Jurnalisme pacuan kuda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
ZoelKFL (bicara | kontrib)
menambahkan data dan referensi
ZoelKFL (bicara | kontrib)
Baris 13:
=== Depolitisasi ===
Selain itu, jurnalisme pacuan kuda dianggap merendahkan politik dan menyebabkan warga negara menjadi sinis dan kurang percaya pada politisi; setidaknya pada tingkat tertentu atau untuk individu tertentu.{{sfn|Banducci|2014}} Jurnalisme pacuan kuda menjadikan masyarakat mengalami depolitisasi. Hal ini karena masyarakat dijauhkan dari kompleksitas politik yang seharusnya ditangani secara serius. Penampilan fisik calon, luapan kedangkalan [[retorika]], dan tata busana para kandidat memang lebih mempesona daripada sekian banyak visi, misi, dan program-program.{{sfn|Lukmantoro|2024}}
 
Bagi pemilih yang terdidik, ruang publik yang hanya dipenuhi angka-angka polling terbaru dan persaingan dangkal di antara kedua kubu hanya akan melahirkan [[sinisme]] dan [[Apatis|apatisme]] terhadap proses pemilu.{{sfn|Wijayanto|26 April 2019}}
 
=== Ketidak percayaan terhadap media ===
Jurnalisme pacuan kuda yang diikuti dengan lembaga [[survei opini publik]] yang hanya mengejar [[efek bandwagon]] hanya akan melahirkan ketidak percayaan masyarakat terhadap media. Peneliti media dari Harvard Kennedy School, Thomas E.Patterson telah mengingatkan bahwa media berita hanya akan mengecewakan pemirsanya jika memprioritaskan hasil jajak pendapat dan strategi kampanye dibandingkan diskusi tentang kualifikasi kandidat, gaya kepemimpinan, dan posisi kebijakan.{{sfn|Marie Ordway|2023}}
 
== Jurnalisme pacuan kuda di Pemilu Indonesia ==