Sriwijaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarna bumi (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Swarna bumi (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 58:
== Catatan sejarah ==
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan.<ref name="TAYLOR"/> Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, Namun sebenarnya kebesaran sejarah Sriwijaya itu bisa dilihat dari kebesaran sejarah kerajaan Bikit Siguntang Palembang yang menjadi titik sentral raja raja di bumi Melayu. Sebagaimana dalam sejarah Melayu dan kitab Sulalatussalatin Tun Sri Lanang. Bukit Siguntang Palembanglah yang sangat populer dalam pentas sejarah. ketika sarjana Prancis [[George Cœdès]] mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa [[bahasa Belanda|Belanda]] dan [[bahasa Indonesia|Indonesia]].<ref name="TAYLOR">{{cite book|last=Taylor|first=Jean Gelman|title=Indonesia: Peoples and Histories|publisher=Yale University Press|year=2003|location= New Haven and London|url=|doi=|pages=|id= ISBN 0-300-10518-5}}</ref> Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam [[bahasa Melayu|Melayu Kuno]]
[[Berkas:Talang Tuo Inscription.jpg|jmpl|kiri|[[Prasasti Talang Tuwo]], ditemukan di [[Bukit Seguntang]] bercerita tentang dibangunnya taman Śrīksetra.]]
Historiografi Sriwijaya diperoleh dan disusun dari dua macam sumber utama; catatan sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara yang telah ditemukan dan diterjemahkan. Catatan perjalanan bhiksu peziarah [[I Ching]] sangat penting, terutama dalam menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika ia mengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada tahun 671. Sekumpulan prasasti ''siddhayatra'' abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau Bangka juga merupakan sumber sejarah primer yang penting. Di samping itu, kabar-kabar regional yang beberapa mungkin mendekati kisah legenda, seperti [[Kerajaan Sabak|Kisah mengenai Maharaja Javaka dan Raja Khmer]] juga memberikan sekilas keterangan. Selain itu, beberapa catatan musafir India dan Arab juga menjelaskan secara samar-samar mengenai kekayaan raja Zabag yang menakjubkan.{{citation needed}}
|