Konten dihapus Konten ditambahkan
 
Baris 55:
Lama kelamaan, banyak artis Indonesia yang mulai menghilangkan budaya memakai kebaya untuk menghadiri setiap acara resmi mereka. Kebanyakan artis muda mulai memakai gaun ala fashion luar negeri seperti artis Hollywood lainnya. Kebanyakan masyarakat akan meniru apa yang artis idola mereka kenakan, begitu juga dengan pakaian resmi mereka. Para wanita akan meniru gaya pakaian mereka dan lama kelamaan mulai meninggalan kebaya agar dapat mengikuti trend masa kini. Kebanyakan wanita akan mengenakan gaun panjang untuk pergi atau menghadiri acara resmi.
Peran media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita sehari-hari. Secara tidak sadar, masyarakat akan mengikuti trend yang dibuat oleh media massa sehingga menciptakan sebuah ideologi tersendiri. Dengan adanya media massa, beberapa pihak juga akan mendapat keuntungan. Seperti contohnya dalam kasus ini, fashion designer dan tukang jahit, pemilik toko baju atau butik yang akan mendapat keuntungan.
Hal lain yang menjadi hegemoni adalah dunia musik di Indonesia. Pada rentang waktu antara tahun 1980-1990an, musik yang menjadi ‘kiblat’ bagi para penikmat bahkan pemusiknya adalah musik dari Amerika atau Inggris (Britania Raya/British), namun hal tersebut bergeser semenjak tahun 2000an dimana music dari Korea ‘menjajah’ Indonesia. Boy band, girl band bermunculan dan menjadi idola dari anak-anak muda di Indonesia. Musik pop, rock di Indonesia seperti kehilangan nyawanya. Semua tayangan televisetelevisi, konser off air para promotor, dilibas habis oleh artis-artis dari Korea. Semua merch yang berhubungan dengan artis Korea, akan dibeli oleh anak-anak muda (ABG) di Indonesia. Pedagang-pedagang yang menjual kaos yang berhubungan dengan artis Korea akan mendapatkan keuntungan. Promotor yang memanggil artis tersebut akan lebih laris disbanding promotor yang memanggil musisi rock. Terbukti dengan tidak adanya lagi event tahunan Java Rockin Land misalnya, namun semakin menjamurnya konser-konser artis Korea yang datang untuk tampil di Indonesia.
Media massa, termasuk di dalamnya media sosial, yang notabene memiliki kekuatan ke-4 terbesar di dunia setelah eksekutif, legislative dan yudikatif, sekali lagi telah menggambarkan kekuasaan besarnya sebagai pembentuk opini public melalui konsep hegemoni yang dimunculkan oleh para pemangku kepentingan media tersebut dan para stakeholders yang teribat di dalamnya, seperti pengiklan atau pemberi sponsor kuat pada setiap program dari media tersebut. Masyarakat akan terstimuli dan meniru apa yang ditampilkan oleh media massa. Pergerakan sosial, kesadaran berpolitik, berpartisipasi dalam menentukan pilihan atau selera baik untuk tokoh, partai atau artis, dan hal lain yang mencakup alam nalar manusia, adalah hasil hegemoni yang diberikan oleh media massa hasil dari kaum ‘intelektual organic’ yang berhasil meracuni masyarakat dengan ideology-ideologinya, baik itu ideology politik, bisnis, dan hal lain.