Pada masa-masa awal Lerik sebagai wali kota administratif, ia memfokuskan penyelesaian masalah kebersihan di kotif Kupang. Lerik juga mengambil tindakan untuk membenahi tata letak kota dengan membangun sejumlah monumen dan patung dan menambahkan lampu kota di sejumlah kecamatan, terutama di Kelurahan Solor dan Lahi Lai Bessi Kopam. Selain itu, ia memerintahkan penanaman pohon di Kupang untuk memberikan kesegaran kepada lingkungan kota yang gersang dan kering.<ref name="KompasMain">{{cite news |last=Sarong|first=Frans|title=Kupang, Kota yang Sering Menjerit Kesulitan Air|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/18670138|url-access=subscription|work=Kompas|location=[[Kupang]]|page=13|date=7 Mei 1991|access-date=7 Juli 2021}}</ref>
Lerik melakukan peninjauan terhadap perundang-undangan terkait tata ruang kota Kupang. Lerik menyatakan bahwa sebagian besar tanah yang seharusnya menjadi ruang terbuka telah ditempati oleh ratusan rumah, pasar, dan fasilitas umum. Lerik kemudian mengajukan usulan untuk menghancurkan bangunan-bangunan liar di kota Kupang namun menyatakan bahwa ia akan mengamati keadaan di lapangan sebelum mengambil keputusan terkait dengan penghancuran bangunan.<ref>{{cite news |author=<!--Staff writer(s)/no by-line.-->|title=Akan Ditinjau, Perda tentang RUTRK Kupang|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/18752283|url-access=subscription|work=Kompas|location=[[Kupang]]|page=13 |date=21 Maret 1992 |access-date=7 Juli 2021}}</ref> Sebagai respons terhadap usulan Lerik, pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur membentuk tim yang diketuai oleh Kepala Badan Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur S. Therik untuk meneliti penyelesaian masalah bangunan-bangunan liar di kota Kupang. Tim tersebut kemudian menyetujui rencana Lerik untuk menghancurkanmeruntuhkan bangunan-bangunan liar tersebut dan upaya penghancuran dimulai pada tanggal 4 Maret 1992. Kendati demikian, setelah proyek berlangsung selama beberapa hari, cakupannya dikurangi hingga hanya 58 bangunan saja yang menjadi sasaran penghancuran. Dari sekian banyak bangunan, proses peruntuhan Hotel Timor Beach diawasi secara langsung oleh Lerik dan Bupati Kupang Paul Lawarihi.<ref>{{cite news |author=<!--Staff writer(s)/no by-line.-->|title=Dibongkar, Gedung Timor Beach Hotel|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/18768062|url-access=subscription|work=Kompas|location=[[Kupang]]|page=13 |date=17 Maret 1992 |access-date=7 Juli 2021}}</ref>
Meskipun Kota Kupang mengalami perkembangan selama masa pemerintahannya, Lerik gagal untuk menyelesaikan masalah kelangkaan air yang telah membayangi kota tersebut sejak didirikan pada tahun 1978. Walaupun kota tersebut memiliki cadangan air yang berlimpah saat musim hujan, cadangan tersebut habis ketika musim kemarau. Akibatnya, Kota Kupang sering kali mengalami krisis air bersih. Salah satu krisis air bersih terburuk yang pernah terjadi adalah saat awal masa jabatan Lerik sebagai Wali Kota Administratif, yakni dari bulan September hingga November 1990.<ref name=KompasMain/>
Lerik conducted a review of the city's spatial planning legislation. He stated that most of the land which was initially intended as an open space in the city had hundreds of houses, markets, and public facilities build over it. Lerik then put forward a proposal to demolish the buildings but stated that he would observe the situation before starting the demolition process.<ref>{{cite news |author=<!--Staff writer(s)/no by-line.-->|title=Akan Ditinjau, Perda tentang RUTRK Kupang|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/18752283|url-access=subscription|work=Kompas|location=[[Kupang]]|page=13 |date=21 Maret 1992 |access-date=7 Juli 2021}}</ref> The provincial government formed a team led by the Chairman of the Provincial Development Planning Agency S. Therik to research solutions for the problem. The team approved Lerik's plan to demolish the buildings and the process began on 4 Maret 1992. However, the demolition was reduced in scope to just 58 buildings that had no permits. The demolition process of a particular building, the partially finished ''Timor Beach Hotel'', was personally led by Lerik and the regent of Kupang, Paul Lawarihi.<ref>{{cite news |author=<!--Staff writer(s)/no by-line.-->|title=Dibongkar, Gedung Timor Beach Hotel|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/18768062|url-access=subscription|work=Kompas|location=[[Kupang]]|page=13 |date=17 Maret 1992 |access-date=7 Juli 2021}}</ref>
=== CityPeningkatan status kota === ▼
Despite the development during his term as administrative Meior, Lerik still failed to resolve water shortage, a problem that has plagued the city since its formation. Although the city has an abundant supply of water during rainfall, water supply often declined sharply during the dry season. As a result of this, the city often experienced clean water crises, with one of the worst occurring during Lerik's term from September to November 1990.<ref name=KompasMain/>
Kupang wasmerupakan ansebuah administrativekota cityadministratif duringpada thismasa-masa period,awal meaningpemerintah thatLerik, thesehingga citykota hasini notidak legislativememiliki bodybadan andlegislatif thedan Meiorwali iskota responsiblebertanggung tojawab itspada parentpemerintah region'sdaerah governmentkabupaten instead of thealih-alih provincialpemerintah governmentprovinsi. LerikSelama pushedmasa tojabatannya, elevateLerik themendorong city'speningkatan status intokota anKupang autonomousdari citysebuah duringkota hisadministratif termmenjadi andkotamadya. hisUpaya effortsLerik finallytersebut boremembuahkan fruithasil aftersetelah the[[Dewan RegionalPertimbangan AutonomyOtonomi AdvisoryDaerah]] Councilmendaftarkan listedkota thetersebut citysebagai assalah one of the citiessatu thatkota wouldyang beakan madedijadikan autonomouskotamadya.<ref>{{cite news |last=da Iry|first=Ans Gregory|title=Kupang: Kota Administratif Kupang, NTT dlm waktu dekat bakal menjadi satu dari tujuh kotif|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/18830901|url-access=subscription|work=Kompas|location= |date=24 Maret 1992|access-date=7 Juli 2021|page=13}}</ref> PreparationsPersiapan foruntuk themeningkatkan status upgradekota begantersebut indimulai pada bulan Februari 1996 , anddan asejumlah groupanggota ofDPR parliamentariansdari fromABRI thedan armed forces and [[Golkar ]] conductedmelakukan anpeninjauan inspectionuntuk intomempersiapkan thepeningkatan preparation process that monthstatus.<ref>{{cite news |title=Daerah Sekilas: Kupang - Kotif Kupang berubah menjadi kotamadya|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/18382092|url-access=subscription|work=Kompas|location=[[Kupang]]|date=8 Februari 1996 ▼
|access-date=7 Juli 2021|page=15}}</ref> TheKota citytersebut officiallysecara becameresmi autonomousmenjadi withkotamadya themelalui enactmentpengesahan ofundang-undang lawPembentukan regardingKotamadya Daerah Tingkat II Kupang 's statuspada ontanggal 11 April 1996.<ref>{{cite act | type =Law | index =5 | date =1996 | article =2 | article-type = Article| title =Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang| trans-title = Formation of the Second-Level Region City of Kupang| page =3 | url =https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/476.pdf| language =Indonesian}}</ref> Lerik became the city's first Meiormenjadi inwalikota anpertama actingdengan capacitykapasitas andsebagai hepenjabat wasdan swornia intodilantik officepada ontanggal 25 April 1996.<ref>{{cite book |editor-first1=Frans M|editor-last1=Parera |editor-first2=Gregor |editor-last2=Neonbasu|author-link= |date=1997|title=Sinar Hari Esok, Spektrum Sumber Daya Manusia, Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dari Posisi Nusa Tenggara Timur|url=https://books.google.com/books?id=2jztAAAAMAAJ|location= |publisher=Funisia|page=162|isbn=}}</ref> ▼
▲Kupang was an administrative city during this period, meaning that the city has no legislative body and the Meior is responsible to its parent region's government instead of the provincial government. Lerik pushed to elevate the city's status into an autonomous city during his term and his efforts finally bore fruit after the Regional Autonomy Advisory Council listed the city as one of the cities that would be made autonomous.<ref>{{cite news |last=da Iry|first=Ans Gregory|title=Kupang: Kota Administratif Kupang, NTT dlm waktu dekat bakal menjadi satu dari tujuh kotif|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/18830901|url-access=subscription|work=Kompas|location= |date=24 Maret 1992|access-date=7 Juli 2021|page=13}}</ref> Preparations for the status upgrade began in Februari 1996, and a group of parliamentarians from the armed forces and [[Golkar]] conducted an inspection into the preparation process that month.<ref>{{cite news |title=Daerah Sekilas: Kupang - Kotif Kupang berubah menjadi kotamadya|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/18382092|url-access=subscription|work=Kompas|location=[[Kupang]]|date=8 Februari 1996
▲|access-date=7 Juli 2021|page=15}}</ref> The city officially became autonomous with the enactment of law regarding Kupang's status on 11 April 1996.<ref>{{cite act | type =Law | index =5 | date =1996 | article =2 | article-type = Article| title =Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang| trans-title = Formation of the Second-Level Region City of Kupang| page =3 | url =https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/476.pdf| language =Indonesian}}</ref> Lerik became the city's first Meior in an acting capacity and he was sworn into office on 25 April 1996.<ref>{{cite book |editor-first1=Frans M|editor-last1=Parera |editor-first2=Gregor |editor-last2=Neonbasu|author-link= |date=1997|title=Sinar Hari Esok, Spektrum Sumber Daya Manusia, Pembangunan Kawasan Timur Indonesia dari Posisi Nusa Tenggara Timur|url=https://books.google.com/books?id=2jztAAAAMAAJ|location= |publisher=Funisia|page=162|isbn=}}</ref>
== Meior of Kupang ==
|