Mohammad Sjafei: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ferichandrap (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ferichandrap (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 40:
Mengutip [[Surya Suryadi|Suryadi Sunuri]], majalah Pandji Poestaka memuat secara lengkap riwayat pendidikan Engku Mohammad Syafei setelah Anduang Khalijah dan Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] mengangkatnya sebagai anak. Pada tahun 1904, di usia sepuluh tahun Engku Mohammad Syafei belajar di Sekolah Melayu di [[Kabupaten Pidie|Pidie]], [[Aceh]]. Pada pertengahan tahun 1907, Engku Mohammad Syafei pindah ke Sekolah Melayu di [[Kota Pontianak|Pontianak]]. Setahun kemudian, beliau dikirim oleh orang tua angkatnya ke [[Sekolah raja|Sekolah Raja]] atau ''[[SMA Negeri 2 Bukittinggi|Kweekschool]]'' di Fort de Kock (Bukittinggi) setelah berhasil lulus di ujian masuk sekolah bergengsi ini yang juga adalah almamater Engku Ibrahim Marah Sutan<ref>Lihat tulisan Suryadi Sunuri di ''Minang Saisuak #224 – Mohammad Sjafei (1893 – 1969)''<nowiki>https://niadilova.wordpress.com/2015/05/25/minang-saisuak-224-mohammad-sjafei-1893-1968/</nowiki></ref>.
 
Engku Mohammad Syafei tamat belajar di sekolah guru itu pada tahun 1914 dan langsung diangkat menjadi guru di [[Sekolah Kartini|Kartini School]] di [[Batavia|Betawi]] atau Jakarta. Di sekolah ini juga bekerja sebagai guru Engku Ibrahim Marah Sutan dan saudara angkatnya Engku Sukardi. Selain mengajar, Engku Mohammad Syafei juga ikut kursus menggambar bersama guru menggambar terkenal, Tuan De Graaf. Kursus menggambar ini beliau selesaikan dalam delapan belas bulan. Engku Mohammad Syafei juga mengisi waktu dengan mengambil ujian bahasa Belanda ''(Acte Nederlandsche)'' dan lulus dengan predikat baik<ref>Idem</ref>. Selain itu, di luar kegiatan sekolah nya Engku Mohamamd Syafei ikut terlibat aktif dalam berbagai kegiatan politik memperjuangkan usaha kemerdekaan negara Republik Indonesia. Kesadaran ini telah tumbuh sedari beliau bersekolah di Sekolah Raja di Bukittinggi. Engku Ibrahim Marah Sutan selalu mengirimkan majalah dan tulisan politik dari para pengurus [[National Indische Partij|Indische Partij]]<ref>Lihat AA Navis. ''Ruang Pendidikan INS Dulu, Kini, dan Esok. Kerjasama Lembaga Pengembangan Pendidikan INS dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (UNIT EP3M) Pesantren Ciganjur''. Jakarta: 1986. hlmn. 16</ref>. Dalam bukunya, Dasar-Dasar Pendidikan, Engku Mohammad Syafei menjelaskan sejak dari tahun 1912 beliau telah mempelajari buku/tulisan dari [[Tjipto Mangoenkoesoemo|Dr. Cipto Mangunkusmo]], [[Ki Hadjar Dewantara|R.M. Suardi Suryadiningrat]], [[Ernest Douwes Dekker|Douwes Dekker]] (Dr. Setia Budi, kemenakan dari [[Eduard Douwes Dekker|Multatuli]]), para pendiri dan pemimpin dari [[National Indische Partij|Indische Partij]] dan pimpinan gerakan kemerdekaan Indonesia lainnya<ref>Sjafei, Moh. 1968. Dasar-Dasar Pendikan. Padang: INS Kayutanam. hlm. 133-134.</ref>. Engku Mohammad Syafei dan Engku Ibrahim Marah Sutan kemudian menjadi pengurus aktif dari Partai Insulinde. Terlebih lagi kediaman Engku Ibrahim Marah Sutan di Jakarta menjadi tempat pertemuan orang-orang pergerakan untuk berdiskusi dan untuk pendidikan politik. Sebagai seorang intelektual Minangkabau dan pengurus partai politik pergerakan kemerdekaan Indonesia, Engku Ibrahim Marah Sutan percaya bahwa hanya melalui pendidikan lah bangsa Indonesia berhasil mencapai kemerdekaannya. Oleh karena itu, Engku Ibrahim Marah Sutan berusaha mengirimkan anaknya sekolah sejauh mungkin hingga ke negeri Belanda.
 
Selain itu, di luar kegiatan sekolah nya Engku Mohamamd Syafei ikut terlibat aktif dalam berbagai kegiatan politik memperjuangkan usaha kemerdekaan negara Republik Indonesia. Kesadaran ini telah tumbuh sedari beliau bersekolah di Sekolah Raja di Bukittinggi. Engku Ibrahim Marah Sutan selalu mengirimkan majalah dan tulisan politik dari para pengurus ''[[National Indische Partij|Indische Partij]]''<ref>Lihat AA Navis. ''Ruang Pendidikan INS Dulu, Kini, dan Esok. Kerjasama Lembaga Pengembangan Pendidikan INS dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (UNIT EP3M) Pesantren Ciganjur''. Jakarta: 1986. hlmn. 16</ref>. Beliau dan Engku Ibrahim Marah Sutan menjadi pengurus aktif dari Partai Insulinde. Terlebih lagi kediaman Engku Ibrahim Marah Sutan di Jakarta menjadi tempat pertemuan orang-orang pergerakan untuk berdiskusi dan untuk pendidikan politik. Sebagai seorang intelektual Minangkabau dan pengurus partai politik pergerakan kemerdekaan Indonesia, Engku Ibrahim Marah Sutan percaya bahwa hanya melalui pendidikan lah bangsa Indonesia berhasil mencapai kemerdekaannya. Oleh karena itu, Engku Ibrahim Marah Sutan berusaha mengirimkan anaknya sekolah sejauh mungkin hingga ke negeri Belanda.
 
=== Belajar ke negeri Belanda ===