Penyiksaan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 36:
Kombinasi upaya disposisional dan situasional membuat seseorang menjadi penyiksa.{{Sfn|Pérez-Sales|2016|p=106}} Dalam kebanyakan kasus penyiksaan yang dilakukan secara sistematis, para penyiksa tidak peka terhadap kekerasan karena telah terpapar oleh kekerasan fisik atau [[penyalahgunaan psikologis]] selama pelatihan.{{Sfn|Collard|2018|p=166}} Wolfendale berpendapat bahwa [[Latihan militer|pelatihan militer]] bertujuan untuk menanamkan kepatuhan yang tidak boleh dipertanyakan, dan oleh karenanya membuat personel militer lebih cenderung menjadi penyiksa.{{Sfn|Wisnewski|2010|p=193}} Bahkan ketika penyiksaan tidak diperintahkan secara eksplisit oleh pemerintah,{{Sfn|Wisnewski|2010|pp=193–194}} pelaku mungkin merasakan [[Tekanan sosial|tekanan rekan sebaya]] untuk menyiksa karena menolak dianggap lemah atau tidak jantan.{{Sfn|Rejali|2020|p=90}} Unit polisi elit dan khusus juga sangat rentan untuk melakukan penyiksaan, karena sifatnya yang erat satu sama lain dan terpisah dari pengawasan.{{Sfn|Wisnewski|2010|pp=193–194}}
Penyiksaan dapat menjadi efek samping dari sistem peradilan pidana yang rusak karena kekurangan dana, kurangnya [[Kemerdekaan yudisial|independensi peradilan]], atau [[Korupsi polisi|korupsi]] yang merusak investigasi yang efektif dan [[Hak atas peradilan yang jujur|pengadilan yang adil]].{{Sfn|Celermajer|2018|p=178}} Dalam konteks ini, orang miskin atau orang yang terpinggirkan dan tidak mampu membayar suap cenderung menjadi korban penyiksaan.{{Sfn|Celermajer|2018|p=161}} Polisi yang kekurangan staf atau kurang terlatih lebih cenderung menggunakan penyiksaan saat menginterogasi tersangka.{{Sfn|Carver|Handley|2016|p=79}} Di beberapa negara, seperti [[Kirgizstan|Kirgistan]], tersangka lebih mungkin disiksa pada akhir bulan karena adanya kuota kinerja.{{Sfn|Carver|Handley|2016|p=79}}
== Tujuan ==
|