Sumer: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 314:
Orang Sumeria berpandangan bahwa perempuan sepatutnya masih [[perawan]] pada waktu mulai berumah tangga,<ref name="Cooper"/>{{rp|100–101}} tetapi tidak mengharapkan hal yang sama dari laki-laki,<ref name="Cooper"/>{{rp|102–103}} kendati salah seorang penulis menganggap [[seks pranikah|sanggama sebelum berumah tangga]] pada umumnya tidak dibenarkan.<ref>Dale Launderville. ''Celibacy in the Ancient World: Its Ideal and Practice in Pre-Hellenistic Israel, Mesopotamia, and Greece,'' hlm. 28.</ref> Baik orang Sumer maupun orang Akad tidak memiliki kata yang benar-benar sepadan dengan kata '[[keperawanan]]' dalam bahasa Indonesia, dan konsep keperawanan diungkapkan secara deskriptif, misalnya sebagai ''a/é-nu-gi<sub>4</sub>-a'' dalam bahasa Sumer atau ''la naqbat'' dalam bahasa Akad, artinya 'belum terjamah', atau ''giš nunzua'', artinya 'belum kenal zakar'.<ref name="Cooper">{{cite book|last1=Cooper|first1=Jerrold S.|article=Virginity in Ancient Mesopotamia|title=Sex and Gender in the Ancient Near East: Proceedings of the 47th Rencontre Assyriologique Internationale, Helsinki|year=2001|location=Baltimore, Maryland|publisher=Johns Hopkins University Press|url=http://krieger2.jhu.edu/neareast/pdf/jcooper/jc%20Virginity.pdf|isbn=978-951-45-9054-2}}</ref>{{rp|91–93}} Tidak jelas apakah istilah-istilah seperti ''šišitu'' di dalam karya-karya tulis medis Akad mengindikasikan selaput dara, tetapi tampaknya keutuhan selaput dara kurang relevan dalam menilai keperawanan wanita jika dibandingkan dengan kembudayaan-kebudayaan yang muncul lebih kemudian di Timur Dekat. Sebagaian besar pemastian keperawanan bergantung kepada pengakuan wanita itu sendiri.<ref name="Cooper"/>{{rp|91–92}}
 
Dari rekam sejarah yang paling awal, diketahui bahwa orang Sumer menyikapi seks dengan sangat santai.<ref name="Dening1996">{{cite book |last=Dening |first=Sarah |url=https://archive.org/details/mythologyofsexan0000deni |title=The Mythology of Sex |date=1996 |publisher=Macmillan |isbn=978-0-02-861207-2 |location=London, Inggris |chapter=Bab 3: Sex in Ancient Civilizations |chapter-url=http://www.ishtartemple.org/myth.htm |url-access=registration}}</ref> [[Etika seksual|Moral seksual]] mereka bukan ditentukan oleh apakah suatu tindakan seksual dianggap imoral, melainkan oleh apakah tindakan seksual itu menajiskan atau tidak menajiskan seseorang.<ref name="Dening1996"/> Orang Sumer pada umumnya meyakini bahwa [[masturbasi]] dapat meningkatkan kemampuan seks, baik pria maupun wanita,<ref name="Dening1996"/> dan mereka kerap melakukannya, baik sendirian maupun [[Seks non-penetratif#saling memasturbasi|bersama pasangan]].<ref name="Dening1996"/> Orang Sumer juga tidak menabukan [[seks anal]].<ref name="Dening1996"/> Para pendeta perempuan ''Entu'' dilarang beranak-pinak<ref name="Leick2013">{{citation |last=Leick |first=Gwendolyn |title=Sex and Eroticism in Mesopotamian Literature |page=219 |year=2013 |url=https://books.google.com/books?id=WKoWblE4pd0C&pg=PA64 |location=New York |publisher=Routledge |isbn=978-1-134-92074-7 |orig-year=1994}}.</ref><ref name="NemetNejat"/> dan kerap melakukan seks anal untuk [[pengaturan kelahiran|mencegah kehamilan]].<ref name="Leick2013"/>
 
Ada praktik pelacuran, tetapi tidak jelas apakah ada praktik [[pelacuran suci|pelacuran keagamaan]].<ref name=Black/>{{rp|151}}