Hegemoni Media Massa

sunting

Teknologi diartikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam suatu bidang. Sementara teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Komunikasi adalah upaya untuk menciptakan kebersamaan. Maka yang dimaksud dengan teknologi komunikasi adalah merupakan penerapan ilmu pengetahuan guna melancarkan upaya untuk mencapai kebersamaan dalam makna antar orang dalam masyarakat. Zaman sekarang adalah zaman dimana segala bentuk teknologi sudah merambah ke segala aspek kehidupan manusia, termasuk komunikasi. Era ini telah membawa kita sampai pada pengaksesan informasi tanpa batas. Dan komunikasi pun terus berkembang hingga sampai era canggih saat ini dimana semua pesan dikirim secara langsung dalam hitungan detik. Baik individu maupun institusi dan atau perusahaan berbasis media, menggunakan kecanggihan penyampaian pesan lewat medium komunikasi yang juga terus berkembang. Perhatian secara sistematis terhadap komunikasi, termasuk media massa yang dianggap memiliki kekuatan besar. Kekuatan untuk memberikan hegemoni kepada masyarakat luas tentang segala yang terjadi di sekitarnya, bahkan dunia.

Hegemoni merupakan gagasan Antonio Gramsci (1891-1937). Teori hegemoni Antonio Gramsci menganalisa berbagai relasi kekuasaan dan penindasan di masyarakat. Lewat perspektif hegemoni, akan terlihat bahwa penulisan, kajian suatu masyarakat, dan media massa merupakan alat kontrol kesadaran yang dapat digunakan kelompok penguasa.

Pengertian Hegemoni

sunting

Hegemoni berasal bahasa Yunani, hegemonia yang berarti penguasa atau pemimpin. Secara ringkas, pengertian hegemoni adalah bentuk penguasaan terhadap kelompok tertentu dengan menggunakan kepemimpinan intelektual dan moral secara konsensus. Artinya, kelompok-kelompok yang terhegemoni menyepakati nilai-nilai ideologis penguasa. Salah satu kekuatan hegemoni adalah bagaimana hegemoni menciptakan cara berpikir atau wacana tertentu yang dominan, yang dianggap benar, sementara wacana lain dianggap salah. Media disini dianggap secara tidak sengaja dapat menjadi alat bagaimana nilai-nilai atau wacana yang dipandang dominan itu disebarkan dan meresap dalam benak khalayak sehingga menjadi konsesus bersama. Sementara nilai atau wacana lain dipandang sebagai menyimpang. Misalnya, pemberitaan mengenai demonstrasi buruh, wacana yang dikembangkan seringkali perlunya pihak buruh musyawarah dan kerja sama dengan pihak perusahaan. Dominasi wacana semacam ini menyebabkan kalau buruh melakukan demonstrasi selalu dipandang tidak benar. Teori hegemoni Gramsci menekankan bahwa dalam lapangan sosial ada pertarungan untuk memperebutkan penerimaan publik. Karena pengalaman sosial kelompok subordinat (apakah oleh kelas, gender, ras, umur, dan sebagainya) berbeda dengan ideologi kelompok dominan untuk menyebarkan ideologi dan kebenarannya tersebut agar diterima, tanpa perlawanan. Salah satu kunci strategi kunci dalam hegemoni adalah nalar awam, dimana awam akan menerima apa yang disuntikkan ke dalam pikiran mereka.

Bentuk Hegemoni

sunting

Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni, bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan dua cara, yaitu kekerasan dan persuasi. Cara kekerasan (represif/dominasi) yang dilakukan kelas atas terhadap kelas bawah disebut dengan tindakan dominasi, sedangkan cara persuasinya dilaksanakan dengan cara-cara halus, dengan maksud untuk menguasai guna melanggengkan dominasi. Perantara tindak dominasi ini dilakukan oleh para aparatur negara seperti polisi, tentara, dan hakim. Menurut Gramsci, faktor terpenting sebagai pendorong terjadinya hegemoni adalah faktor ideologi dan politik yang diciptakan penguasa dalam mempengaruhi, mengarahkan, dan membentuk pola pikir masyarakat. Faktor lainnya adalah pertama paksaan yang dialami masyarakat, sanksi yang diterapkan penguasa, hukuman yang menakutkan, kedua kebiasaan masyarakat dalam mengikuti suatu hal yang baru dan ketiga kesadaran dan persetujuan dengan unsur-unsur dalam masyarakat.

Fungsi Hegemoni

sunting

Hegemoni dipergunakan untuk menunjukkan adanya kelas dominan yang mengarahkan “tidak hanya mengatur” masyarakat melalui pemaksaan kepemimpinan moral dan intelektual. Hegemoni diatur oleh mereka yang oleh Gramsci disebut “intelektual organic”. Mereka adalah tokoh moral dan intelektual yang secara dominan menentukan arah konflik, politik, dan wacana yang berkembang di masyarakat. Mereka bekerja untuk melanggengkan kekuasaan atas kelompok yang lemah. Dominasi “intelektual organic” diwujudkan melalui rekayasa bahasa sebagai sebuah kekuasaan. Melalui berbagai media, bahasa ditunjukkan hadirnya kekuasaan dan pengaturan hegemoni tersebut. Berbagai kebijakan negara, misalnya, disampaikan dalam bahasa “untuk kepentingan bangsa di masa mendatang” atau “demi kemandirian bangsa” telah menghegemoni masyarakat untuk senantiasa menerima berbagai keputusan negara, yang merugikan sekalipun. Misalnya, hegemoni bahasa politik digunakan oleh para politisi untuk membantu bagaimana bahasa digunakan dalam persoalan-persoalan (1) siapa yang ingin berkuasa, (2) siapa yang ingin menjalankan kekuasaan, dan (3) siapa yang ingin memelihara kekuasaan. Fungsi lain hegemoni yakni menciptakan cara berpikir yang berasal dari wacana dominan, juga media yang berperan dalam penyebaran wacana dominan itu. Hegemoni dipergunakan untuk menunjukkan adanya kelas dominan yang mengarahkan dan tidak hanya mengatur masyarakat melalui pemaksaan kepemimpinan moral dan intelektual, merupakan dominasi atau penguasaan satu pihak dengan pihak lainnya secara sukarela dan berdasarkan kesepakatan. Ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar atau benar dan kemudian akan berubah menjadi suatu ideologi. Contoh dari hegemoni yang akhirnya tidak menimbulkan paksaan antara lain: • Dalam agama Islam diwajibkan melaksanakan sholat 5 waktu yang kemudian dilaksanakan umatnya tanpa ada rasa terpaksa • Fans - fans sepakbola yang mengikuti berita pemain kesayangannya dengan penuh rasa suka • Fans - fans musisi yang menghadiri konser idolanya meskipun tiketnya mahal Oleh karena itu, banyak iklan, khususnya produk yang menggunakan artis atau idola tertentu sebagai modelnya. Misalnya iklan Clear Men yang ‘menggunakan’ jasa Cristiano Ronaldo. Hegemoni yang tercipta adalah bahwa seorang pemain bintang sekelas CR7 pun menggunakan Clear, asuransi Jiwasraya yang menggunakan para pemain bintang dari club sepakbola Manchester City, dan sebagainya.

CONTOH HEGEMONI DI MASYARAKAT • Kekuasaan berdasarkan norma masyarakat, contoh: Hubungan antara suami dengan istri, orangtua dengan anak, kakak dengan adik • Kekuasaan yang diberi atas kelas sosial, contoh: Majikan dengan ART/supir/satpam, ningrat dengan yang bukan ningrat • Kekuasaan atas kelas ekonomi, contoh: Hubungan antara si kaya dan si miskin • Kekuasaan berdasarkan karisma pribadi/kelompok, contoh: Hubungan antara selebritas dengan fansnya, motivator dengan pengikutnya • Kekuasaan atas hukum legal negara, contoh: Pemerintah negara (RT/RW/kelurahan), polisi, militer, hakim • Kekuasaan berdasarkan keterampilan seseorang, contoh: Dokter, penjahit, montir • Kekuasaan yang diberi atas pengetahuan seseorang, contoh: Guru, dosen • Kekuasaan yang diberi karena tradisi, contoh: Kepala adat, dukun adat • Kekuasaan yang diberi karena persuasi moral, contoh: Agama

Hegemoni Media Massa

sunting

Sebenarnya, dalam dunia politik, media massa berfungsi sebagai alat untung mengawasi penguasa (mengkritik). Sekarang media massa malah digunakan sebagai alat untuk menyebarluaskan kekuasaan yang kemudian diterima secara luas oleh masyarakat menjadi sebuah ideologi. Seperti pada era sekarang dimana para konglomerat pemilik media berusaha menanamkan nilai-nilai bahwa mereka seakan-akan pro pada rakyat, dengan menayangkan program-program yang sebenarnya tidak pro rakyat, namun hanya mengejar rating share Contoh hegemoni media massa dalam bidang politik: • Pada zaman orde baru (kebebasan pers untuk membicarakan PKI atau hal lain berbau negatif tentang pemerintahan dibungkam) • Penggunaan media massa untuk memperoleh kekuasaan misalnya pada masa pemilihan presiden (Pemilu), 2 stasiun televisi yang bertarung pada Pemilu 2014 lalu, masing-masing terlihat memihak salah satu kubu Capres. Pertarungan tersebut membuat masyarakat tersetir opininya dan kemudian bertarung satu sama lain melalui akun-akun social media pribadi mereka. Media massa juga tidak hanya mempengaruhi masyarakat dalam masalah politik, tetapi juga mempengaruhi kehidupan sehari - hari kita. Misalnya dengan mempengaruhi cara kita berpakaian, makan, dll. Media massa juga bisa menampilkan trendsetter bagi masyarakat. Contoh dari cara berpakaian ini misalnya adalah: • Body Image: Pada masa pra-modern, kriteria postur tubuh wanita yang ideal harus berbadan gemuk, pada awal tahun 1900an mulai mengecil di bagian pinggangnya sehingga muncullah korset yang kemudian diiklankan pada media massa. Pada masa kini, kriteria wanita dengan postur tubuh ideal adalah seperti model-model Victoria's Secret

• Beauty Standard: Pada zaman dulu, kriteria wanita cantik berbeda - beda disetiap daerah. Misalnya di Indonesia, wanita dikatakan cantik jika kakinya berukuran kecil, ada juga yang menganggap wanita cantik jika badannya berbentuk seperti gitar. Sekarang kriteria cantik diseluruh dunia hampir disamakan yaitu yang berkulit putih, tinggi, langsing, berhidung mancung, dll.

Analisa Hegemoni Media Massa

sunting

Pakaian atau busana merupakan suatu kebutuhan manusia yang paling penting. Selain untuk melindungi tubuh, pakaian juga bisa digunakan sebagai media untuk berekspresi sesuai dengan gaya masing-masing orang. Memakai pakaian juga tidak bisa sembarangan karena harus disesuaikan dengan tempatnya. Salah satu jenis pakaian yang akan dibahas kali ini adalah kebaya. Kebaya merupakan pakaian tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia. Biasanya terbuat dari bahan tipis yang dipadukan dengan sarung, batik atau bahan rajutan lainnya seperti songket. Pada zaman dahulu, wanita Indonesia mengenakan kebaya setiap hari. Dengan berjalannya waktu, orang - orang mulai mengenakan kebaya hanya pada acara-acara resmi tertentu seperti ke pesta pernikahan. Kebaya yang dikenakan juga sudah mulai berwarna - warni dengan corak yang bermacam-macam. Kemudian, mulai bermunculan designer-designer yang memodifikasi bentuk kebaya menjadi lebih bervariasi. Kebaya dibuat menjadi lebih modern dengan menambahkan berbagai macam payet, hiasan, bahkan warna kain dan model yang bermacam - macam. Dengan adanya peran media sosial dalam kehidupan sehari-hari, muncul berbagai macam jenis berita baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya adalah berita tentang kehidupan selebritas. Banyak media massa yang menampilkan kehidupan pribadi para artis Hollywood, akibatnya banyak masyarakat Indonesia yang melihat dan memperhatikan mereka, salah satunya adalah pakaian yang mereka kenakan. Misalnya, selebritas wanita mengenakan gaun panjang untuk menghadiri acara resmi. Akibat dari media massa, banyak artis Indonesia yang mulai mengikuti trend fashion luar negeri. Banyak pula model kebaya modern yang dikombinasi dan dipadukan dengan gaun. Seperti misalnya kebaya dengan bawahan rok lebar, tidak menggunakan kain samping lagi. Lama kelamaan, banyak artis Indonesia yang mulai menghilangkan budaya memakai kebaya untuk menghadiri setiap acara resmi mereka. Kebanyakan artis muda mulai memakai gaun ala fashion luar negeri seperti artis Hollywood lainnya. Kebanyakan masyarakat akan meniru apa yang artis idola mereka kenakan, begitu juga dengan pakaian resmi mereka. Para wanita akan meniru gaya pakaian mereka dan lama kelamaan mulai meninggalan kebaya agar dapat mengikuti trend masa kini. Kebanyakan wanita akan mengenakan gaun panjang untuk pergi atau menghadiri acara resmi. Peran media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita sehari-hari. Secara tidak sadar, masyarakat akan mengikuti trend yang dibuat oleh media massa sehingga menciptakan sebuah ideologi tersendiri. Dengan adanya media massa, beberapa pihak juga akan mendapat keuntungan. Seperti contohnya dalam kasus ini, fashion designer dan tukang jahit, pemilik toko baju atau butik yang akan mendapat keuntungan. Hal lain yang menjadi hegemoni adalah dunia musik di Indonesia. Pada rentang waktu antara tahun 1980-1990an, musik yang menjadi ‘kiblat’ bagi para penikmat bahkan pemusiknya adalah musik dari Amerika atau Inggris (Britania Raya/British), namun hal tersebut bergeser semenjak tahun 2000an dimana music dari Korea ‘menjajah’ Indonesia. Boy band, girl band bermunculan dan menjadi idola dari anak-anak muda di Indonesia. Musik pop, rock di Indonesia seperti kehilangan nyawanya. Semua tayangan televisi, konser off air para promotor, dilibas habis oleh artis-artis dari Korea. Semua merch yang berhubungan dengan artis Korea, akan dibeli oleh anak-anak muda (ABG) di Indonesia. Pedagang-pedagang yang menjual kaos yang berhubungan dengan artis Korea akan mendapatkan keuntungan. Promotor yang memanggil artis tersebut akan lebih laris disbanding promotor yang memanggil musisi rock. Terbukti dengan tidak adanya lagi event tahunan Java Rockin Land misalnya, namun semakin menjamurnya konser-konser artis Korea yang datang untuk tampil di Indonesia. Media massa, termasuk di dalamnya media sosial, yang notabene memiliki kekuatan ke-4 terbesar di dunia setelah eksekutif, legislative dan yudikatif, sekali lagi telah menggambarkan kekuasaan besarnya sebagai pembentuk opini public melalui konsep hegemoni yang dimunculkan oleh para pemangku kepentingan media tersebut dan para stakeholders yang teribat di dalamnya, seperti pengiklan atau pemberi sponsor kuat pada setiap program dari media tersebut. Masyarakat akan terstimuli dan meniru apa yang ditampilkan oleh media massa. Pergerakan sosial, kesadaran berpolitik, berpartisipasi dalam menentukan pilihan atau selera baik untuk tokoh, partai atau artis, dan hal lain yang mencakup alam nalar manusia, adalah hasil hegemoni yang diberikan oleh media massa hasil dari kaum ‘intelektual organic’ yang berhasil meracuni masyarakat dengan ideology-ideologinya, baik itu ideology politik, bisnis, dan hal lain.

Referensi

sunting

Eriyanto. 2011. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKiS Group

Boothman, D. (2008).`` Hegemony: Political and Linguistic Sources for Gramsci’s Concept of Hegemony’’. In R. Howson and K. Smith (Eds.), Hegemony: Studies in Consensus and Coercion. London: Routledge.

Clark, M. (1977). Antonio Gramsci and the Revolution that Failed. New Haven: Yale University Press.

Gramsci, A. (1926). ``Some aspects of the southern question’’ (V. Cox, Trans.). In R. Bellamby (Ed.), Pre-Prison Writings (pp. 313-337). Cambridge: Cambridge University Press.

Gramsci, A. (1971). Selections from the Prison Notebooks of Antonio Gramsci, Q. Hoare & G. N. Smith, eds. & trans. London: Lawrence and Wishart.

Howson, R. (2006). Challenging Hegemonic Masculinity. London: Routledge.

Howson, R. & Smith, K. (2008). Hegemony: Studies in Consensus and Coercion. London: Routledge.

Lenin, V. I. (1963). What is to be Done? S.V. Utechin & P. Utechin, trans. Oxford: Oxford University Press.