Angkor Wat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 53:
 
== Sejarah ==
[[BerkasFile:Suryavarman II in processionSuryavarman_II.jpg|jmplthumb|kirileft|Raja [[Suryawarman II]], pembangun Angkor Wat.]]
Angkor Wat terletak 5,5 km kilometer (3,4 mil) di sebelah utara kota modern [[Siem Reap]]. Candi ini juga berada, tidak jauh di sebelah selatan dan agaksedikit ke timur dari bekas ibu kota KhmerKerajaan Kambujadesa yang berpusat di candi [[Baphuon]]. Angkor Wat sendiriadalah berlokasisitus terselatan di kawasandalam percandianlingkup Angkor,kawasan danutama juga merupakan candi paling selatan dari antara candisitus-candisitus lainnyaarkeologi diAngkor.{{cn|date=Mei kawasan tersebut.2021}}
 
Menurut mitos, Angkor Wat dibangun atas perintah Dewa [[Indra]] untuk dijadikan istana putranya, Preca Ket Mealea.<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=HAZrFhvqnTkC|title=Asiatic Mythology:A Detailed Description and Explanation of the Mythologies of All the Great Nations of Asia|author1= J. Hackin|author2= Clayment Huart|author3= Raymonde Linossier|author4= H. de Wilman Grabowska|author5= Charles-Henri Marchal|author6= Henri Maspero|author7= Serge Eliseev|date=1932|page=194|isbn=978-81-206-0920-4}}</ref> Menurut keterangan musafir Tiongkok dari abad ke-13, [[Zhou Daguan]], ada pihak-pihak yang percaya bahwa Angkor Wat dibangun hanya dalam semalam oleh dewa undagi.<ref>{{cite book|title= A Record of Cambodia: The Land and Its People|author=daguan Zhou|others=Translated by Peter Harris|publisher=Silkworm Books|date=2007}}</ref>
Rintisan rancangan dan pembangunan candi dimulai pada paruh pertama abad ke-12 Masehi, pada masa pemerintahan raja [[Suryawarman II]] (memerintah pada 1113 – sekitar 1150).<ref name=Higham1>{{cite book |author=Higham, C. |date= 2014 |title= Early Mainland Southeast Asia |location= Bangkok |publisher= River Books Co., Ltd. |isbn= 978-616-7339-44-3 |pages=372, 378–379}}</ref> Dipersembahkan untuk memuliakan [[Wisnu]], candi ini dibangun sebagai candi agung negara milik raja sekaligus sebagai ibu kota. Karena prasasti yang menyebutkan pembangunannya belum ditemukan, maka nama asli candi ini tidak diketahui. Ditafsirkan candi ini mungkin aslinya disebut sebagai ''"Preah Pisnu-lok"'' (Bahasa Khmer Kuno, serapan dari bahasa Sanskerta: ''"Wara Wisnuloka"'') secara harfiah bermakna "Tempat Suci Wisnu", diambil dari nama dewa utama yang dimuliakan di candi ini. Proyek pembangunan sepertinya dihentikan segera setelah kematian raja, menyisakan beberapa relief rendah yang belum rampung.<ref name="Ohio">{{cite web |url= http://huntingtonarchive.osu.edu/seasia/angkor.html|title=Angkor Wat, 1113–1150 |accessdate=27 April 2008 |publisher=College of the Arts, The Ohio State University |work=The Huntington Archive of Buddhist and Related Art}}</ref> Pada 1177, kira-kira 27 tahun setelah kematian Suryawarman II, Angkor diserang oleh bangsa [[Champa]], musuh tradisional bangsa Khmer. Kemudian kerajaan Khmer dipulihkan kembali oleh raja baru [[Jayawarman VII]], yang mendirikan ibu kota baru di [[Angkor Thom]] dan candi kerajaan baru di [[Bayon]], yang terletak beberapa kilometer di utara Angkor Wat.
 
Tahap awal perancangan dan pengerjaan Angkor Wat terlaksana pada paruh pertama abad ke-12, pada masa pemerintahan Raja [[Suryawarman II]] (memerintah tahun 1113 sampai kira-kira tahun 1150). Bertolak belakang dengan kebijakan raja-raja pendahulunya yang menganut aliran [[Saiwa]], Suryawarman II membaktikan Angkor Wat kepada Dewa [[Wisnu]]. Percandian ini dibangun untuk digunakan sebagai kuil kenegaraan sekaligus ibu kota kerajaan. Nama asli Angkor Wat tidak diketahui, karena tidak ditemukan [[Stela|yupa prasasti]] maupun prasasti-prasasti lain dari masa pembangunannya yang menyebut-nyebut keberadaan percandian ini, tetapi mungkin saja namanya adalah "Warah Wisnulok", seperti nama dewa yang diistanakan di dalamnya. Kegiatan pembangunan tampaknya terhenti tidak lama sesudah sang raja mangkat, terbukti dari sejumlah ukiran [[Relief|relief rendah]] yang belum rampung dikerjakan.<ref name="Ohio">{{cite web |url= http://huntingtonarchive.osu.edu/seasia/angkor.html|title=Angkor Wat, 1113–1150 |access-date=27 April 2008 |publisher=College of the Arts, The Ohio State University |work=The Huntington Archive of Buddhist and Related Art}}</ref> Istilah ''Wrah Wiṣṇuloka'' atau ''Parama Wiṣṇuloka'' secara harfiah berarti "raja yang sudah berpindah ke kahyangan luhur Dewa Wisnu". Istilah tersebut adalah gelar anumerta yang diberikan kepada Suryawarman II dengan maksud mengabadikan kegemilangan dan kenangan akan dirinya.<ref name="Falser"/>
Menjelang akhir abad ke-13, Angkor Wat perlahan-lahan dialihfungsikan dari candi Hindu menjadi candi [[Buddha Theravada]], dan candi ini masih difungsikan seperti ini hingga kini. Angkor Wat agak tidak biasa dibandingkan candi-candi lainnya di Angkor; meskipun agak ditelantarkan setelah abad ke-16, Angkor Wat tidak pernah benar-benar ditinggalkan. Angkor tetap bertahan antara lain salah satunya karena parit yang mengelilinginya melindungi bangunan candi dari rongrongan pohon besar hutan rimba.<ref>Glaize, ''The Monuments of the Angkor Group'' hlm. 59.</ref>
 
Pada tahun 1177, kira-kira 27 tahun sesudah Suryawarman II mangkat, kota Angkor diserbu [[Kerajaan Champa|bangsa Campa]], musuh bebuyutan bangsa Khmer.<ref>{{cite book|last= Coedès|first= George|author-link= George Coedès|editor= Walter F. Vella|others= penerjemah. Susan Brown Cowing|title= The Indianized States of Southeast Asia|date= 1968|publisher= University of Hawaii Press|isbn= 978-0-8248-0368-1 |page=164}}</ref> Kedaulatan negara Kambujadesa dipulihkan raja baru, [[Jayawarman VII]]. Sang raja mendirikan ibu kota dan candi kenegaraan baru beberapa kilometer di sebelah utara Angkor Wat, yakni kota [[Angkor Thom]] dan candi [[Bayon]], yang ia baktikan untuk kepentingan agama Buddha, karena merasa sudah dikecewakan dewa-dewi Hindu. Angkor Wat juga sedikit demi sedikit diubah menjadi sebuah situs agama Buddha, dan banyak ukiran bertema Hindu diganti dengan karya seni agama Buddha.<ref>{{Cite web|title=Angkor Wat {{!}} Description, Location, History, Restoration, & Facts|url=https://www.britannica.com/topic/Angkor-Wat|access-date=7 February 2021|website=Encyclopedia Britannica}}</ref>
Salah satu pengunjung Barat pertama yang mendatangi candi ini antara lain adalah [[António da Madalena]], seorang biarawan [[Katolik]] Portugis yang mengunjunginya pada tahun 1586 dan berkata, "Sebuah bangunan luar biasa yang tak mungkin digambarkan dengan pena, terutama karena tidak ada bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini memiliki menara dengan hiasan yang sangat indah yang hanya bisa diciptakan oleh manusia jenius."<ref>Higham, ''The Civilization of Angkor'' hlm. 1–2.</ref> Pada pertengahan abad ke-19, candi ini dikunjungi oleh ilmuwan dan penjelajah Prancis, [[Henri Mouhot]], yang memperkenalkan situs ini ke dunia Barat melalui catatan perjalanannya. Ia menulis:
{{multipleMultiple image
| align = right | direction = horizontal |total_width=400
| image1 = Facade of Angkor Wat.jpg
| caption1 =Muka <center> Tampak depanbangunan Angkor Wat, digambar oleh [[Henri Mouhot]]. sekitar tahun 1860
| image2 = AngkorWat_Delaporte1880.jpg
| caption2 = Sketsa Angkor Wat, digambar [[Louis Delaporte]] sekitar tahun 1880
}}
 
Menjelang akhir abad ke-12, sedikit demi sedikit Angkor Wat diubah dari sebuah pusat peribadatan agama Hindu menjadi pusat peribadatan [[agama Buddha]]. Fungsi baru ini bertahan sampai sekarang.<ref name="cyark" /> Tidak seperti candi-candi Angkor lainnya, Angkor Wat tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan orang, kendati sebagaian besar bangunannya sudah telantar selepas abad ke-16.<ref>Glaize, ''The Monuments of the Angkor Group'' hlm. 59.</ref> Empat belas prasasti dari abad ke-17 yang ditemukan di area Angkor membuktikan bahwa para peziarah Buddha dari [[bangsa Jepang|Jepang]] pernah mendirikan permukiman-permukiman kecil yang berdampingan dengan kampung-kampung pribumi Khmer.<ref name="Nikkei">{{cite web |title =Japanese Diaspora – Cambodia | author = Masako Fukawa | author2 = Stan Fukawa |date = 6 November 2014 | website = Discover Nikkei | url =http://www.discovernikkei.org/en/journal/2014/11/6/japanese-diaspora-cambodia/ | access-date =18 Oktober 2015}}</ref> Para musafir Jepang pada masa itu menyangka Angkor Wat adalah [[Jetawana]], taman [[Siddhartha Gautama|Sang Buddha]] yang mula-mula berada di Kerajaan [[Magadha|Magada]], India.<ref>{{cite journal | title = Au-dela du plan Japonais du XVII siècle d'Angkor Vat, (A XVII century Japanese map of Angkor Wat) |author = Abdoul-Carime Nasir |url =http://aefek.free.fr/iso_album/carteangkor_jetavana.pdf | language =fr |access-date =18 Oktober 2015 | journal=Bulletin de l'AEFEK}}</ref> Prasasti yang paling terkenal adalah prasasti yang menyebutkan bahwa [[Ukondayu Kazufusa]] merayakan [[Tahun Baru Khmer]] di Angkor Wat pada tahun 1632.<ref>{{cite web | title = History of Cambodia, Post-Angkor Era (1431 – present day) | work = Cambodia Travel |url =http://www.cambodia-travel.com/khmer/post-angkor.htm |access-date =18 Oktober 2015}}</ref>
<blockquote>"Candi ini—yang menyaingi [kemegahan] [[Bait Salomo|Kenisah Salomo]] dan dibangun oleh [[Michelangelo]] purba—pantas menduduki tempat terhormat sebagai salah satu bangunan terindah [di dunia]. Bangunan ini lebih besar dari segala peninggalan [[Yunani Kuno|Yunani]] atau [[Romawi Kuno|Romawi]], dan menyajikan kontras yang sangat menyedihkan dengan kondisi kini yang jatuh terpuruk ke dalam kebiadaban."<ref>Quoted in [http://www.cambodianview.com/documents/articles/Brief_Presentation.pdf Brief Presentation by Venerable Vodano Sophan Seng]</ref></blockquote>
 
Salah seorang di antara musafir-musafir Barat pertama yang sampai ke situs Angkor Wat adalah [[António da Madalena]]. Padri [[Portugal|Portugis]] yang berkunjung pada tahun 1586 ini mengungkapkan bahwa Angkor Wat "adalah bangunan yang sungguh luar biasa sampai-sampai mustahil digambarkan lewat tulisan, terutama karena tidak ada satu pun bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini dilengkapi menara-menara, hiasan-hiasan, dan segala macam keindahan yang dapat dibayangkan manusia."<ref>Higham, ''The Civilization of Angkor'' hlmn. 1–2.</ref>
Mouhot, seperti kebanyakan pengunjung Barat, sulit memercayai bahwa bangsa Khmer mampu membangun candi semegah ini, secara keliru memperkirakan waktu pembangunannya sezaman dengan era Romawi Kuno. Sejarah sebenarnya dari Angkor Wat secara perlahan dirangkaikan kembali dengan mempelajari gaya arsitektur serta bukti [[epigrafi]] tertulis pada prasasti, yang diperoleh selama pembersihan di sekitar situs Angkor. Penggalian di sekitar situs Angkor Wat tidak menemukan sisa-sisa permukiman seperti bekas rumah hunian atau bukti hunian lainnya seperti perabot memasak, senjata, atau bekas pakaian yang biasa ditemukan di situs purbakala. Hanya monumen inilah yang ditemukan di kawasan ini.<ref>''Time Life Lost Civilizations series: Southeast Asia: A Past Regained'' (1995) hlm. 67-99</ref>
 
Pada tahun 1860, Angkor Wat secara efektif ditemukan [[Henri Mouhot]], naturalis sekaligus penjelajah berkebangsaan Prancis yang memopulerkan situs ini di Dunia Barat lewat penerbitan catatan perjalanannya. Ia mengungkapkan sebagai berikut:
{{multiple image
{{cquote|Salah satu di antara kuil-kuil – yang sebanding dengan [[Solomon's Temple|Haikal Sulaiman]] dan dibangun seorang [[Michelangelo]] purba – ini mungkin layak disejajarkan gedung-gedung kita yang paling indah. Kuil ini lebih megah daripada segala peninggalan [[Yunani Kuno|Yunani]] maupun [[Romawi Kuno|Romawi]], dan malangnya kontras sekali dengan peri kehidupan barbar yang sekarang menjerat bangsa ini.<ref>Quoted in [http://www.cambodianview.com/documents/articles/Brief_Presentation.pdf Brief Presentation by Venerable Vodano Sophan Seng] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060823131709/http://www.cambodianview.com/documents/articles/Brief_Presentation.pdf |date=23 Agustus 2006 }}</ref>}}<!--
| align = right
 
| direction = horizontal
There were no ordinary dwellings or houses or other signs of settlement, including cooking utensils, weapons, or items of clothing usually found at ancient sites. Instead, there is only evidence of the monuments themselves.<ref name="Southeast Asia 1995 p. 67-99">''Time Life Lost Civilizations series: Southeast Asia: A Past Regained'' (1995). pp. 67–99</ref>
| header_align = center
[[File:Expo 1931 Angkor nuit.jpg|thumb|left|The grand replica of Angkor Wat in [[Paris Colonial Exposition]] (1931) represented the immense grandeur of the [[French protectorate of Cambodia]].]]
| header =
 
| image1 = Facade of Angkor Wat.jpg
The artistic legacy of Angkor Wat and other Khmer monuments in the [[Angkor]] region led directly to France adopting Cambodia as a [[protectorate]] on 11 August 1863 and invading Siam to take control of the ruins. This quickly led to Cambodia reclaiming lands in the northwestern corner of the country that had been under Siamese (Thai) control since AD 1351 (Manich Jumsai 2001), or by some accounts, AD 1431.<ref>Penny Edwards (2007).''Cambodge: The Cultivation of a Nation, 1860–1945'' {{ISBN|978-0-8248-2923-0}}</ref>
| width1 = 207
 
| alt1 =
Angkor Wat's aesthetics were on display in the plaster cast museum of [[Louis Delaporte]] called ''musée Indo-chinois'' which existed in the Parisian Trocadero Palace from c.1880 to the mid-1920s.<ref>Falser, Michael (2013). [http://www.riha-journal.org/articles/2013/2013-apr-jun/falser-musee-indo-chinois ''From Gaillon to Sanchi, from Vézelay to Angkor Wat. The Musée Indo-Chinois in Paris: A Transcultural Perspective on Architectural Museums.''].</ref>
| caption1 = <center> Tampak depan Angkor Wat, digambar oleh [[Henri Mouhot]].
 
| image2 = AfficheAngkorGroslier.jpg
The 20th century saw a considerable restoration of Angkor Wat.<ref name="multiref1">Glaize p. 59.</ref> Gradually teams of laborers and archeologists pushed back the jungle and exposed the expanses of stone, permitting the sun to once again illuminate the dark corners of the temple. Angkor Wat caught the attention and imagination of a wider audience in Europe when the pavilion of [[French protectorate of Cambodia]], as part of [[French Indochina]], recreated the life-size replica of Angkor Wat during [[Paris Colonial Exposition]] in 1931.<ref>{{Cite web|url=https://transversal.at/transversal/1007/kuster/en|title=On the international colonial exhibition in Paris 1931 {{!}} transversal texts
| width2 = 200
|first=Brigitta |last=Kuster |website=transversal.at|access-date=23 April 2020}}</ref>
| alt2 =
 
| caption2 = <center>Kartu pos Prancis bergambar Angkor Wat pada tahun 1911.
Cambodia gained independence from France on 9 November 1953 and has controlled Angkor Wat since that time. It is safe to say that from the colonial period onwards until the site's nomination as [[UNESCO World Heritage]] in 1992, this specific temple of Angkor Wat was instrumental in the formation of the modern and gradually globalised concept of built cultural heritage.<ref>Falser, Michael: Clearing the Path towards Civilization – 150 Years of "Saving Angkor". In: Michael Falser (ed.) Cultural Heritage as Civilizing Mission. From Decay to Recovery. Springer: Heidelberg, New York, pp.&nbsp;279–346.</ref>
}}
[[File:Bullet holes at angkor wat.jpg|thumb|right|Bullet holes left by a shoot-out between the Khmer Rouge and Vietnamese forces at Angkor Wat]]
Restoration work was interrupted by the [[Cambodian Civil War]] and [[Khmer Rouge]] control of the country during the 1970s and 1980s, but relatively little damage was done during this period. Camping Khmer Rouge forces used whatever wood remained in the building structures for firewood, and a shoot-out between Khmer Rouge and Vietnamese forces put a few bullet holes in a bas relief. Far more damage was done after the wars, by [[art thieves]] working out of Thailand, which, in the late 1980s and early 1990s, claimed almost every head that could be lopped off the structures, including reconstructions.<ref name="Angkor Battle">{{cite magazine|url=https://books.google.com/books?id=9hAteN7ddW0C&q=Angkor+Wat+Khmer+Rouge+war&pg=PA52|title=The Battle of Angkor Wat |magazine=New Scientist|pages=52–57|date=14 October 1989 |author=Russell Ciochon |author2=Jamie James |name-list-style=amp|access-date=22 November 2015}}</ref>
 
The temple is a powerful symbol of Cambodia, and is a source of great national pride that has factored into Cambodia's diplomatic relations with France, the United States, and its neighbour Thailand. A depiction of Angkor Wat has been a part of [[Flag of Cambodia|Cambodian national flags]] since the introduction of the first version circa 1863.<ref>Flags of the World, [http://flagspot.net/flags/kh_hstry.html Cambodian Flag History]</ref> From a larger historical and even transcultural perspective, however, the temple of Angkor Wat did not become a symbol of national pride ''sui generis'' but had been inscribed into a larger politico-cultural process of French-colonial heritage production in which the original temple site was presented in French colonial and universal exhibitions in Paris and Marseille between 1889 and 1937.<ref>Falser, Michael (2011). [http://archiv.ub.uni-heidelberg.de/ojs/index.php/transcultural/article/view/9083 ''Krishna and the Plaster Cast. Translating the Cambodian Temple of Angkor Wat in the French Colonial Period''].</ref>
 
In December 2015, it was announced that a research team from [[University of Sydney]] had found a previously unseen ensemble of buried towers built and demolished during the construction of Angkor Wat, as well as a massive structure of unknown purpose on its south side and wooden fortifications. The findings also include evidence of low-density residential occupation in the region, with a road grid, ponds, and mounds. These indicate that the temple precinct, bounded by moat and wall, may not have been used exclusively by the priestly elite, as was previously thought. The team used [[LiDAR]], [[ground-penetrating radar]] and targeted excavation to map Angkor Wat.<ref name="sydney">{{cite web | url =http://sydney.edu.au/news-opinion/news/2015/12/09/new-discoveries-redefine-angkor-wat-s-history.html|title=Recent research has transformed archaeologists' understanding of Angkor Wat and its surroundings|publisher=University of Sydney| date=9 December 2015| access-date =10 December 2015}}</ref>-->
 
Salah satu pengunjung Barat pertama yang mendatangi candi ini antara lain adalah [[António da Madalena]], seorang biarawan [[Katolik]] Portugis yang mengunjunginya pada tahun 1586 dan berkata, "Sebuah bangunan luar biasa yang tak mungkin digambarkan dengan pena, terutama karena tidak ada bangunan lain di dunia ini yang menyerupainya. Bangunan ini memiliki menara dengan hiasan yang sangat indah yang hanya bisa diciptakan oleh manusia jenius."<ref>Higham, ''The Civilization of Angkor'' hlm. 1–2.</ref> Pada pertengahan abad ke-19, candi ini dikunjungi oleh ilmuwan dan penjelajah Prancis, [[Henri Mouhot]], yang memperkenalkan situs ini ke dunia Barat melalui catatan perjalanannya. Ia menulis:
 
Mouhot, seperti kebanyakan pengunjung Barat, sulit memercayai bahwa bangsa Khmer mampu membangun candi semegah ini, secara keliru memperkirakan waktu pembangunannya sezaman dengan era Romawi Kuno. Sejarah sebenarnya dari Angkor Wat secara perlahan dirangkaikan kembali dengan mempelajari gaya arsitektur serta bukti [[epigrafi]] tertulis pada prasasti, yang diperoleh selama pembersihan di sekitar situs Angkor. Penggalian di sekitar situs Angkor Wat tidak menemukan sisa-sisa permukiman seperti bekas rumah hunian atau bukti hunian lainnya seperti perabot memasak, senjata, atau bekas pakaian yang biasa ditemukan di situs purbakala. Hanya monumen inilah yang ditemukan di kawasan ini.<ref>''Time Life Lost Civilizations series: Southeast Asia: A Past Regained'' (1995) hlm. 67-99</ref>
 
Angkor Wat menjalani pemugaran besar pada abad ke-20, kebanyakan di antaranya adalah pembersihan jeratan tumbuhan dan tumpukan tanah yang menutupi bangunan.<ref name="multiref1">Glaize hlm. 59.</ref> Proyek pemugaran sempat terhenti akibat perang saudara dan kendali rezim [[Khmer Merah]] atas Kamboja pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an, akan tetapi sangat sedikit kerusakan yang ditimbulkan pada periode ini, yang kebanyakan adalah penjarahan dan pencurian serta perusakan pada arca setelah era Angkor.<ref>APSARA authority, [http://www.autoriteapsara.org/en/angkor/history/war.html The Modern Period: The war]</ref>
Baris 160 ⟶ 177:
Hampir semua permukaan, kolom, ambang dan bahkan atapnya diukir. Ada bermil-mil relief yang menggambarkan adegan-adegan dari [[literatur India]] termasuk unicorn, griffin, naga bersayap yang menarik kereta perang serta pejuang mengikuti pemimpin gajah dan gadis menari surgawi dengan gaya rambut rumit. Dinding galeri saja didekorasi dengan relief relief hampir 1.000 meter persegi. Lubang di beberapa dinding Angkor menunjukkan bahwa mereka mungkin telah dihiasi dengan lembaran perunggu. Ini sangat dihargai di zaman kuno dan merupakan target utama bagi perampok. Sementara menggali Khajuraho, Alex Evans, seorang tukang batu dan pemahat, menciptakan patung batu di bawahnya {{convert|4|ft|m}}, membutuhkan sekitar 60 hari untuk diukir.<ref>"Lost Worlds of the Kama Sutra" History channel</ref> Roger Hopkins dan Mark Lehner juga melakukan percobaan untuk menambang batu kapur yang membutuhkan 12 penambang, 22 hari untuk menggali sekitar 400 ton batu.<ref>Lehner, Mark (1997). ''The Complete Pyramids'', London: Thames and Hudson, pp.&nbsp;202–225 {{ISBN|0-500-05084-8}}.</ref> Tenaga kerja untuk menggali, mengangkut, mengukir, dan memasang begitu banyak batu pasir pasti telah mencapai ribuan termasuk banyak pengrajin yang sangat terampil. Keterampilan yang diperlukan untuk mengukir patung-patung ini dikembangkan ratusan tahun sebelumnya, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa artefak yang berasal dari abad ketujuh, sebelum Khmer berkuasa.<ref name="Southeast Asia 1995 p. 67-99">''Time Life Lost Civilizations series: Southeast Asia: A Past Regained'' (1995). pp. 67–99</ref><ref name="Scarre p. 81-85"/>
-->
 
== Lihat pula ==
{{Portal|Hindu|Agama}}