Cinta tak berbalas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 9:
Ketidakmampuan pelaku untuk mengekspresikan dan memenuhi kebutuhan emosionalnya dapat mendorong munculnya [[emosi|perasaan]] seperti [[depresi (psikologi)|depresi]], kurang [[harga diri|menghargai diri]], [[kegelisahan|gelisah]] dan [[perubahan suasana hati]] cepat antara depresi dan [[euforia]]. Sebagai sebuah perasaan yang universal, dengan perkiraan 98% manusia pernah mengalaminya,<ref name="nytimes1">{{Cite web|last=Goleman |first=Daniel |url=http://query.nytimes.com/gst/fullpage.html?res=9F0CE1DB1E3DF93AA35751C0A965958260 |title=Pain of Unrequited Love Afflicts the Rejecter, Too - NYTimes.com |publisher=New York Times |date=1993-02-09 |accessdate=2010-03-31}}</ref> cinta tak berbalas alaminya sering dijadikan subjek [[budaya masyarakat]]. Sayangnya, film, buku, dan lagu sering memperlihatkan keteguhan pelaku hancur begitu saja ketika orang yang dicintai muncul dalam pikirannya. Keberadaan naskah seperti ini memudahkan pemahaman mengenai sebab seorang pelaku yang cintanya tidak terbalaskan tetap bertahan meski ditolak'.<ref>B. H. Spitzberg/W. R. Cupach, ''The Dark Side of Close Relationships'' (1998) p. 251</ref>
 
[[Cinta platonik|Persahabatan platonik]] memberikan lahan subur untuk cinta tak berbalas.<ref>Spitzberg, p. 311</ref> Objek cinta tak berbalas biasanya adalah seorang teman atau sahabat, seseorang yang sering dijumpai di tempat kerja, sepanjang masa kerja, atau aktivitas lain yang melibatkan banyak orang. Hal seperti ini menciptakan situasi canggung ketika si penyuka kesulitan mengekspresikan perasaannya yang sebenarnya, khawatir bahwa pengungkapannya akan menimbulkan penolakan, memunculkan rasa [[malu]], atau mengakhiri segala komunikasi dengan orang yang dicintai, karena hubungan romantis bisa saja tidak konsisten dengan hubungan pertemanan yang terjadi saat itu.
 
Dalam hal perasaan orang yang diharapkan, bisa dikatakan bahwa mereka mengalami sakit yang sama seperti orang yang mengalami putus hubungan romantis tanpa merasakan manfaat melakukan hubungan seperti itu.{{Citation needed|date=August 2011}}