Mohammad Sjafei: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
melengkapi lini hidup engku M. Syafei |
||
Baris 23:
|religion = [[Islam]]
}}
'''[[Doktor kehormatan|Dr. (H.C.)]] Muhammad Sjafei''' ({{lahirmati|Matan, [[Kabupaten Ketapang|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]]|31|10|1893|[[Jakarta]]|5|3|1969}})<ref>http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/02.Setya%20Raharja%20April%202008.pdf</ref><ref>https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/PemikiranPendidikanSyafei.pdf</ref><ref>https://niadilova.wordpress.com/2015/05/25/minang-saisuak-224-mohammad-sjafei-1893-1968/</ref><ref>https://muskitnas.net/2020/05/05/mohammad-sjafei-berani-melawan-arus-pendidikan-kolonial/</ref><ref>https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/11/08/engku-mohammad-syafei-melawan-sistem-pendidikan-belanda-dengan-ins-kayutanam</ref><ref>https://books.google.co.id/books?id=xOiJDwAAQBAJ&pg=PA118&dq=pengalaman+hidup+Mohammad+sjafei&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi3wYCYyuXxAhXY5nMBHdI7Bv4Q6AEwAHoECAsQAw#v=onepage&q=pengalaman%20hidup%20Mohammad%20sjafei&f=false</ref> adalah seorang tokoh pendidikan [[Indonesia]]. Ia merupakan pendiri [[INS Kayutanam]], sebuah lembaga pendidikan menengah swasta yang bercorak khusus di [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayu Tanam]], [[Kabupaten Padang Pariaman|Padang Pariaman]], [[Sumatra Barat]] yang banyak melahirkan tokoh masyarakat di kemudian hari.<ref>https://books.google.co.id/books?id=v0y4-dp9uEEC&pg=PA113</ref>▼
▲'''[[Doktor kehormatan|Dr. (H.C.)]] Muhammad Sjafei''' (Mohammad Syafei) ({{lahirmati|Matan, [[Kabupaten Ketapang|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]]|31|10|1893|[[Jakarta]]|5|3|1969}})<ref>http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/02.Setya%20Raharja%20April%202008.pdf</ref><ref>https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/PemikiranPendidikanSyafei.pdf</ref><ref>https://niadilova.wordpress.com/2015/05/25/minang-saisuak-224-mohammad-sjafei-1893-1968/</ref><ref>https://muskitnas.net/2020/05/05/mohammad-sjafei-berani-melawan-arus-pendidikan-kolonial/</ref><ref>https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/11/08/engku-mohammad-syafei-melawan-sistem-pendidikan-belanda-dengan-ins-kayutanam</ref><ref>https://books.google.co.id/books?id=xOiJDwAAQBAJ&pg=PA118&dq=pengalaman+hidup+Mohammad+sjafei&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi3wYCYyuXxAhXY5nMBHdI7Bv4Q6AEwAHoECAsQAw#v=onepage&q=pengalaman%20hidup%20Mohammad%20sjafei&f=false</ref> adalah seorang tokoh pendidikan [[Indonesia]]. Ia merupakan pendiri [[INS Kayutanam]], sebuah lembaga pendidikan menengah swasta yang bercorak khusus di [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayu Tanam]], [[Kabupaten Padang Pariaman|Padang Pariaman]], [[Sumatra Barat]] yang banyak melahirkan tokoh masyarakat di kemudian hari.<ref>https://books.google.co.id/books?id=v0y4-dp9uEEC&pg=PA113</ref>
== Masa muda ==
=== Latar belakang ===
Terdapat berbagai sumber berbeda yang berbicara mengenai tempat dan tanggal lahir Engku Mohammad Syafei. Mengutip Suryadi Sunuri sebagaimana catatan dari beberapa sumber, Engku Mohammad Syafei lahir di [[Ketapang (kota)|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]] pada tahun 1893. Beberapa sumber lainnya di dalam tulisan itu menyebut bahwa tahun kelahirannya adalah 1896<ref>Lihat tulisan Suryadi Sunuri di tulisannya berjudul ''Minang Saisuak #194 – Intelektual Minang: Ibrahim Gelar Mara Soetan'' di <nowiki>https://niadilova.wordpress.com/2014/10/20/minang-saisuak-194-intelektual-minang-ibrahim-gelar-mara-soetan/</nowiki> Tulisan ini juga muncul di rubrik Minang Saisuak, Koran Singgalang hari Minggu, 19 Oktober 2014.</ref>. AA Navis menyebutkan bahwa Engku Mohammad Syafei lahir pada tanggal 31 Oktober 1893<ref>Keterangan ini sulit diterima mengingat ibu kandung Engku Mohammad Syafei adalah seorang yang buta huruf seperti kebanyakan orang Indonesia di awal Abad ke 20 M. AA Navis menyebut bahwa bisa saja tanggal yang digunakan Engku Mohammad Syafei adalah tanggal yang sama dia diangkat anak oleh Inyiak Ibrahim Marah Sutan dan Anduang Chalidjah, karena “Sjafei gemar memakai tanggal-tanggal atau angka yang berhubungan dengan sejarahnya. Bahkan, nomor mobilnya pun diberi angka demikian”. Lihat AA Navis. ''Filsafat Dan Strategi Pendidikan M. Sjafei: Ruang Pendidik INS Kayutanam''. Jakarta: Grasindo, hlmn. </ref>. Sedangkan Audrey R. Kahin menyebut bahwa Engku Mohammad Syafei adalah guru kelahiran Kalimantan Barat pada tahun 1893<ref>Lihat Kahin, Audrey. R. ''Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatra Barat dan Politik Indonesia, 1926-1998''. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlmn. 113.</ref>. Syafiah, ibu kandung dari Engku Mohammad Syafei tidak memperkirakan hari dan tanggal kelahiran Engku Mohammad Syafei. Namun, dari keterangan dari Syafiah dan sanak saudaranya, Inyiak Ibrahim Marah Sutan mengambil tahun 1893 sebagai tahun kelahiran Engku Mohammad Syafei<ref>Lihat Ajisman. ''Dinamika Perkembangan INS Kayutanam 1926-1998''. Padang: BPSNT Padang Ekspress. 2012. hlmn 24.</ref>[4]. Walau pun terdapat banyak perbedaan mengenai tanggal dan tahun kelahiran Engku Mohammad Syafei, namun sumber-sumber yang berbeda ini menyebutkan bahwa tempat kelahiran beliau adalah di [[Ketapang (kota)|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]].
=== Keluarga ===
Engku Mohammad Syafei adalah anak angkat dari Anduang Khalijah dan Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]]. Mereka bertemu saat Marah Sutan bertugas mengajar di [[Kota Pontianak|Pontianak]]. Engku Mohammad Syafei yang saat itu masih lagi anak-anak bertemu di sekolah tempat Marah Sutan mengajar. Engku Mohammad Syafei datang ke sana bukan sebagai murid untuk belajar tapi untuk menjajakan makanan/kue kecil yang dibuat oleh ibunya. Sambil menjajakan makanan tadi, Syafei kecil ikut mencuri dengar dan menyimak pelajaran yang diberikan oleh Inyiak Ibrahim Marah Sutan dari balik jendela kelas. Bahkan, Syafei kecil pun ikut bersuara di balik tembok ruangan ketika seisi kelas diajak bernyanyi oleh Marah Sutan. Sifat demikian membuat Sutan tertarik akan sosok Syafei kecil dan mencari tahu mengenai anak kecil ini<ref>Lihat AA Navis. ''Filsafat Dan Strategi Pendidikan M. Sjafei: Ruang Pendidik INS Kayutanam''. Jakarta: Grasindo, hlmn 13-14.</ref>.
Singkat cerita, Syafei kecil yang sudah tidak berayah ini diangkat anak oleh pasangan Anduang Khalijah dan Inyiak Ibrahim Marah Sutan. Sebenarnya selain Engku Mohammad Syafei, Anduang Khalijah dan Inyiak Ibrahim Marah Sutan juga telah memiliki anak-anak angkat lainnya. Tetapi, ada sesuatu yang lain di dalam diri Syafei kecil yang membuat kedua orang tua yang tidak memiliki anak kandung ini untuk berketetapan hati mengangkat Engku Mohammad Syafei sebagai anak mereka.
Engku Mohammad Syafei menikah dengan Ibu Joanna Sicrie dan memilki tiga orang anak.
=== Pendidikan ===
[[Berkas:Moh. Sjafei, eks. Menteri Pengajaran (1946-1946).jpg|jmpl|Sjafei sebagai Menteri Pengajaran]]
[[Berkas:Kweekschool voor inlandse onderwijzers te Fort de Kock, KITLV 2981.tiff|jmpl|Gambar salah satu sudut Sekolah Raja/''Kweekschool'' di Fort de Kock (Bukittinggi) pada tahun 1915 (sekarang sekolah ini menjadi SMA Negeri 2 Bukittinggi). Engku Mohammad Syafei dan Engku Ibrahim Marah Sutan belajar di sini. Engku Mohammad Syafei tamat pendidikan guru di sekolah ini pada tahun 1914.]]
Mengutip [[Surya Suryadi|Suryadi Sunuri]], majalah Pandji Poestaka memuat secara lengkap riwayat pendidikan Engku Mohammad Syafei setelah Anduang Khalijah dan Inyiak [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] mengangkatnya sebagai anak. Pada tahun 1904, di usia sepuluh tahun Engku Mohammad Syafei belajar di Sekolah Melayu di [[Kabupaten Pidie|Pidie]], [[Aceh]]. Pada pertengahan tahun 1907, Engku Mohammad Syafei pindah ke Sekolah Melayu di [[Kota Pontianak|Pontianak]]. Setahun kemudian, beliau dikirim oleh orang tua angkatnya ke [[Sekolah raja|Sekolah Raja]] atau ''[[SMA Negeri 2 Bukittinggi|Kweekschool]]'' di Fort de Kock (Bukittinggi) setelah berhasil lulus di ujian masuk sekolah bergengsi ini yang juga adalah almamater Inyiak Ibrahim Marah Sutan<ref>Lihat tulisan Suryadi Sunuri di ''Minang Saisuak #224 – Mohammad Sjafei (1893 – 1969)''<nowiki>https://niadilova.wordpress.com/2015/05/25/minang-saisuak-224-mohammad-sjafei-1893-1968/</nowiki></ref>.
[[Berkas:Weltevreden - Kartinischool, KITLV 1406171.tiff|jmpl|Gambar Sekolah Kartini atau ''Kartinischool'' di kawasan Weltevreden, Batavia (sekarang kawasan Sawah Besar, Jakarta), tempat di mana Engku Mohammad Syafei bekerja sebagai salah seorang guru dan di saat yang sama belajar bersiap untuk melanjutkan studi ke Belanda.]]
Engku Mohammad Syafei tamat belajar di sekolah guru itu pada tahun 1914 dan langsung diangkat menjadi guru di [[Sekolah Kartini|Kartini School]] di [[Batavia|Betawi]] atau Jakarta. Di sekolah ini juga bekerja sebagai guru Inyiak Ibrahim Marah Sutan dan saudara angkatnya Engku Sukardi. Selain mengajar, Engku Mohammad Syafei juga ikut kursus menggambar bersama guru menggambar terkenal, Tuan De Graaf. Kursus menggambar ini beliau selesaikan dalam delapan belas bulan. Engku Mohammad Syafei juga mengisi waktu dengan mengambil ujian bahasa Belanda ''(Acte Nederlandsche)'' dan lulus dengan predikat baik<ref>Idem</ref>.
Selain itu, di luar kegiatan sekolah nya Engku Mohamamd Syafei ikut terlibat aktif dalam berbagai kegiatan politik memperjuangkan usaha kemerdekaan negara Republik Indonesia. Kesadaran ini telah tumbuh sedari beliau bersekolah di Sekolah Raja di Bukittinggi. Inyiak Ibrahim Marah Sutan selalu mengirimkan majalah dan tulisan politik dari para pengurus ''[[National Indische Partij|Indische Partij]]''<ref>Lihat AA Navis. ''Ruang Pendidikan INS Dulu, Kini, dan Esok. Kerjasama Lembaga Pengembangan Pendidikan INS dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (UNIT EP3M) Pesantren Ciganjur''. Jakarta: 1986. hlmn. 16</ref>. Beliau dan Inyiak Ibrahim Marah Sutan menjadi pengurus aktif dari Partai Insulinde. Terlebih lagi kediaman Inyiak Ibrahim Marah Sutan di Jakarta menjadi tempat pertemuan orang-orang pergerakan untuk berdiskusi dan untuk pendidikan politik. Sebagai seorang intelektual Minangkabau dan pengurus partai politik pergerakan kemerdekaan Indonesia, Inyiak Ibrahim Marah Sutan percaya bahwa hanya melalui pendidikan lah bangsa Indonesia berhasil mencapai kemerdekaannya. Oleh karena itu, Inyiak Ibrahim Marah Sutan berusaha mengirimkan anaknya sekolah sejauh mungkin hingga ke negeri Belanda.
=== Belajar ke negeri Belanda ===
Menurut AA Navis yang mengutip majalah Budaya Jaya, sebenarnya yang ingin dikirimkan oleh Inyiak Ibrahim Marah Sutan adalah Engku Sukardi, salah seorang anak angkat lainnya. Namun karena situasi dunia saat itu setelah Perang Dunia Pertama dan keadaan Engku Sukardi yang telah berkeluarga membuat biaya pengiriman Engku Sukardi belajar ke negeri Belanda menjadi mahal sekali. Hal ini diakali oleh Inyiak Ibrahim Marah Sutan dengan menjadi guru bahasa Mekayu di Kursus Melayu Gunung Sahari, Betawi<ref>Lihat tulisan berjudul M. Safe’I ke Eropa di majalah Boedi Tjaniago No. 7 Tahun 1, 1922, hlm. 2-4</ref>]. Namun, penghasilan dari memberikan pelajaran bahasa Melayu untuk orang asing ini tidak banyak membantu. Untuk menghemat uang mereka, tak jarang keluarga Anduang Khalijah dan Inyiak Ibrahim Marah Sutan makan nasi dan garam saja<ref>AA Navis mengutip Majalah Budaya Jaya, No. 132 Tahun 1979, dalam bukunya Filsafat dan Strategi pendidikan M. Syafei Ruang Pendidikan INS Kayutanam. Jakarta: Grasindo, 1996 halaman 11-12. Kutipan ini bisa dilihat dalam Ajisman ''Dinamika Perkembangan INS Kayutanam 1926-1998''. Padang: BPSNT Padang Ekspress. 2012. hlmn 25-26.</ref>.
Pada tanggal 31 Mei 1922, Engku Mohammad Syafei berangkat ke Belanda untuk belajar pendidikan kerajinan tangan dengan menumpang kapal Oranje menuju Genoa, Italia. Pelepasan keberangkatan Engku Mohammad Syafei diadakan dengan meriah di Kartini School, sekolah tempat beliau mengajar pada tanggal 25 April 1922<ref>Lihat tulisan berjudul M. Safe’I ke Eropa di majalah Boedi Tjaniago No. 7 Tahun 1, 1922, hlm. 2-4.</ref>. Pada acara yang sama, Engku Sukardi saudara angkat Engku Mohammad Syafei berpidato ikut melepas. Kepergian Engku Mohammad Syafei ke Belanda adalah untuk melihat dinamika kenapa dan bagaimana sebuah negeri kecil yang daratannya lebih rendah dari permukaan air laut di Eropa Barat itu bisa maju dan kuat serta mampu menguasai Nusantara begitu lamanya.
Di negeri Belanda, Engku Mohammad Syafei ingin menelisik industri kerajinan apa saja yang menunjang kemajuan mereka. Engku Mohammad Syafei juga berkesempatan mengunjungi sekolah yang didirikan oleh Dr. Georg Kerchebsteiner di Munchen, Jerman<ref>Lihat Ajisman ''Dinamika Perkembangan INS Kayutanam 1926-1998''. Padang: BPSNT Padang Ekspress. 2012. Hlm. 27</ref>. Sekolah ini juga mengajarkan pelajaran kerajinan tangan serta sistem sosial berdasarkan kecintaan terhadap sesama.
Bagi Engku Mohammad Syafei, pelajaran kerajinan tangan dan pendidikan kerajinan tangan itu berbeda. Menurut beliau, kursus atau pelatihan singkat dapat menyediakan pelajaran kerajinan tangan untuk keterampilan kerja. Sifat dari kegiatan singkat ini hanya akan menghasilkan para pekerja siap pakai tapi tidak memiliki sifat atau kamauan untuk berubah dari dari sendiri. Pendidikan kerajinan tangan lebih dari itu. Pendidikan ini berfungsi membangkitkan minat kerajinan dan kemauan untuk bekerja<ref>Idem</ref>.
Atas jasa-jasanya dalam pendirian [[INS Kayutanam]], pada tahun 2019 beliau dianugerahkan [[Bintang Budaya Parama Dharma]] dari Presiden [[Joko Widodo]].<ref>{{Cite web|date=2019-08-15|title=Presiden Jokowi Anugerahkan Tanda Kehormatan bagi 29 Tokoh|url=https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-jokowi-anugerahkan-tanda-kehormatan-bagi-29-tokoh/|website=Presiden RI|language=id-ID|access-date=2021-11-29}}</ref>▼
Engku Mohammad Syafei selain belajar pendidikan kerajinan tangan juga berkesempatan untuk mengajar di sekolah rendah di Mook Hoek, Rotterdam. Kesempatan itu digunakan oleh beliau untuk praktek mengajar di tengah-tengah anak didik Belanda<ref>Idem</ref><ref>Suryadi Sunuri mengutip tulisan Pandji Poestaka bahwa ''“Toean Mohd. Sjafe’i sekarang ada dinegeri Belanda sedang menoentoet berbagai-bagai ‘ilmoe. Maksoednja jang teroetama kenegeri Belanda, boekanlah hendak mentjahari acte, akan tetapi akan mentjahari pengetahoean jang lebih dalam, bagaimana tjaranja djalan mendidik anak-anak, djoega mempeladjari kunst, seperti; pekerdjaan tangan, biola dan gambar. Oentoek beladjar mendidik, ia telah diberi izin mengadjar pada sekolah rendah di Mook Hoek (Rotterdam). Moedah-moedahan segala tjita-tjita toean Mohd. Sjafe’i itoe terkaboel hendaknja jang kemoedian hari dapatlah beliau membimbing bangsa dan tanah airnja kepada djalan ketjerdasan dan kepandaian.”'' Lihat tulisan Suryadi Sunuri di ''Minang Saisuak #233 – Moehammad Sjafei di Belanda (1924)'' <nowiki>https://niadilova.wordpress.com/2015/08/31/minang-saisuak-233-moehammad-sjafei-di-belanda-1924/</nowiki></ref>. Waktu yang kosong digunakan oleh beliau melihat pusat-pusat industri dan sekolah kerajinan tangan. Selain itu, Engku Mohammad Syafei juga aktif dalam organisasi pelajar Indonesia ''De'' ''Indische'' ''Vereeniging''/Perhimpunan Hindia (yang kemudian berubah menjadi ''De'' ''Indonesische'' ''Vereeniging''/Perhimpunan Indonesia). Di organisasi ini beliau berteman dengan para pelajar Indonesia lainnya yang juga tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia seperti Mohammad hatta, Subarjo, dan Sukiman.
Engku Mohammad Syafei kembali ke Indonesia pada tahun 1925. Pada tanggal 7 April 1926 Engku Muhammad Syafei sampai di Padang. Keinginan untuk mendirikan sekolah ini dibicarakan dengan Engku Abdul Rachman, yang merupakan kemenakan dari Inyiak Ibrahim Marah Sutan. Sedari awal Engku Abdul Rachman dan Inyiak berusaha menyelenggarakan sebuah sekolah yang mereka cita-citakan di Minangkabau.
== Perjuangan, pergerakan, dan kontribusi besar bagi Republik Indonesia ==
=== '''Perjuangan politik pra-kemerdekaan''' ===
Sebagai anak angkat dari Ibrahim Marah Sutan, seorang aktivis kemerdekaan dan intelektual besar Minangkabau yang paham bahwa bangsa Indonesia harus berjuang melalui pendidikan dari dan untuk mereka sendiri, Mohammad Syafei telah menjadi bagian dari kerja-kerja politik perjuangan kemerdekaan. Bersama ayahnya, Engku Mohammad Syafei menjadi anggota aktif De Indische Partij dan partai penerusnya, Insulinde.
Selain itu, selama masa-masa tugas belajar di negeri Belanda, Engku Mohamamd Syafei ikut bergabung dalam wadah pergerakan mahasiswa Indonesia di Belanda, ''De'' ''Indische'' ''Vereeniging''/Perhimpunan Hindia. Melalui organisasi mahasiswa ini, Engku Mohammad Syafei bertemu dan berkenalan dengan para aktivis Indonesia yang sama-sama belajar di Belanda. Pertemanan dan koneksi ini kemudian hari membawa Engku Mohammad Syafei aktif dalam usaha pergerakan kemerdekaan di tanah air, usaha-usaha bersama menjaga kemerdekaan, dan kemudian mengisi kemerdekaan.
=== Perjuangan pendidikan bangsa Indonesia melalui INS Kayutanam ===
Kontribusi besar dari Engku Mohammad Syafei dan selalu dikenang adalah pendirian sekolah bersejarah [[INS Kayutanam]] di desa kecil bernama Kayutanam. Nama harum sekolah INS Kayutanam dalam lembaran sejarah Indonesia tidak terlepas dari orisinalitas konsep pendidikan yang diajukan Engku Mohammad Syafei yang tidak hanya melawan kelaziman pendidikan jaman kolonial di mana sekolah adalah tempat untuk menghasilkan pegawai rendahan di dalam sistem pemerintahan kolonial yang jelas sangat merugikan bangsa Indonesia, tapi juga sebuah konsep pendidikan yang bertujuan untuk menggali dan membentuk identitas manusia Indonesia itu sendiri.
Mengutip Thalib Ibrahim yang merupakan salah seorang murid tamatan pertama INS Kayutanam menandaskan bahwa konsep pendidikan di Ruang Pendidik INS adalah untuk membentuk manusia aktif dan kreatif berdasarkan Pancasila yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang di setiap perbuatannya insyaf dan sadar bahwa alam-bumi dan makhluk insani ciptaan Tuhan selalu tumbuh dan bergerak<ref>Lihat Ibrahim, Thaleb. ''Pendidikan Mohd. Sjafei INS Kayutanam''. Jakarta: Mahabudi Jakarta, hlm. 4.</ref>. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang diterapkan di Ruang Pendidik INS Kayutanam adalah sistem pendidikan yang melahirkan manusia yang selalu aktif dan kreatif. Sistem pendidikan yang menghasilkan manusia yang pasif adalah mengingkari adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut [[A.A. Navis|AA Navis]] model pendidikan di sekolah INS adalah model sekolah kerja di mana terdapat perpaduan seimbang antara pengajaran teori dan praktik keterampilan yang berbeda dari model sekolah-sekolah di negeri Barat. Pendidikan nya ini murni hasil olah pikir Engku Mohammad Syafei yang didasarkan pada hasil teroka Engku Mohammad Syafei atas alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Penekanan nilai-nilai pendidikan ini, menurut AA Navis ada dari nilai-nilai pendidikan alam Indonesia dan dari filsafat alam dan budaya sosial bangsa Indonesia<ref>Lihat AA Navis. ''Ruang Pendidikan INS Dulu, Kini, dan Esok. Kerjasama Lembaga Pengembangan Pendidikan INS dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (UNIT EP3M) Pesantren Ciganjur''. Jakarta: 1986, hlm. 41.</ref>.
Lebih lanjut, AA Navis menyebut bahwa konsep pendidikan [[INS Kayutanam|Ruang Pendidik INS Kayutanam]] ini terwujud secara utuh di masa-masa awal kemerdekaan dan menghasilkan lulusan-lulusan yang berkontribusi besar dalam usaha perebutan kemerdekaan dan pembangunan negara bangsa di masa awal kemerdekaan. Namun, seiring berjalannya waktu dikarenakan oleh kondisi dan situasi saat perubahan waktu itu terjadi konsep pendidikan Ruang Pendidik INS Kayutanam di masa awal kemerdekaan sulit untuk diterapkan<ref>Idem., hlmn 42.</ref>.
Setidaknya terdapat dua alasan menurut AA Navis. Pertama, tidak mudahnya untuk menjabarkan kembali konsep pemikiran pendidikan Engku Mohammad Syafei sesuai dengan tantangan jaman saat itu. Para pengurus mengalami kesulitan dalam menerjemahkan gagasan pendidikan Engku Mohammad Syafei ke dalam suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan dengan filsafat, sistem aktif kreatif, dan tujuan INS yang dicita-citakan oleh Engku Mohammad Syafei. Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia membawa perubahan-perubahan besar dan cepat dalam kehidupan masyarakat yang mengakibatkan hilangnya kebutuhan masyarakat atas pendidikan yang ditawarkan oleh INS Kayutanam.
=== Masa pendudukan Jepang ===
Selain dikenal sebagai tokoh pendidikan dan pengajar yang mumpuni dengan mendirikan INS Kayutanam, Engku Mohammad Syafei muda juga ikut terlibat langsung dalam pergerakan merebut kemerdekaan sekembalinya dari negeri Belanda di tahun 1925. Pada masa pendudukan Jepang, Engku Mohammad Syafei ditunjuk sebagai ketua ''[[Chuo Sangi-In|Chuo Sang-In]]'' Sumatera Tengah yang berkedudukan di Bukittinggi<ref>Badan ''Chuo Sang-In'' adalah sebuah dewan pertimbangan bentukan pemerintah pendudukan Jepang yang bertugas memberi nasihat ke pada pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia dalam hal-hal seperti pengembangan kepemerintahan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, pendidikan, dan kesehatan.</ref><ref>Lihat Reid, Anthony. ''“The Birth of the Republic of Sumatra” Indonesia 12(12): 21-46''. Oktober 1971.</ref>. Ketika Jepang menyerah ke pada Sekutu, Engku Mohamamd Syafei membacakan naskah proklamasi di Bukittinggi pada 29 Agustus 1945. Naskah proklamasi ini adalah naskah yang sama dibacakan Soekarno dan Mohammad Hatta di Jakarta pada 17 Agustus 1945.
=== Masa-masa usaha mengisi kemerdekaan Indonesia ===
[[Berkas:03 muhammadsjafei.jpg|jmpl|Sjafei sebagai Menteri Pengadjaran]]Setelah kemerdekaan, Engku Mohammad Syafei ikut aktif dalam membangun Republik Indonesia. Di masa awal kemerdekaan, Engku Mohammad Syafei diangkat sebagai Residen Sumatera Barat. Jabatan ini tidak lama dipegang, segera pada Oktober 1945 Engku Mohammad Syafei memilih mengundurkan diri. Sepanjang 12 Maret 1946 hingga 2 Oktober 1946, Engku Mohammad Syafei diminta mengurusi bidang pendidikan dengan menjadi [[Daftar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Pengajaran Indonesia]] pada [[Kabinet Sjahrir II]] menggantikan [[Todung Sutan Gunung Mulia]]<ref>Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia, Balai Pustaka</ref>. Pada Pemilu 1955, Engku Mohammad Syafei ikut terjun berpolitik, namun tidak terpilih menjadi anggota parlemen karena kekurangan suara.
Pada peristiwa pergolakan daerah Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang berlangsung dari 1958-1961, situasi dan kondisi memaksa Engku Mohammad Syafei untuk bergabung dengan gerakan ini dengan menjadi Menteri Pendidikan dan Kesehatan PRRI. Walau pun perang hanya berlangsung selama tiga tahun, namun kegiatan belajar di sekolah INS Kayutanam terlantar cukup lama. Selama masa perang saudara itu, kampus INS Kayutanam mengalami kerusakan yang cukup parah. Pada tahun 1968, Engku Mohammad Syafei kembali ke Kayutanam untuk membangun INS yang terlantar akibat perang. Selain membangun dunia pendidikan melalui INS Kayutanam, Engku Mohammad Syafei juga turut membantu pendirian Sekolah Tinggi Hukum Pancasila di Padang, yang kemudian hari menjadi Fakultas Hukum Universitas Andalas (Chaniago, ''ibid.'': 393).
== Wafat ==
[[Berkas:Makam Anduang Chalijah dan Engku Mohammad Syafei.jpg|jmpl|Makam Angduang Chalijah berdampingan dengan Engku Mohammad Syafei di komplek sekolah INS Kayutanam.]]
Engku Mohammad Syafei meninggal pada 5 Maret 1969 di Jakarta ketika berupaya mengumpulkan donasi pembangunan kembali INS Kayutanam. Beliau meninggalkan seorang istri, Joanna Sicrie dan tiga orang anak yang masih kecil. Jenazahnya diterbangkan ke Padang dan dimakamkan di samping ibu angkatnya, Andung Khalijah di kompleks sekolah INS Kayutanam.
== Penghargaan ==
* ''[[Doktor|Doctor]] [[Honoris Causa]]'' dari [[Universitas Negeri Padang|IKIP Padang]] (1968).
▲
== Galeri ==
== Rujukan ==
|