Taman Nasional Bukit Tiga Puluh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AMA Ptk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
AMA Ptk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27:
'''Taman Nasional Bukit Tiga Puluh''' (juga disebut '''Bukit Tigapuluh''') adalah taman nasional yang terletak di [[Sumatra]], [[Indonesia]]. Taman Nasional ini terletak di provinsi [[Riau]] dan [[Jambi]]. Taman seluas 143.143 hektare ini terdiri dari hutan hujan tropis dan terkenal sebagai tempat terakhir spesies terancam seperti [[orangutan sumatera]], [[harimau Sumatra|harimau sumatera]], [[gajah sumatera]], [[badak sumatera]], [[tapir Asia|tapir asia]], [[beruang madu]] dan berbagai spesies burung yang terancam. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh juga merupakan tempat tinggal bagi [[Orang Rimba]] dan [[Talang Mamak]].
 
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh kini mendapat ancaman serius dari penebangan hutan ilegal dan penanaman [[minyak sawit]].<ref>http://www.tigertrust.info/sumatran_tiger_where.asp?ID=NP4&catID=9</ref> Melansir [[Kompas (surat kabar)|''Kompas'']] (2019), mnyusutnya habitat kawasan ini, mengakibatkan peningkatan konflik antara manusia dan gajah sumatra 4 kali lipat selama 10 tahun terakhir. Menurut [[FrakfurtFrankfurt Zoological Society]], 346 konflik pada tahun 2018 mengakibatkan 9.161 pohon karet dan sawit, 2.475 batang tanaman dan pondok rusak, serta kematian seekor gajah, terjadi seiring menyusutnya tutupan [[hutan hujan]] dataran rendah ekosistem Bukit Tigapuluh ini.<ref name=kompas10juni>"Habitat Gajah Terus Susut", ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]'', 10 Juni 2019, hlm.16</ref>
 
Hutan TNBT ini punya 84.042 [[hektare|ha]] arela penyangga berupa tutupan hutan alam pada 2009, dan merosot tersisa 34.814 ha saja. Pada 1980an, ada sekitar 400 ekor gajah yang hidup dan tak sampai 150 ekor tersisa 3 dekade kemudian.<ref name=kompas10juni/> <!--Alih fungsi ini terjadi drastis sejak [[Kementerian Kehutanan Republik Indonesia|Kemenhut]] mengizinkan 61.000 ha lahan untuk [[hutan tanaman industri]], yang bersamaan dengan makin maraknya pembalakan dan perambahan liar. Rencana selanjutnya akan dibangun kawasan ekosistem esensial di sini, berikut pagar listrik 150 km, pusat pendidikan dan konservasi gajah, dan pengembangan ekowisata.<ref name=kompas10juni/>-->