Muhammad Nashiruddin Al-Albani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yamjisaka (bicara | kontrib)
Yamjisaka (bicara | kontrib)
Baris 43:
Syaikh [[Al-Albani]] pernah bertemu dengan salah satu ulama hadits abad 20, [[Syaikh Ahmad Syakir]] dan ia pun ikut berpartisipasi dalam diskusi dan penelitian mengenai hadits. Ia juga bertemu dengan ulama hadits terkemuka asal India, [[Syaikh Abdus Shamad Syarafuddin]], yang telah menjelaskan hadits dari jilid pertama kitab Sunan Al-Kubra karya Imam An-Nasai, kemudian juga karya Imam Al-Mizzi yang monumental yaitu Tuhfat al-Asyraf, yang selanjutnya mereka berdua saling berkirim surat tentang ilmu. Dalam salah satu surat, Syaikh Abdus Shamad menunjukkan keyakinan beliau bahwa Syaikh [[Al-Albani]] adalah ulama hadits terbesar saat ini.
 
Selama hidupnya, Syaikh [[Al-Albani]] telah hafal ratusan ribu hadits beserta sanad sekaligus matan dan rijalnya, ia juga telah banyak meneliti dan men-ta’liq lebih daripuluhan 30.000ribu silsilah perawi hadits (isnaad) pada hadits-hadits yang sudah tak terhitung jumlahnya, dan menghabiskan waktu enam puluh tahun untuk belajar buku-buku hadits, sehingga buku-buku tersebut menjadi sahabat sekaligus berhubungan dengan ulama-ulamanya (pengarang kitab-kitab Sunnah tersebut, pent).
 
Syaikh [[Al-Albani]] wafat pada waktu ashar hari sabtu tanggal 22 Jumadil Akhir, tahun 1420 H di yordania. Penyelenggaraan jenazahnya dilakukan secara sederhana dan dihadiri ribuan orang, mulai dari masyarakat hingga pejabat, bahkan para penuntut ilmu, murid-muridnya, maupun simpatisannya. Jenazahnya dimakamkan di perkuburan sederhana dipinggir jalan sesuai yang ia harapkan. Ia juga berwasiat agar isi perpustakaannya, baik yang sudah dicetak, difotokopi atau masih tertulis dengan tulisannya atau tulisan selainnya agar diberikan kepada perpustakaan Al-jami’ah A-Islamiyah Al-Madinah Al-Munawwarah. Karena ia memiliki kenangan manis di sana dalam berdakwah kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah di atas manhaj Salafus Shalih, saat menjadi tenaga pengajar disana.