Marco Kartodikromo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mas Marco bukan komunis Tag: perubahan yang tidak biasa pada artikel pilihan atau artikel bagus VisualEditor |
|||
Baris 58:
Pada tahun 1918 ia menerbitkan ''[[Student Hidjo]]'', yang menceritakan tentang seorang mahasiswa muda Indonesia yang jatuh cinta selama belajar di Belanda meski sudah memiliki tunangan di Indonesia.{{sfn|Siregar|1964|pp=25–26}} Karya ini, awalnya diterbitkan sebagai serial, bagian dari novel pada tahun 1919.{{sfn|Yuliati 2008, Marco Kartodikromo, Jurnalis}} Juga pada tahun 1918 ia menerbitkan kumpulan puisi, ''Sair-Sair Rempah''.{{sfn|Eneste|2001|p=143}}
Kartodikromo menerbitkan novel lain, ''Matahariah'', pada tahun 1919. Ini didasarkan pada kehidupan [[Mata Hari]] sebagai mata-mata Belanda.{{sfn|Jakarta City Government, Mas Marco Kartodikromo}} Mulanya novel itu terbit sebagai cerita bersambung mulai Agustus 1918. Kisah itu berlatar di [[Den Haag]], dan alur ceritanya dipandang [[Henri Chambert-Loir]] cepat terseret dalam "kecengengan yang berlebihan", dan padanya juga maktub sebuah teks lengkap sebuah lakon sandiwara tentang kisah seorang asisten [[wedana]] yang memihak rakyat Jawa yang tertindas.{{sfn|Chambert-Loir|2018|p=5}} Pada 15 Desember 1919, Kartodikromo meninggalkan ''Sinar Hindia'' dan mengambil posisi sebagai kepala ''Soero Tamtomo'', yang diterbitkan oleh staf Serikat Kehutanan Wono Tamtomo. Dia dipenjarakan selama enam bulan untuk salah satu tulisannya yang berjudul ''Sjairnja Sentot''. Pada tahun 1921 Kartodikromo pindah ke [[Salatiga]] dan terlibat dengan pers di sana. Dia dijatuhi hukuman dua tahun penjara di Batavia untuk tulisan-tulisan lainnya.{{sfn|Yuliati 2008, Marco Kartodikromo, Jurnalis}}
Pada tahun 1924, Kartodikromo menerbitkan ''Rasa Merdika'' (A Sense of Independence), yang berurusan dengan seorang pemuda yang bertentangan dengan ayah priyayinya, alat pemerintah kolonial Belanda, dan mencoba untuk menemukan kemerdekaan pribadi
Kartodikromo atau akrab dipanggil Mas Marco<ref>{{Cite web|last=Muhammad Fatwa|first=Agung|date=17 Januari 2018|title=Marco Kartodikromo, Antara Sastra, Warta, dan Penjara|url=https://www.validnews.id/kultura/marco-kartodikromo-antara-sastra-warta-dan-penjara|website=Validnews.id|access-date=2021-12-10}}</ref> pindah ke Surakata merupakan kiprah awalnya terjun ke dunia politik. Mas Marco bergabung bersama Sarekat Islam. Namun ketika Sarekat Islam mulai goyah, ia memutuskan rehat dari perpolitikan. Dan kembali lagi pada 1924 dengan Sarekat Islam Merah yang kemudian berkembang menjadi Sarekat Rakyat. Sarekat Rakyat sendiri didirikan oleh Semaoen dan Darsono dengan aliran sosialisme-komunisme.
|