Serangan Umum Surakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Templat dengan kontrol karakter Unicode)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Overdrachtvandestadsolo.jpg|jmpl|ka|Diambil pada tanggal 12 November 1949, Penandatanganan penyerahan Daerah Keresidenan Surakarta oleh Let.Kol Slamet Riyadi and MayJen. [[Mollinger]].]]{{Infobox military conflict|caption=Monumen Serangan Umum 4 Hari Surakarta|combatant1={{negaranama|Indonesia}}|strength1=±1400 Prajurit|result=*Kemenangan pasukan Indonesia
*Semakin memperkuat posisi tawar Indonesia sebelum memasuki Konferensi Meja Bundar (KMB)|place=[[Surakarta]]|partof=[[Sejarah Indonesia (1945-1949)|Perang Kemerdekaan Indonesia]]|image=[[Berkas:Monumen_Serangan_Umum_4_Hari_Surakarta.jpg|250px]]|combatant2={{negaranama|Belanda}}|date=7 [[Agustus]] [[1949]]|casualties1=520 prajurit tewas dan 300 anggota polisi tewas.|conflict=Serangan Umum 4 Hari|commander2=[[Van Vreeden]]{{br}} [[Mollinger]]|commander1=[[Pakubuwana XII]]{{br}} [[Kolonel]] [[Gatot Subroto]]{{br}} [[Letnan Kolonel]] [[Slamet Riyadi]]{{br}}[[Mayor]] [[Achmadi Hadisoemarto]]|casus=aad|casualties2=32 orang tewas dan diantaranya adalah 53 orang anggota polisi; selain itu 47 orang mendapat luka-luka.|casualties3=Rakyat yang tewas tidak dapat dihitung dengan pasti.|strength2=±400 Prajurit}}
'''Serangan Umum Surakarta''' atau juga disebut '''Serangan Umum Empat Hari''' berlangsung pada tanggal [[7 Agustus|7]] -[[10 Agustus]] [[1949]] secara gerilya oleh para pejuang, pelajar, dan mahasiswa. Pelajar dan mahasiswa yang berjuang tersebut kemudian dikenal sebagai tentara pelajar. Mereka berhasil membumihanguskan dan menduduki markas-maskas Belanda di Surakarta dan sekitarnya. Menurut catatan sejarah, serangan itu digagas di kawasan [[Taman Banjarsari|Monumen Banjarsari]], [[Solo|Surakarta]]. Untuk menyusun serangan, para pejuang berkumpul di Desa [[Wonosido]], [[Kabupaten Sragen]] dari situlah ide untuk melakukan serangan umum dikobarkan.
 
Mereka yang melakukan serangan bergabung dalam [[Detasemen II Brigade 17]] Surakarta yang dipimpin Mayor [[Achmadi Hadisoemarto]]. Untuk menggempur markas penjajah, serangan dilakukan dari empat penjuru kota Surakarta. Rayon I dari [[Polokarto]] dipimpin [[Suhendro]], Rayon II dipimpin [[Sumarto]]). Sementara itu Rayon III dengan komandan [[Prakosa]], Rayon IV dikomandani [[A Latif]] (almarhum), serta Rayon Kota dipimpin [[Hartono]]. Menjelang pertengahan pertempuran [[Slamet Riyadi]] dengan pasukan Brigade V/Panembahan Senopati turut serta dan menjadi tokoh kunci dalam menentukan jalannya pertempuran.
 
Kegagalan Tentara Kerajaan Belanda mempertahan Kota Surakarta menggoyahkan keyakinan Parlemen Belanda atas kinerja tentaranya. Sehingga memaksa perdana menteri [[Willem Drees|Drees]] terpaksa mengakomodasi tuntutan delegasi Indonesia sebagai syarat sebelum mereka bersedia menghadiri [[Konferensi Meja Bundar]].<ref>Pour, Julius. Ign. Slamet Rijadi Dari Mengusir Kempeitai Sampai Menumpas RMS, h. 192. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.ISBN 978-979-22-3850-1 9792238506.</ref>
Baris 9:
== Gencatan Senjata Indonesia dengan Belanda ==
 
Pada tanggal 3 Agustus 1949 pukul 22.00 malam, Panglima Besar Jenderal [[Sudirman]] memerintahkan penghentian tembak-menembak mulai 11 Agustus 1949 untuk wilayah Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk wilayah Sumatra. Untuk itu maka sebelum tanggal tersebut pihak Brigade V/Panembahan Senopati pimpinan Letkol [[Slamet Riyadi]] dan Detasemen TP Brigade XVII pimpinan Mayor [[Achmadi Hadisoemarto]] berencana menggunakan kesempatan sebelum gencatan senjata tersebut untuk mendapatkan posisi dan merebut kedudukan musuh di Kota Surakarta agar pihak Belanda tahu bahwa TNI masih ada taring, nyali dan tetap bertekad bukan saja dengan tujuan tersebut di atas, tetapi tetap akan mengusir Belanda.Untuk itu diadakan rencana serangan umum terhadap Kota Surakarta.
 
Perlu diketahui juga [[Serangan Umum 1 Maret|bahwa seperti TNI di Kota Yogyakarta]], pihak TNI di Kota Surakarta juga mengadakan serangan umum sebelumnya agar dapat diketahui perkiraan kekuatan lawan, kedudukan lawan dan data-data di lapangan.Semenjak Jogja diserahkan ke Ri bulan Juli 1949, sebagian kekuatan tentara Belanda ditarik Ke Surakarta, sehingga menambah kekuatan yang ada sebelumnya. Serangan pertama dilakukan pada tanggal 8 Februari 1949 sedang yang kedua dilakukan tanggal 2 Mei 1949.
Baris 22:
== Awal mula Serangan Umum Surakarta ==
 
Sebagaimana tanggungjawab dan tugas yang diemban oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi, mengharuskannya untuk selalu berkeliling dan berpindah tempat, guna melakukan koordinasi dan konsolidasi pasukan yang tersebar di berbagai SWK. Seperti terjadi pada awal Agustus 1949, Letnan Kolonel Slamet Riyadi sedang berada di pos Rayon I, wilayah Bekonang, sekitar delapan kilometer sebelah timur kota Surakarta. Pada saat bersamaan, ia ikut mendengarkan laporan yang disampaikan oleh KaStaf Rayon I, kepada yang diwakilinya yaitu komandan Rayon I (Rayon Timur), dalam rapat yang diadakan oleh Mayor [[Achmadi|Mayor AkhmadiHadisoemarto]] selaku komandan SWK 106 Arjuna. Dalam rapat komando yang mengundang seluruh komandan Rayon itu (seluruhnya ada lima Rayon), Komandan SWK 106 Arjuna mengeluarkan surat Perintah Siasat No. 1/8/Swk/A-3/Ps-49, tentang serangan besar-besaran ke dalam kota, pada 7 Agustus 1949. Segera setelah itu Slamet Riyadi kembali ke markas komandonya dan mengeluarkan Surat Perintah No. 0181Co.P.P.SJ 49, tertanggal 8 Agustus 1949, berisi perintah mengadakan serangan perpisahan tanggal 10 Agustus 1949, menjelang dilaksanakannya gencatan senjata tanggal 11 Agustus 1949 (berlaku mulai pukul 00.00.
 
Penting diketahui, bahwa perintah siasat yang dikeluarkan oleh Mayor Akhmadi tersebut hanya ditujukan bagi seluruh pasukan yang dipimpinnya, yaitu Sub Wehrkreise (SWK) 106 Arjuna, yang terdiri dari lima rayon, dengan wilayah operasi kota Surakarta dan sekitarnya. Situasi yang berkembang di awal Agustus 1949 itu, berkaitan dengan perintah Panglima Tertinggi Angkatan Perang/Presiden RI tentang penghentian permusuhan, yang sempat memunculkan terjadinya kesalah-pahaman di antara pimpinan WK I (Letnan Kolonel Slamet Riyadi) dan pimpinan SWK 106 Arjuna (Mayor Akhmadi), demikian pula dengan jajaran di bawahnya. Persoalan ini akhirnya dapat diselesaikan oleh staf Gubernur Militer II dan Gubernur Militer II selanjutnya menyerahkan kebijaksanaan penanggulangan gencatan senjata kepada Mayor Akhmadi, dengan kedudukan sebagai Komandan KMK (komando militer kota) Surakarta.