Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yamjisaka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
Dalam perjuangannya menegakkan tauhid dan sunnah pun, tak sedikit menuai kecaman dari beberapa orang yang membenci beliau, mulai dari kalangan khawarij (ekstrimis) hingga kaum sufi. Khawarij memfitnah beliau dengan sebutan ulama zindiq dan menuduh beliau telah membantu pasukan kafir [[Amerika]] dalam usaha invasinya ke [[Iraq]], bahkan ada beberapa diantaranya yang berani terang-terangan mengkafirkan Syaikh bin Baz. Sedangkan kaum sufi menuduh beliau sebagai orang khawarij yang suka mengkafirkan dan memvonis sesat orang lain yang tak sejalan dengan pendapatnya, beberapa sebabnya adalah penolakan Syaikh bin Baz pada tradisi istighootsah pada kuburan/mayat yang sering dilakukan oleh kaum Sufi yang mana mereka menyandarkan dasar tradisi itu pada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, dan juga penolakan beliau pada tradisi-tradisi sufi lain yang dianggap sebagai ibadah oleh mereka.
 
Seperti halnya Imam Al-Qurthubi, Syaikh bin Baz pada awalnya adalah salah seorang yang mempercayai bahwasanya bumi itu rata. Saat ekspedisi keluar angkasa pertama oleh orang-orang [[Uni Soviet]] & [[Amerika]] digalakkan, membuat sebagian ilmuwan barat membuat sebuah statement bahwasanya [[Al-Qur'an]] itu adalah kitab yang konyol serta tak masuk akal,dan sempat munculah fatwa bagi siapapun kaum muslimin yang ikut menghina [[Al-Qur'an]] maka orang itu telah kufur. Hingga pada akhirnya munculah beberapa ulama sekitar madinah yang memberitahukan kepada beliau perihal pendapat ulama lain dimasa lampau, yaitu Imam Ibnu Hazm yang berpendapat lain selain dari pendapat Imam Al-Qurthubi, Imam Ibnu Hazm berpendapat bahwa penekanan kata "dihamparkan" pada surat Al-Ghasiyyah ayat 20 menunjukkan bahwa sebenarnya bentuk bumi itu tak rata dan terhampar sebagaimana karpet, namun karena kekuasaan Allah sehingga bumi yang tak rata itu seakan-akan terhampar pada bagian permukaannya dan makhluk hidup pun bisa tinggal serta berjalan-jalan diatasnya.
Sejak saat itulah fitnah demi fitnah dan tuduhan demi tuduhan pun tersemat pada beliau. Bahkan ada sebagian orang yang menuduh Syaikh bin Baz telah memahami agama secara mentah dari para Salafush Shalih tanpa ilmu dan logika dimasa sekarang, lalu menyebarkannya pada manusia. Ada pula sebagian kalangan yang menuduh bahwa Syaikh bin Baz berpendapat bahwa [[bumi]] itu datang dan mengkafirkan siapapun yang tak mempercayainya, tuduhan inipun perlahan sirna seiring berkembangnya ilmu dan teknologi dalam berkomunikasi, sehingga semua orang diberbagai belahan dunia bisa secara langsung mendengarkan fatwa beliau bahwasanya [[bumi]] itu bulat dan dihamparkan pada permukaannya.
 
"''Dan (apakah mereka tidak memperhatikan) bumi, bagaimana ia dihamparkan''" (QS. Al-Gashiyyah: 20)
 
Sejak saat itu Syaikh bin Baz menerima pendapat Ibnu Hazm dan munculah fatwa beliau dengan mengambil rujukan syarah pendapat dari Ibnu Hazm yang mana fatwa itu sampai sekarang masih bisa didengar dan dibaca melalui pranala fatwa online:
# Audio: http://www.fatwa-online.com/audio/other/oth002/0040814.htm
# Catatan Fatwa: http://www.fatwa-online.com/fataawa/miscellaneous/miscellaneous/0040819.htm