Zakat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dare2Leap (bicara | kontrib)
Memperbaiki kesalahan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Dare2Leap (bicara | kontrib)
Zakat Pemberian Wajib sebagai Rasa Syukur: Wikifikasi dan memperbaiki kesalahan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Baris 109:
Pembangunan dilaksanakan untuk semua golongan, kaya atau miskin, misal membangun jalan atau jembatan, waduk atau irigasi, sekolah dan perguruan tinggi, semuanya dinikmati tidak hanya untuk fakir miskin, tetapi juga sebagian besarnya dinikmati oleh orang-orang kaya. Oleh karena itu, untuk kepentingan-kepentingan seperti itu tidak dapat dibayar dengan uang zakat. Pemerintah mencari sumber-sumber Iain, selain pajak untuk pembangunannya.<ref name=":02" />
 
== Rasa syukur zakat ==
== Zakat Pemberian Wajib sebagai Rasa Syukur ==
Selain berbagi sedekah jika ada yang membutuhkan, muslim yang mampu secara finansial diwajibkan untuk berzakat 2.5% secara rutin dari pemasukannya setiap bulan kepada orang yang kurang mampu sebagai salah satu cara mencegah kemiskinan. Tidak seperti sedekah, zakat harus diberikan kepada salah satu dari delapan kategori penerima zakat: fakir miskin, riqab, gharim, mualaf, fii sabilillah, ibnu sabil, dan amil zakat.<ref name=":1">{{Cite book|last=Helwa|first=A.|date=2022|title=Secrets of Devine Love|location=Jakarta|publisher=Quanta|isbn=9786230029653|url-status=live}}</ref>
 
Baris 134:
Pada akar kata zakat kita menemukan makna "tumbuh, syukur, dan penggandaan.” Ketika kita memberi hanya karena Allah, sebenarnya kita membuka pintu rahmat Allah, semakin terbuka untuk tumbuh dan melipatgandakan kekayaan materi dan spiritual kita. Allah menegaskan kembali mengenai hal ini dalam firman-Nya, "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.” (QS. 34: 39). Sebagaimana para petani memangkas bagian dari tanamannya agar tanaman itü tumbuh lebih cepat, saat kita bersedekah kita mengurangi harta kita agar tumbuh lebih baik lagi (QS. 2:245).
 
=== ZakatmuPemilik Bukan Milikmuzakat ===
Untuk menjaga kemuliaan orang miskin, zakat dilihat bukan sebagai harta yang dimiliki oleh orang yang menunaikannya, tapi merupakan hak milik orang yang menerimanya. İni adalah sebuah pengingat bahwa apa pun yang kita dapat dan miliki pada hakikatnya bukan milik kita, tapi hanya sebuah titipan dari Allah. Saat kita menunaikan zakat, bukan kita yang memberi pada orang lain, tapi Allah yang memberi pada mereka melalui kita. Kita bukanlah pemilik dari harta kita, kita hanya menjadi orang yang terpilih untuk mengelolanya. Ketika kita ada dalam kondisi benar-benar memberi, tidak ada lagi yang namanya pemberi dan penerima, yang ada hanyalah cinta-Nya melalui tangan dan kebaikan kita.
 
Sebagaimana orang terdahulu berkata,{{cquote|Ada empat dimensi dalam Islam:
Sebagaimana orang terdahulu berkata, "Ada empat dimensi dalam Islam: (1) Apa Yang menjadi milikku adalah milikku dan apa yang menjadi milikmu adalah milikmu. (2) Apa yang menjadi milikku adalah milikmu dan apa yang menjadi milikmu adalah milikmu juga. (3) Ada yang bukan juga milikku atau milikmu. (4) Tidak ada lagi aku atau kamu, yang ada hanyalah kita." Karena itu, jika kamu memberi kepadaku, bukan kamu yang memberi padaku ialah Allah yang memberi kepada kita. Ketika menerima sedekah, aku merasakan nama Allah Ar-Razzaq (Yang Maha Memberi Rezeki), dan sebagai pemberi sedekah kamu akan merasakan nama Allah Al-Karim (Yang Mahamulia), terwujud melaluimu sebagai respons dari kebutuhanku. Intinya, kita hanya cermin yang merefleksikan kagungan Allah pada-Nya.<ref name=":1" />
1. Apa yang menjadi milikku adalah milikku dan apa yang menjadi milikmu adalah milikmu.<br>
2. Apa yang menjadi milikku adalah milikmu dan apa yang menjadi milikmu adalah milikmu juga.<br>
3. Ada yang bukan juga milikku atau milikmu.<br>
Sebagaimana orang terdahulu berkata, "Ada empat dimensi dalam Islam: (1) Apa Yang menjadi milikku adalah milikku dan apa yang menjadi milikmu adalah milikmu4. (2) Apa yang menjadi milikku adalah milikmu dan apa yang menjadi milikmu adalah milikmu juga. (3) Ada yang bukan juga milikku atau milikmu. (4) Tidak ada lagi aku atau kamu, yang ada hanyalah kita." }}Karena itu, jika kamu memberi kepadaku, bukan kamu yang memberi padaku ialah Allah yang memberi kepada kita. Ketika menerima sedekah, aku merasakan nama Allah Ar-Razzaq (Yang Maha Memberi Rezeki), dan sebagai pemberi sedekah kamu akan merasakan nama Allah Al-Karim (Yang Mahamulia), terwujud melaluimu sebagai respons dari kebutuhanku. Intinya, kita hanya cermin yang merefleksikan kagungankeagungan Allah pada-Nya.<ref name=":113">{{Cite book|last=Helwa|first=A.|date=2022|title=Secrets of Devine Love|location=Jakarta|publisher=Quanta|isbn=9786230029653|url-status=live}}</ref>
 
Ada perbedaan yang besar antara melakukan kebaikan dan melihat diri kita dengan melakukan kebaikan dan hanya melihat Allah. Bagi yang meniatkannya ikhlas hanya untuk Allah, sedekah menjadi penyuci ego untuk mengakui kepemilikan pemberian yang diberikan Allah kepada kita.{{Quote|Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya...|{{cite quran|2|264|style=nosup}}}}
 
''"Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya... "'' (QS. 2: 264)
 
Jangan merasa memiliki kebaikan hati kita karena sebenarnya kebaikan itu adalah sebuah manifestasi dari kebaikan Allah, Dia yang memberi kita peluang untuk melakukan kebaikan. Sebagaimana penyair Libanon abad ke-20 Khalil Gibran berkata, "Ada orang yang memberi dengan senang hati dan kesenangan itulah balasan bagi mereka. Ada Yang memberi dengan terpaksa dan rasa itulah balasan bagi mereka. Ada Yang memberi tanpa rasa paksaan, mencari kesenangan, atau memikirkan kebaikan... Melalui tangan-tangan itu Tuhan berkata dan di balik mata mereka Dia tersenyum pada bumi." Allah memberi kita kesempatan untuk memakmurkan dunia bukan karena Dia membutuhkan kita, tetapi karena jiwa kita berkembang saat kita menyiraminya dengan melakukan kebaikan.
 
Allah berfirman dalam Al-Qur'an, ''"{{Quote|Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itüitu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kcpadakepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu Iebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagiaıısebagian kesalahan-kcsalahanmukesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”'' (QS.|{{cite quran|2:|271). |style=nosup}}}}

Memberi sedckahsedekah dengan sem. bunyisembunyi-sembunyi menjaga kchormatankehormatan orang yang menerima sedekah kita dan mejaga kita dari kcinginan dipuji. Saat kita diminta oleh Allah untuk memberi pada orang miskin, seharusnya kitalah yang bersyukur atas kesempatan yang telah kita dapatkan. Lagipula, jika kita bukan karena kebutuhan orang lain atau karena kelebihan harta yang Allah berikan kepada kita, kita tidak dapat merefleksikan dan merasakan kebaikan, kasih sayang, dan cinta-Nya.
 
Kita mewujudkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan demgandengan membantu orang lain. Saat kita membantu orang lain, kita menyiram benih-benih kebaikan, kemudian kita akan melihat bahwa dengan memberi maka kita akan tumbuh. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an, ''"{{Quote|Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendirsendiri?"'' (QS.|{{cite quran|17: |7). Ketika kita memberi dengan sungguh-sungguh pada orang lain, kita memberi pada diri kita sendiri, menaikkan derajat kita di sisi Allah. Sebagaimana Allah berkata dalam sebuah hadis qudsi, ''"Wahai anak Adam! Berinfaklah, niscaya Aku akan berinfak kepadamu!”''<ref name|style=":1" />nosup}}}}
 
Ketika kita memberi dengan sungguh-sungguh pada orang lain, kita memberi pada diri kita sendiri, menaikkan derajat kita di sisi Allah. Sebagaimana Allah berkata dalam sebuah hadis qudsi, ''"Wahai anak Adam! Berinfaklah, niscaya Aku akan berinfak kepadamu!”''<ref name=":13" />
 
=== Perhitungan pemberian ===
Kadang kita merasa bahwa kemampuan kita untuk memberi sangat terbatas, sedangkan yang dibutuhkan dunia ini sangat besar sehingga membuat kita menyerah sebelum mencoba. Saat kita merasa terlalu berat untuk mencoba dan menyembuhkan masalah besar di dunia ini, kita harus ingat bahwa segala sesuatu yang diciptakan berasal dari awal yang sederhana. Butiran pasir lama kelamaan membentuk pegunungan, sperma yang sangat kecil dan telur kemudian membentuk seorang manusia, dan bahkan big bang yang mungkin mengakibatkan terciptanya alam semesta ini berawal dari angkasa yang hanya sebesar kacang. Jangan menganggap remeh apa yang dapat Allah ciptakan dengan hati dan niat yang baik, sekecil apa pun ciptaan itu. Sebagaimana Imam Ali berkata, "''Berbisnislah dengan Allah maka kamu akan beruntung."''<ref name=":112">{{Cite book|last=Helwa|first=A.|date=2022|title=Secrets of Devine Love|location=Jakarta|publisher=Quanta|isbn=9786230029653|url-status=live}}</ref>
 
Al-Qur'an juga menegaskan hal ini dalam sebuah ayat,
 
Al-Qur'an juga menegaskan hal ini dalam sebuah ayat, ''"{{Quote|Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih Yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."'' (QS.|{{cite quran|2:|261).|style=nosup}}}}
 
Kita juga diingatkan melalui Al-Qur'an bahwa kita hanya diminta untuk memberi sesuai dengan kemampuan yang Allah berikan kepada kita:
 
Kita juga diingatkan melalui Al-Qur'an bahwa kita hanya diminta untuk memberi sesuai dengan kemampuan yang Allah berikan kepada kita: ''"{{Quote|Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”'' (QSkesempitan.|{{cite quran|65:07). İni adalah langkah kecil yang kita ambil saat ini dan akan menjadi langkah beşar suatu saat nanti; langkah yang diambil karena cinta dan konsistensi akan membuat revolusi kebaikan dan cahaya yang meruntuhkan kegelapan.<ref name|7|style=":1" />nosup}}}}
Kita mewujudkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan demgan membantu orang lain. Saat kita membantu orang lain, kita menyiram benih-benih kebaikan, kemudian kita akan melihat bahwa dengan memberi maka kita akan tumbuh. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an, ''"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendir?"'' (QS. 17: 7). Ketika kita memberi dengan sungguh-sungguh pada orang lain, kita memberi pada diri kita sendiri, menaikkan derajat kita di sisi Allah. Sebagaimana Allah berkata dalam sebuah hadis qudsi, ''"Wahai anak Adam! Berinfaklah, niscaya Aku akan berinfak kepadamu!”''<ref name=":1" />
 
Ini adalah langkah kecil yang kita ambil saat ini dan akan menjadi langkah beşar suatu saat nanti; langkah yang diambil karena cinta dan konsistensi akan membuat revolusi kebaikan dan cahaya yang meruntuhkan kegelapan.<ref name=":12" />
=== Sekecil Apa Pun Pemberian Akan Diperhitungkan ===
Kadang kita merasa bahwa kemampuan kita untuk memberi sangat terbatas, sedangkan yang dibutuhkan dunia ini sangat besar sehingga membuat kita menyerah sebelum mencoba. Saat kita merasa terlalu berat untuk mencoba dan menyembuhkan masalah besar di dunia ini, kita harus ingat bahwa segala sesuatu yang diciptakan berasal dari awal yang sederhana. Butiran pasir lama kelamaan membentuk pegunungan, sperma yang sangat kecil dan telur kemudian membentuk seorang manusia, dan bahkan big bang yang mungkin mengakibatkan terciptanya alam semesta ini berawal dari angkasa yang hanya sebesar kacang. Jangan menganggap remeh apa yang dapat Allah ciptakan dengan hati dan niat yang baik, sekecil apa pun ciptaan itu. Sebagaimana Imam Ali berkata, "''Berbisnislah dengan Allah maka kamu akan beruntung."''<ref name=":1" />
 
Sedekahkan hartamu, berikan waktumu, berikan apa pun yang dapat kamu berikan, karena dalam kekosongan dan kekuranganmu, kamu akan menemukan karunia Allah yang tak terhingga. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an,
Al-Qur'an juga menegaskan hal ini dalam sebuah ayat, ''"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih Yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."'' (QS. 2:261).
 
{{Quote|Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya|{{cite quran|14|34|style=nosup}}}}
Kita juga diingatkan melalui Al-Qur'an bahwa kita hanya diminta untuk memberi sesuai dengan kemampuan yang Allah berikan kepada kita: ''"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”'' (QS. 65:07). İni adalah langkah kecil yang kita ambil saat ini dan akan menjadi langkah beşar suatu saat nanti; langkah yang diambil karena cinta dan konsistensi akan membuat revolusi kebaikan dan cahaya yang meruntuhkan kegelapan.<ref name=":1" />
 
Sedekahkan hartamu, berikan waktumu, berikan apa pun yang dapat kamu berikan, karena dalam kekosongan dan kekuranganmu, kamu akan menemukan karunia Allah yang tak terhingga. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an, ''"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya”'' (QS. 14:34). Bagaimanapun, kita memberi Allah apa yang fana dan terbatas, tapi Allah memberi kita apa yang kekal dan tak terbatas.<ref name=":112" />
 
== Catatan ==