Wangari Maathai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AMA Ptk (bicara | kontrib)
AMA Ptk (bicara | kontrib)
+
Baris 7:
Wangari Maathai ialah ibu dari 3 anak: Waweru, Wanjira and Muta. Pada [[1980an]], ia diceraikan suaminya, Mwangi Mathai, yang mengatakannya "terlalu terdidik, terlalu kuat, terlalu berhasil, dan terlalu sulit dikendalikan." Ia kemudian dijebloskan ke penjara karena menentang [[hakim]] serta dilarang menggunakan nama suaminya lagi. Sebagai penolakan, ia hanya mengubah namanya dengan menambahkan satu huruf "a" menjadi Maathai.
 
== Karier dan perjuangan ==
Pada tahun 1974, ia memulai kegiatan penanaman pohon di muka rumahnya. Ada 9 batang pohon yang ditanamnya itu.<ref name=hendryo>{{aut|Hendryo, Bambang}} (Februari 2013). ''Hutan Indonesia: Paru-Paru Dunia''. Cetakan ke-2. Hlm.5{{spaced ndash}}6. [[Jakarta]]: Verbum Publishing. ISBN 978-979-1467-04-9.</ref> [[1977]] ia mendirikan Gerakan Sabuk Hijau, sebuah organisasi [[akar rumput]] [[nonpemerintah]] yang bertujuan menjamin sumber penyokong [[kayu bakar]] dan mencegah [[erosi]] [[tanah]]. Kampanye itu menggerakkan wanita miskin dan menanam lebih dari 30 juta pohon hingga kini. Sampailah pada tahun 2004, sedikitnya ia telah menanam sebanyak 40 juta batang pohon di Afrika. Maathai berhasil memulihkan kerusakan hutan yang teramat hebat, di sana. Hal itu oleh sebab menjelang akhir abad ke-20, hanya 2% lahan yang bertumbuhkan hutan di Kenya. Lain sekali dengan rekomendasi PBB yang mengharuskan 10% lahan harus ditumbuhi hutan.<ref name=hendryo/> Selama bertahun-tahun, [[penebangan liar]] telah menimbulkan kurangnya [[air segar]] dan kayu bakar serta mutu tanah yang menurun. Kelangkaan hutan di sana membawa risiko serius terhadap kehidupan jutaan rakyat Kenya. Mereka hidup di dalam kemiskinan dan kelangkaan pangan kronis.<ref name=hendryo/> Maathai bisa memotivasi ibu-ibu dari anak-anak kekurangan [[gizi]] untuk mengumpulkan [[bibit tanaman]], menggali [[sumur]], dan menjaga semaian dari [[hewan]] dan [[manusia]]. Karena jasa-jasanya itu, ia digelari ''Mama Miti'' ([[bahasa Swahili]]: Ibu dari Pepohonan).
 
Dari [[1976]] sampai [[1987]] Maathai aktif dalam Dewan Nasional Kenya untuk Wanita, [[Maendeleo Ya Wanawake]], yang diketuainya antara [[1981]]–[[1987]]. Gerakan Sabuk Biru, yang muncul di saat yang sama, kemudian berkampanye pada isu-isu [[pendidikan]] dan gizi. Gerakan Sabuk Biru merupakan organisasi akar rumput non pemerintah di bidang lingkungan hidup,dan mempekerjakan ribuan voluntir.<ref name=hendryo/> Maathai sendiri telah memulai tantangan baru; sebagai contoh, ia adalah anggota Dewan Penasihat Perlucutan Senjata PBB.
 
Pada masa rezim [[Daniel Arap Moi]], Maathai sempat ditahan beberapa kali dan mengalami penyerangan karena tuntutannya untuk [[pemilihan umum]] [[multipartai]], pemberantasan [[korupsi]], dan mengakhiri politik kesukuan. Termasuk dalam perjuangannya adalah penyelamatan [[Taman Uhuru]] di [[Nairobi]] pada tahun [[1989]] dari konstruksi kompleks bisnis [[Kenya Times Media Trust]] oleh rekanan Moi. Pada 1997, ia berkampanye untuk menduduki jabatan [[Presiden Kenya]] namun kalah setelah [[partai]]nya menarik pencalonannya.