Daftar Raja Prancis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Adesio2010 (bicara | kontrib) |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
Baris 1:
[[Berkas:Vertrag von Verdun.svg|jmpl|350px|Pembagian [[Negeri Franka]] pada [[Perjanjian Verdun]] tahun 843]]
Penguasa [[Kerajaan Prancis]] telah berkuasa sejak pendirian [[Francia Barat|Kerajaan Francia Barat]] pada tahun 843 hingga keruntuhan [[Kekaisaran Kedua Prancis]] pada tahun 1847, dengan beberapa interupsi. Mulai dari periode Raja [[Karl yang Botak]] pada tahun 843 hingga Raja [[Louis XVI]] pada tahun 1792, Prancis mempunyai 45 raja yang pernah berkuasa. Dengan menambahkan 7 kaisar dan raja yang berkuasa setelah terjadinya [[Revolusi Prancis]], total seluruh penguasa Prancis adalah sebanyak 52 orang.
Pada Agustus 843, [[Perjanjian Verdun]] membagi negeri kaum Franka menjadi tiga kerajaan, satu di antaranya ([[Francia Tengah]]) tidak bertahan lama; dua lainnya berkembang menjadi Prancis ([[Francia Barat]]) dan, nantinya, Jerman ([[Francia Timur]]). Pada saat itu, wilayah bagian timur dan barat negeri tersebut sudah memiliki bahasa dan budaya yang berbeda.
Pada awalnya, kerajaan ini dikuasai terutama oleh dua dinasti, [[Wangsa Karoling|Karoling]] dan [[Wangsa Robertian|Robertian]], yang memerintah secara bergantian dari tahun 843 hingga 987, ketika [[Hugh Capet]], leluhur [[dinasti Kapetia]], naik takhta. Para penguasa kerajaan ini menggunakan gelar "Raja Orang Franka" hingga akhir abad kedua belas; penguasa pertama yang memakai gelar "Raja Prancis" adalah [[Philippe II dari Prancis|Philippe II]] yang memerintah dari tahun 1180 hingga 1223. Dinasti Kapetia terus berkuasa dari tahun 987 hingga 1792 dan sekali lagi dari tahun 1814 hingga 1848. Namun, cabang-cabang dinasti Kapetia yang berkuasa setelah tahun 1328, umumnya diberi nama khusus [[Wangsa Valois|Valois]] (hingga tahun 1589), [[Wangsa Bourbon|Bourbon]] (dari tahun 1589 hingga 1792 dan dari tahun 1814 hingga 1830), dan [[Wangsa Orléans|Orléans]] (dari 1830 hingga 1848).
Dalam kurun waktu singkat ketika [[Konstitusi Prancis 1791]] berlaku (1791–92) dan setelah [[Revolusi Juli]] tahun 1830, gelar "[[Monarki Juli|Raja Rakyat Prancis]]" mulai digunakan sebagai ganti gelar "Raja Prancis". Hal tersebut dipandang sebagai inovasi konstitusional yang dikenal dengan istilah [[monarki populer]], yang menghubungkan gelar raja dengan rakyat Prancis ketimbang kepemilikan wilayah Prancis.<ref name="deploige">{{cite book|title=Mystifying the Monarch: Studies on Discourse, Power, and History|pages=182|publisher=Amsterdam University Press|location=Amsterdam, Netherlands|editor-first=Jeroen|editor-last=Deploige|editor2-first=Gita|editor2-last=Deneckere|year=2006|isbn=9789053567678}}</ref>
Bersama dengan [[Wangsa Bonaparte]], "[[Kaisar Prancis|kaisar Prancis]]" berkuasa di Prancis pada abad ke-19 antara tahun 1804 dan 1814, sekali lagi pada tahun 1815, dan antara tahun 1852 dan 1870.
Dari abad ke-14 hingga tahun 1801, raja Inggris (dan kemudian Britania Raya) mengklaim takhta Prancis, meskipun klaim tersebut hanya murni sebatas nama kecuali pada periode singkat selama [[Perang Seratus Tahun]] ketika [[Henry VI dari Inggris]] memiliki kendali atas sebagian besar wilayah Prancis Utara, termasuk [[Paris]]. Pada tahun 1453, sebagian besar orang Inggris sudah diusir dari Prancis dan klaim Henry sejak saat itu dianggap tidak sah; historiografi Prancis umumnya tidak mengakui Henry sebagai raja Prancis.
[[Berkas:Family tree of French monarchs 509–1870.svg|jmpl|Pohon keluarga penguasa Prancis (509–1870)|alt=]]
== Kepala suku [[Dinasti Meroving]]ia (486–751) ==
Nama Prancis berasal dari suku [[bangsa Jermanik]] yang disebut [[Franka]]. Raja-raja [[Meroving]]ia pada awalnya adalah kepala-kepala suku, yang paling awal adalah [[Chlodio]], kemungkinan ayah dari [[Merovek]], yang menurunkan Dinasti Merovingia. [[Clovis I]], cucu Merovek, adalah orang pertama yang menjadi raja. Setelah kematiannya, kerajaannya dibagi di antara anak-anaknya, Soissons ([[Neustria]]), Paris, Orléans ([[Burgundy (wilayah)|Burgundy]]), dan Metz ([[Austrasia]]). Beberapa raja Merovingia berhasil mempersatukan kembali kerajaan tersebut. Tapi setelah kematian mereka, sesuai tradisi bangsa Franka, kerajaannya dipecah-pecah lagi di antara anak-anak mereka. Untuk informasi lebih lanjut, lihat [[Daftar Raja Franka]].
|