pemberontakan Tentara Peta di Cileunca, Pangalengan, Bandung Selatan|location=Jakarta|publisher=Yayasan Wira Patria Mandiri|isbn=|ref=harv|url-status=live}}
 
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]