Siagian: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k WPCleaner v2.05b - Fixed using PW:CW (Tag dengan sintaksis yang salah - Pranala sama dengan teksnya)
Baris 12:
| aksara = {{batk|ᯘᯪᯀᯎᯪᯀᯉ᯲}}
| julukan =
| arti = ''si'' + ''anggian'' </br />
{{small|(si anak bungsu)}}
 
Baris 28:
| nama istri = [[Sibarani|boru Sibarani]]
| nama anak = 1. Raja Partano
| nama boru = Pinta Omas </br />
{{small|(menikah dengan [[Hutahaean|Raja Hutahaean]])}}
 
Baris 97:
Dalam perkembangannya, Keturunan Raja Siagian mengklasifikasikan diri ke dalam dua kelompok dan satu sub-marga:
* '''Papaga Lote'''
* '''Pandean Duri''' (sebagian menggunakan marga '''[[Pardosi|Pardosi]])'''
 
Menurut kisah yang diceritakan turun-temurun dari keturunan Raja Siagian, cicit Pandean Duri yang bernama Raja Mardongan mengalami konflik dengan saudara-saudaranya yang menyebabkan Raja Mardongan pergi meninggalkan kampung Halamannya di [[Balige, Toba|Balige]] dan menetap di [[Habinsaran, Toba|wilayah Habinsaran]], akibat kekesalan terhadap saudaranya, keturunan Raja Mardongan tidak menggunakan marga Siagian, melainkan marga [[Pardosi]].
Baris 104:
{{main|Dalihan Na Tolu}}
 
Keturunan Raja Siagian memiliki hubungan erat dengan marga-marga keturunan [[Tuan Dibangarna]] lainnya; keempat marga tersebut ([[Panjaitan]], [[Silitonga]], Siagian, dan [[Sianipar]]) memegang teguh ikatan persaudaraan untuk tidak menikah antar satu dengan yang lain. Namun di beberapa daerah seperti [[Balige, Toba|Balige]], ditemukan juga praktik dimana marga Siagian telah saling menikah dengan marga turunan Tuan Dibangarna lainnya dikarenakan keterbatasan marga-marga asing yang mendiami wilayah tersebut. Namun dewasa ini, praktik pernikahan antar sesama marga turunan Tuan Dibangarna tersebut sudah mulai ditinggalkan dan dianggap [[Tabu|tabu]].
 
Dikarenakan Raja Siagian merupakan anak ketiga dari Tuan Dibangarna, maka seluruh marga Siagian dianggap lebih muda oleh marga Panjaitan dan Silitonga, dan juga dituakan oleh marga Sianipar. Oleh sebab itu setiap keturunan dari marga Siagian harus memanggil abang/kakak ketika bertemu dengan marga Panjaitan dan Silitonga dan memanggil adik ketika bertemu dengan marga Sianipar tanpa memperhatikan usia.