Islam di Papua: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AMA Ptk (bicara | kontrib)
k Membatalkan 2 suntingan oleh Aldidaniealdi (bicara) ke revisi terakhir oleh Chongkian. (TW)
Tag: Pembatalan
Baris 2:
 
== Pendahuluan ==
Bila dikatakan saat ini bahwa Islam sudah ada di Papua sejak abad ke-13 Masehi, mungkin tidak sedikit orang yang meragukannya. Mengingat pulau terbesar kedua di muka bumi ini terletak jauh di ujung timur dunia. Jalur-jalur pedagangan dunia kuno seperti jalur kayu manis (''Cinnamon Route'') dan rempah-rempah (''Spice Route'') hanya melintas di Halmahera, tapi sangat sedikit tercatatat melintasi pulau raksasa ini. Bahkan hingga hari ini, pembangunan pun sangat sulit menyentuh Papua. Sebagian besar masyarakat Papua masih banyak yang terisolir dari dunia luar. Sehingga sangat wajar bila ada asumsi yang meragukan agama Islam pernah masuk bahkan mendirikan kerajaan di Papua.[https://ganaislamika.com/jejak-islam-di-tanah-papua-1/]
 
Tapi beberapa catatan sejarah menunjukkan sebaliknya. Terdapat cukup banyak petunjuk dokumentasi maupun lisan yang membuktikan bahwa Islam bukan agama baru di Papua. Tidak hanya itu, berdasarkan catatan sejarah, ada sejumlah kerajaan Islam di Papua, diantaranya: (1) Kerajaan Waigeo (2) Kerajaan Misool (3) Kerajaan Salawati (4) Kerajaan Sailolof (5) Kerajaan Fatagar (6) Kerajaan Rumbati (terdiri dari Kerajaan Atiati, Sekar, Patipi, Arguni, dan Wertuar) (7) Kerajaan Kowiai (Namatota) (8) Kerajaan Aiduma dan (9) Kerajaan Kaimana.[https://ganaislamika.com/jejak-islam-di-tanah-papua-1/]
 
Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati tunduk kepada kekuasaan [[Kesultanan Bacan|Sultan Bacan]] di Maluku. Berdasarkan cerita populer dari masyarakat Islam [[Kota Sorong|Sorong]] dan Fakfak, agama Islam masuk di Papua sekitar abad ke 15 yang dilalui oleh pedagang–pedagang muslim. Perdagangan antara lain dilakukan oleh para pedagang–pedagang [[suku Bugis]] melalui Banda (Maluku Tengah) dan oleh para pedagang Arab dari Ambon yang melalui Seram Timur.
 
Baris 14 ⟶ 10:
 
Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di Nusantara, sehingga Islam di Papua luput dari kajian para sejarahwan lokal maupun asing, kedatangan Islam di tanah Papua juga masih terjadi silang pendapat di antara pemerhati, peneliti maupun para keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, Fak-Fak, Kaimana dan teluk Bintuni-Manokwari, di antara mereka saling mengklaim bahwa Islam lebih awal datang kedaerahnya yang hanya di buktikan dengan tradisi lisan tanpa didukung dengan bukti-bukti tertulis maupun bukti-bukti arkelogis.
<!--
 
Namun demikian, hingga sekarang belum ada satu kesepakatan di antara para sejarawan tentang kapan dan bagaimana pastinya Islam masuk ke tanah Papua. Hal ini disebabkan oleh minimnya bukti arkeologis yang bisa memastikan hal tersebut. Tapi secara umum, para sejarawan semua sepakat bahwa Islam lebih dahulu masuk ke Papua daripada agama Kristen. Tentang tahunnya, ini yang masih menjadi perdebatan. Mengingat sejarah masuknya Islam ke tanah Papua umumnya dituturkan secara lisan secara turun temurun. Sehingga sulit sekali memastikan kronologi sejarah secara presisi.[https://ganaislamika.com/jejak-islam-di-tanah-papua-1/]
 
Disisi lain, bukan hanya di antara para pemerhati dan peneliti. Silang pendapat tentang kapan masuknya Islam di Papua juga terjadi di antara keturunan raja-raja di Raja Ampat, Sorong, Fakfak, Kaimana, dan Teluk Bintuni-Manokwari. Padahal mereka ini adalah salah satu sumber primer penelitian untuk mengungkap informasi mengenai kapan Islam masuk ke daerah Papua. Ditambah lagi, karena secara sosio-geografis tanah Papua terletak pada daerah peripheral Islam di Nusantara, sehingga studi terhadap Islam di Papua terbilang minim, bahkan terkesan luput dari kajian para sejarawan lokal maupun asing. Akibatnya, jumlah referensi yang bisa dijadikan rujukan untuk memahami topik ini sangat sedikit.[https://ganaislamika.com/jejak-islam-di-tanah-papua-1/]
 
Dari beberapa penelitian yang ada, sebagian diantaranya cukup terkenal dan dijadikan acuan oleh para akademisi untuk melacak jejak Islam di tanah Papua. Diantaranya adalah Jusuf Fredrik Onim, yang menyebutkan bahwa bahwa Islam sesungguhnya baru ada di daerah ini (Papua) pada abad ke 17, tetapi belum nampak pengaruhnya dimana-mana. Ia juga menyebutkan bahwa batas akhir penyebaran Islam di dunia adalah di pesisir tanah Papua. Tapi tampaknya, belakangan asumsi ini perlu di revisi, mengingat belakangan muncul bukti yang menunjukkan bahwa terdapat komunitas Muslim di Wamena yang letaknya berada di pegunungan tengah Papua.[https://ganaislamika.com/jejak-islam-di-tanah-papua-1/]
 
Pendapat lainnya yang sering dikutip oleh para peneliti adalah catatan dari Thomas Arnold yang mengungkapkan bahwa beberapa suku Papua di pulau Gebi antara Waigeo dan Halmahera telah diIslamkan oleh kaum pendatang dari Maluku. Menurutnya, “''Di Irian sendiri, hanya sedikit penduduk yang memeluk Islam, agama ini pertamakali dibawa masuk ke pesisir barat (mungkin Semenanjung Onin) oleh para pedagang muslim yang berusaha sambil berdakwah di kalangan penduduk, dan itu terjadi sejak tahun 1606. Tetapi nampaknya kemajuan berjalan sangat lambat selama berabad-abad kemudian…''”[http://etnohistori.org/sejarah-masuknya-islam-ke-papua-1.html,]<!--
Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua, setidaknya dapat digali dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu:
 
Baris 70 ⟶ 59:
 
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}} https://ganaislamika.com/jejak-islam-di-tanah-papua-1/
 
== Pustaka ==