R.H. Hadjid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Faisal Anas (bicara | kontrib) Saya menambahkan ketika Haji Hadjid pernah dicalonkan menjadi ketua Pengurus Besar Muhammadiyah pada tahun 1936, tetapi ia menolak. |
||
Baris 7:
=== Peran dalam Muhammadiyah ===
Tidak hanya berguru di pesantren, Hadjid juga belajar dengan K.H. Ahmad Dahlan. Pada masa awal bergabung dengan Muhammadiyah, ia menjadi guru Standard School Muhammadiyah (kini SD Muhammadiyah Suronatan). Hadjid juga tercatat mengajar di HIS Muhammadiyah.
Karena kemampuannya, ia kemudian dipercaya sebagai direktur Kweekschool Muhammadiyah pada tahun 1928. Pada masa kepemimpinannya, Kweekschool Muhammadiyah menjadi salah satu institusi pendidikan Islam yang berkualitas dan diperhitungkan. Kemajuan ini tidak bisa dilepaskan dari kebijakan yang diambil oleh Hadjid. Diantara kebijakan yang diambil adalah memperbarui sistem pembelajaran, membangun infrastruktur dan mendirikan Kweekschool Isteri (yang kemudian hari menjadi Madrasah Mualimmat Muhammadiyah), serta mempublikasikan keberadaan Kweekschool Muhammadiyah melalui media massa yang dimiliki Muhammadiyah seperti [[Suara Muhammadiyah]], Suara Aisyiyah, dan Bintang Islam.<ref>Muarif, ''Modernisasi Pendidikan Islam Sejarah dan Perkembangan Kweekschool Moehammadijah 1923-1932'', (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012), hlm. 133-137.</ref> Kepemimpinan Haji Hadjid berlangsung hingga tahun 1930. Haji Hadjid juga terlibat dalam pembentukan [[Hizbul Wathan]]. Ia bersama dengan K.H. Mochtar dan H.M. Syarbini bahu membahu dalam membentuk organisasi kepanduan Muhammadiyah ini. Nama Hizbul Wathan adalah usulan dari Hadjid yang berarti cinta tanah air.<ref>Mohammad Ali, ''Paradigma Pendidikan Berkemajuan: Teori dan Praksis Pendidikan Progresif Religius K.H. Ahmad Dahlan'', (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2017), hlm. 216.</ref>
Ketika H. Hisyam mengundurkan diri sebagai Ketua Pengurus Besar (Hoofdbestuur) Muhammadiyah, ada beberapa nama yang direkomendasikan untuk menggantikannya. Pertama, adalah [[Ki Bagus Hadikusuma]] diusulkan sebagai Ketua Hoofdbestuur Muhammadiyah, namun ia menolak. Tokoh kedua yang dihubungi adalah Hadjid sendiri, tetapi ia juga menyatakan tidak bersedia. Pilihan ketiga jatuh kepada [[K.H. Mas Mansur]] (Konsul Muhammadiyah [[Surabaya]]). Pada mulanya ia menolak, namun setelah melalui dialog panjang akhirnya K.H. Mansur bersedia menjadi Ketua Hoofdbestuur.<ref>“Protes Angkatan Muda Muhammadiyah terhadap Kepemimpinan K.H. Hisyam”, dalam Suara Muhammadiyah, No. 15, Th. Ke-89, 1-15 Agusutus 2004, hlm. 4.</ref>
Sebelumya, organisasi ini bernama Padvinders Muhammadiyah atau Pandu Muhammadiyah. Setelah Indonesia merdeka, Hadjid dipercaya menjabat sebagai ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah sejak tahun 1951 hingga tahun 1957. Prestasinya selama memimpin Majelis Tarjih adalah dibukukannya hasil Muktamar dalam buku berjudul Himpunan Putusan Tarjih (HPT). Selanjutnya, ia dipercaya menjadi Penasihat PP Muhammadiyah sejak tahun 1966 hingga tahun 1977.
=== Menjadi pengurus jawatan agama dan dosen ===
Hadjid tidak hanya aktif di Muhammadiyah. Pada masa penjajahan [[Jepang]], ia menjadi bagian dari Kantor Lembaga Agama [[Yogyakarta]]. Karirnya berlanjut pada masa kemerdekaan ketika ia dipercaya menjadi Wakil Kepala Jawatan Agama Provinsi DIY. Ia juga menjadi dosen pada [[Sekolah Tinggi Islam]] (sekarang [[UII]]) di Yogyakarta pada tahun 1946 hingga tahun 1947.
|