== Sejarah ==
=== 1909 - 1960 ===
[[Berkas:PLN warning 090628-9653 brn.JPG|jmpl|kiri|200px|Pelat peringatan tua di sebuah gardu listrik]]
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1909 saat [[Maintz & Co.]] yang berkantor pusat di [[Amsterdam]], [[Belanda]], mendirikan ''"[[Algemeene Nederlandsch-Indische Electriciteits-Maatschappij]]''' (ANIEM) di [[Batavia, Hindia Belanda]] untuk berbisnis di bidang ketenagalistrikan. Pada tahun 1942, Belanda menyerah kepada Jepang, sehingga perusahaan–perusahaan ketenagalistrikan yang saat itu ada di Hindia Belanda pun diambil alih oleh pasukan Jepang.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het hoofdkantoor van de ANIEM op Embong Woengoe in Soerabaja TMnr 60052192.jpg|jmpl|Kantor Pusat NVpusat ANIEM di [[JalanJl. Embong ]] Wungu, [[Surabaya]]]] ▼
=== Masa Kolonial Hindia Belanda ===
Seandainya sejarah bisa berandai-andai, tentu bangsa Indonesia akan dilayani oleh sistem kelistrikan yang amat efektif dari sebuah sistem usaha peninggalan kolonial Belanda. Sayang, kinerja yang amat baik dari ANIEM harus terputus karena pendudukan tentara Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Sejak pendudukan tentara Jepang, perusahaan listrik diambil alih oleh pemerintah Jepang. Urusan kelistrikanketenagalistrikan di seluruhseantero Jawa kemudianlalu ditangani oleh sebuah lembaga yang bernamadiberi nama '''''Djawa Denki Djigjo Kosja''''' (ジャワ電気事業公社). Nama lembaga tersebut kemudian berubahdiubah menjadi '''''Djawa Denki Djigjo Sja''''' (ジャワ電気事業社) dan menjadi cabang dari '''''Hosjoden Kabusiki Kaisja''''' (日本発送電株式会社) yang berpusatberkantor pusat di [[Tokyo]]. DjawaLembaga Denkitersebut Djigjomembawahi Sjatiga dibagilembaga, menjadi 3 wilayah pengelolaan yaitu [[Jawa Barat]] diberi namayakni '''''Seibu Djawa Denki Djigjo Sja''''' (西部ジャワ電気事業社) yang berpusatberkantor pusat di [[Jakarta]], di [[Jawa Tengah]] diberi nama '''''Tjiobu Djawa Denki Djigjo Sja''''' (中部ジャワ電気事業社) danyang berkantor berpusatpusat di [[Semarang]], dan di [[Jawa Timur]] diberi nama '''''Tobu Djawa Denki Djigjo Sja''''' (東部ジャワ電気事業社)yang yangberkantor berpusatpusat di [[Surabaya ]]. Tiga lembaga tersebut masing-masing menangani urusan ketenagalistrikan di [[Jawa Barat]], [[Jawa Tengah]], dan [[Jawa Timur]]. ▼
Kelistrikan di [[Hindia Belanda]] dimulai pada tahun [[1897]] ketika perusahaan listrik pertama yang bernama ''[[Nederlandche Indische Electriciteit Maatschappij]]'' ('''NIEM''' atau Perusahaan Listrik Hindia Belanda), yang merupakan perusahaan yang berada di bawah N.V. Handelsvennootschap yang sebelumnya bernama Maintz & Co. Perusahaan ini berpusat di [[Amsterdam]], [[Belanda]]. Di [[Batavia]], NIEM membangun [[PLTU]] di [[Gambir, Jakarta Pusat|Gambir]] di tepi [[Sungai Ciliwung]]. PLTU berkekuatan 3200+3000+1350 kW tersebut merupakan [[pembangkit listrik tenaga uap]] pertama di Hindia Belanda dan memasok kebutuhan listrik di Batavia dan sekitarnya. Saat ini PLTU tersebut sudah tidak ada lagi.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Waterkrachtwerk Bengkok aan de Tji Kampoendoeng TMnr 10010389.jpg|jmpl| Waterkrachtwerk Bengkok aanPLTA deBengkok Tjikapoendoeng,di [[Bandung]]]] ▼
NIEM berekspansi ke [[Surabaya]] dengan mendirikan perusahaan gas yang bernama '''''Nederlandsche Indische Gas Maatschappij''''' '''(NIGM) '''hingga akhir [[abad XIX]]. Pada tahun [[1909]], perusahaan ini diberi hak untuk membangun beberapa pembangkit tenaga listrik berikut sistem distribusinya ke kota-kota besar di Jawa.
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu dan Indonesia merdeka, pada tanggal [[25 Oktober]] [[1945]], pemerintah Indonesia pun membentuk '''''Djawatan Listrik dan Gas Bumi''''' di bawah [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga]] untuk mengelola ketenagalistrikan dan gas bumi di Indonesia. Saat itu, kapasitas [[pembangkit listrik]] yang dikelola oleh jawatan tersebut baru sebesar 157,5 MW. Tetapi, pengelolaan tersebut tidak berjalan lancar, karena status kepemilikan dari pembangkit-pembangkit listrik yang ada saat itu belum jelas dan karena minimnya pengalaman pemerintah di bidang ketenagalistrikan. Sebagian besar pembangkit listrik juga rusak parah karena tidak dikelola dengan baik selama pendudukan Jepang. Pada tahun 1953, pemerintah pun resmi me[[nasionalisasi]] semua perusahaan ketenagalistrikan dan gas yang ada di Indonesia, termasuk ANIEM dan [[GEBEO]].<ref name="nas">{{Cite web|url=https://jdih.setkab.go.id/puu/buka_puu/9506/KEPPRES1631953.pdf|title=Keputusan Presiden nomor 163 tahun 1953|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=23 Maret 2023}}</ref><ref name="detail">{{Cite web|url=https://jdih.setkab.go.id/puu/buka_puu/1855/pp0181959.pdf|title=Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1959|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=23 Maret 2023}}</ref>
==== ANIEM1961 (1909-1942) =sekarang ===
Pada tanggal 1 Januari 1961, pemerintah menggabungkan Jawatan Listrik & Gas dan semua perusahaan ketenagalistrikan yang telah dinasionalisasi ke dalam '''Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara''' (BPU PLN).<ref name="bpu">{{Cite web|url=https://jdih.setkab.go.id/puu/buka_puu/2038/pp0671961.pdf|title=Peraturan Pemerintah nomor 67 tahun 1961|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=23 Maret 2023}}</ref> Pada tanggal 1 Januari 1965, bisnis gas dari BPU PLN dijadikan modal untuk mendirikan sebuah [[perusahaan negara]] (PN) dengan nama PN [[Perusahaan Gas Negara]], sementara bisnis ketenagalistrikan dari BPU PLN dijadikan modal untuk mendirikan perusahaan ini dengan nama '''PN Perusahaan Listrik Negara'''.<ref name="pn">{{Cite web|url=https://jdih.setkab.go.id/puu/buka_puu/2562/PP0191965.pdf|title=Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 1965|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=23 Maret 2023}}</ref> Saat itu, kapasitas pembangkit listrik yang dikelola oleh perusahaan ini baru sebesar 300 MW. Pada tahun 1972, status perusahaan ini diubah menjadi [[perusahaan umum]] (Perum).<ref name="perum">{{Cite web|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/58977/PP%20NO%2018%20TH%201972.pdf|title=Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1972|publisher=Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia|language=id|access-date=23 Maret 2023}}</ref> Pada bulan Juli 1994, status perusahaan ini kembali diubah menjadi [[persero]].<ref name="persero">{{Cite web|url=https://jdih.setkab.go.id/puu/buka_puu/6252/PP0231994.pdf|title=Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 1994|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=23 Maret 2023}}</ref>
▲[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het hoofdkantoor van de ANIEM op Embong Woengoe in Soerabaja TMnr 60052192.jpg|jmpl|Kantor Pusat NV ANIEM di [[Jalan Embong]], [[Surabaya]]]]
Di Surabaya, perusahaan gas NIGM (Nederlandsche Indische Gas Maatschappij) pada tanggal [[26 April]] [[1909]] mendirikan anak perusahaan '''''Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij ''([[ANIEM]])'''. Dalam waktu yang tidak berapa lama, ANIEM berkembang menjadi perusahaan listrik swasta terbesar di Indonesia dan menguasai sekitar 40% dari kebutuhan listrik di dalam negeri. ANIEM juga melakukan percepatan ekspansi seiring dengan permintaan listrik yang tinggi. Pada [[26 Agustus]] [[1921]] perusahaan ini mendapat konsesi di [[Banjarmasin]] yang kontraknya berlaku hingga [[31 Desember]] [[1960]]. Pada tahun [[1937]] pengelolaan listrik di [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]], dan [[Kalimantan]] diserahkan kepada ANIEM.
Pada tahun 2011, pemerintah menyerahkan mayoritas saham PT [[Pelayaran Bahtera Adhiguna]] ke perusahaan ini.<ref name="bag">{{Cite web|url=https://jdih.setkab.go.id/puu/buka_puu/17210/PP0202011.pdf|title=Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2011|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=23 Maret 2023}}</ref> Pada tahun 2013, perusahaan ini mulai menggunakan [[CNG]] untuk menggantikan [[bahan bakar minyak|BBM]] sebagai bahan bakar pada [[pembangkit listrik pemikul beban puncak]]. Pada tahun 2014, untuk pertama kalinya, perusahaan ini masuk dalam daftar [[Fortune 500]]. Pada tahun 2015, perusahaan ini mulai membangun [[PLTU]] berteknologi ''ultra super critical'' dengan kapasitas terpasang sebesar 2.000 MW di [[Batang, Jawa Tengah]] melalui skema [[kemitraan pemerintah swasta]]. Pada tahun 2019, perusahaan ini mulai membuka [[SPKLU]] untuk mendukung pengoperasian [[kendaraan listrik]] di Indonesia.
Sebagai perusahaan yang menguasal hampir 40% kelistrikan di Indonesia, ANIEM memiliki kinerja yang cukup baik dalam melayani kebutuhan listrik. Sebagaimana telah disebutkan di atas, ANIEM memiliki wilayah pemasaran di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan. Untuk melayani wilayah pemasaran yang luas ini, ANIEM menerapkan kebijakan desentralisasi produksi dan pemasaran dengan cara membentuk anak perusahaan. Dengan demikian maka listrik diproduksi secara sendiri-sendiri di berbagai wilayah oleh perusahaan yang secara langsung menangani proses produksi tersebut. Dengan demikian kinerja perusahaan menjadi amat efektif, terutama dari segi produksi dan pemasaran.
Pada bulan Mei 2021, pemerintah menyerahkan mayoritas saham PT [[Energy Management Indonesia]] ke perusahaan ini.<ref name="emi">{{Cite web|url=https://jdih.setkab.go.id/puu/buka_puu/176436/PP_Nomor_65_Tahun_2021.pdf|title=Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2021|publisher=Sekretariat Kabinet Republik Indonesia|language=id|access-date=23 Maret 2023}}</ref> Pada bulan Agustus 2021, perusahaan ini mengakuisisi PT [[Mandau Cipta Tenaga Nusantara]] yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan listrik dan uap di [[Blok Rokan]].<ref name="annual"/><ref name="profil">{{Cite web|url=https://web.pln.co.id/tentang-kami/profil-perusahaan|title=Sekilas Perusahaan|publisher=PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)|language=id|access-date=23 Maret 2023}}</ref> Pada bulan September 2022, untuk menyederhanakan bisnisnya, PLN resmi meluncurkan empat subholding, yakni [[PLN Energi Primer Indonesia]] untuk berbisnis di bidang pengadaan bahan bakar pembangkit listrik, [[PLN Icon Plus]] untuk berbisnis di bidang non-ketenagalistrikan, serta [[PLN Indonesia Power]] dan [[PLN Nusantara Power]] untuk berbisnis di bidang pembangkitan listrik.<ref name="subholding">{{Cite news|url=https://www.cnbcindonesia.com/news/20220922112508-4-374118/pln-resmi-punya-4-subholding-ini-perbedaan-tugasnya|title=PLN Resmi Punya 4 Subholding, Ini Perbedaan Tugasnya|publisher=CNBC Indonesia|first= Verda Nano|last=Setiawan|date=22 September 2022|language=id|access-date=12 Oktober 2022|work=[[CNBC Indonesia]]}}</ref>
Beberapa perusahaan yang merupakan bagian dari ANIEM antara lain:
# NV ANIEM di Surabaya dengan perusahaan-perusahaan di Banjarmasin, [[Pontianak]], [[Singkawang]], [[Banyumas]] dan [[Magelang]].
# NV ''Oost Java Electriciteits Maatschappij'' (OJEM) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di [[Lumajang]], [[Tuban]] dan [[Situbondo]].
# NV ''Solosche Electriciteits Maatschappij ''(SEM) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di [[Solo]], [[Klaten]], [[Sragen]], [[Yogyakarta]], [[Kudus]] dan [[Semarang]].
# NV Electriciteits Maatschappij Banjoemas (EMB) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di [[Purwokerto]], Banyumas, [[Purbalingga]], [[Sokaraja]], [[Cilacap]], [[Gombong]], [[Kebumen]], [[Wonosobo]], [[Maos]], [[Kroya]], [[Sumpyuh]] dan [[Banjarnegara]].
# NV Electriciteits Maatschappij Rembang (EMR) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di [[Blora]], [[Cepu]], [[Rembang]], [[Lasem]] dan [[Bojonegoro]].
# NV Electriciteits Maatschappij Sumatra (EMS) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di [[Bukit Tinggi]], [[Payakumbuh]], [[Padang Panjang]] dan [[Sibolga]].
# NV Electriciteits Maatschappij Bali en Lombok (EBALOM) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di [[Singaraja]], [[Denpasar]], [[Gianyar]], [[Tabanan]], [[Klungkung]], [[Ampenan]], [[Gorontalo]], dan [[Ternate]].
==== Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ====
'''18.. - 1906 PLTA PAKAR dan PLTM SALIDO KECIL'''
▲[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Waterkrachtwerk Bengkok aan de Tji Kampoendoeng TMnr 10010389.jpg|jmpl|Waterkrachtwerk Bengkok aan de Tjikapoendoeng, [[Bandung]]]]
Secara resmi, kelistrikan menggunakan [[pembangkit listrik tenaga air]] ([[PLTA]]) di Hindia Belanda dimulai pada tahun [[1906]], saat PLTA Pakar dengan sumber air dari [[Sungai Cikapundung]] dengan kekuatan 800 [[Kilowatt|KW]] diresmikan dan diberi nama '''''Waterkrachtwerk Pakar aan de Tjikapoendoengnabij Dago '''''di [[Bandung]], Jawa Barat. Pada tahun [[1913]], PLTA tersebut mulai dikelola BEM ('''''Bandoengsche Electriciteits Maatschappij''''') dan dapat dianggap sebagai salah satu pionir dalam pembangkitan listrik dengan tenaga air.
Sebelum PLTA Pakar dibangun, sebuah [[PLTM]] ([[Pembangkit Listrik Mikro Hidro]] atau PLTA berskala mikro/kecil) berkapasitas 330 KW telah dibangun di Gunung Arum, di daerah yahg sekarang termasuk Kanagarian Tambang, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten [[Pesisir Selatan]], [[Sumatra Barat]]. Pembangkit listrik yg dinamai '''''PLTM Salido Kecil''''' ini awalnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di [[Tambang Salido|tambang Gunung Arum]]. Sayangnya catatan kapan persisnya PLTM ini dibangun tidak ada, hanya diperkirakan akhir abad ke-19 saja.
'''1917 - Waterkraht Bureau'''
Pada tahun [[1917]], Biro Tenaga Air ('''''Waterkraht Bureau''''') di bawah Jawatan Perkeretaapian Negara ('''''SS - [[Staatsspoorwegen]]''''') diubah kedudukannya menjadi Jawatan Tenaga Air dan Listrik ('''''Dienst voor Waterkracht en Electriciteit'''''). Dengan begitu, jawatan tersebut mulai bergerak dalam pengembangan kelistrikan hingga penggunaan secara ekonomis dari sumber-sumber tenaga air tersedia.
Jawatan tersebut tak hanya mengurus pemberian lisensi-lisensi untuk tenaga air dan listrik, tetapi juga mengawasi pula kesamaan instalasi-instalasi listrik di seluruh Indonesia.
'''1920 - GEBEO'''
Pada [[1920]] didirikan Perusahaan Listrik Umum Bandung sekitarnya ('''''Gemeenschappelijk Electrisch Bedrif Bandoeng en Omstreken''''' disingkat GEBEO), dengan modal dari pemerintah dan swasta. Kemudian, maskapai tersebut mengambil alih PLTA Pakar di Bandung dan PLTA Cijedil (2x174 KW dan 2x220 KW) di [[Cianjur]]. Selanjutnya bekerjasama dengan perusahaan listrik negara untuk memasok listrik kepada masyarakat. Direksi bagian swasta dipegang oleh perusahaan swasta NV Maintz & Co. Pada 1934, ''Dienst voor Waterkraht an Electriciteit'' diubah menjadi '''''Electriciteitswezen''''' (Kelistrikan) singkatnya E.W.
Perusahaan ini membagi 2 wilayah pengelolaannya:
1. Perusahaan Tenaga Air Negara Dataran Tinggi Bandung ('''''Landswaterkrachtbedijf Bandoeng'''''), yg terdiri dari 2 sektor:
* ''A. Sektor Priangan''
PLTA-PLTA, yaitu Bengkok (3x1050 KW) dan Dago (1x 700KW) pada 1923 dengan menggunakan sumber air dari Sungai Cikapundung, selanjutnya Plengan (3x1050 KW, 1923), ditambah 2000 KW (1962) dan Lamajan dengan kapasitas 2x6400 KW (1924), dan ditambah 6400 KW pada 1933 dengan sumber air [[Sungai Cisangkuy]] dan [[Sungai Cisarua]].
Sebagai cadangan air untuk musin kemarau dibangun [[Situ Cileunca]] (9,89 Juta M3 air) pada 1922 dan [[Situ Cipanunjang]] (21,8 Juta M3 air) pada [[1930]]. Untuk mencapai jumlah banyaknya air seperti tersebut, maka bendungan Pulo, Playangan dan Cipanunjang dipertinggi pada [[1940]], sedangkan situ-situnya mendapat tambahan air dari sungai-sungai sekitarnya.
Dari PLTA Plengan dibangun jalur transmisi 30 KV sepanjang 80 Km ke GI-GI Sumadra, [[Garut]] dan [[Singaparna]] untuk mengantarkan tenaga listrik ke bagian [[Priangan Timur]]. Selanjutnya dari GI [[Kiaracondong]] dibangun jalur transmisi 30 KV ke GI [[Rancaekek]] hingga [[Sumedang]] ke Priangan Utara - Timur dan kemudian hingga PLTA [[Parakan]]. Kini tegangan Sumedang - Parakan sudah menjadi 70 KV.
Dari PLTA Lamajan pada [[1928]] dibangun jalur transmisi 30 KV (kemudian 70 KV) ke GI [[Padalarang]], [[Purwakarta]], dan [[Kosambi]] untuk daerah Priangan Barat dan pada tahun [[1966]] dari Kosambi ke Cawang. Pada tahun [[192]]0 dibangun [[PLTU]] [[Dayeuhkolot]] (2x750 KW) untuk keperluan pemancar radio ke luar negeri, namun pada [[1940]] dibongkar dan kemudian menjadi [[PLTD]] Dayeuhkolot (2x550 KW). Kini seluruhnya telah tiada dan bangunan menjadi GI Dayeuhkolot, gudang, dan bengkel Dayeuhkolot yang sudah ada duluan. Pada [[1928]] dibangun '''''Central Electriciteit Laboratorium''''', disingkat '''CEL''' di komplek Sekolah Tinggi Tinggi ('''''Technische Hooge School''''') Bandung, yang meliputi pekerjaan testing dan perbaikan peralatan listrik. Kini CEL telah diserahkan kepada [[Institut Teknologi Bandung]] ([[ITB]]).
''B. Sektor Cirebon''
Berhubungan dengan rencana pembangunan PLTA Parakan (4x2500KW) pada tahun 1939 didirikan Perusahaan Tenaga Air Negara [[Cirebon]] ('''''Landswaterkrachtbedrijf Cirebon'''''). Kota Cirebon dan sekitarnya dahulu mendapat energi listrik dari PLTD Kebonbaru kepunyaan maskapai Gas Hindia Belanda (''Nederland Indische Gas Maatschappij ''atau NIGM).
2. Perusahaan Tenaga Air Negara Jawa Barat ('''''Landswaterkrachtbedrift West Java''''')
Perusahaan ini mempunyai PLTA Ubrug (2x5400 KW) pada tahun [[1924]] ditambah dengan 1x6300 KW pada tahun lima puluhan dan PLTA Kracak (2x5500 KW) pada tahun [[1929]], kemudian ditambah dengan 1x5500 KW.
Kedua PLTA tersebut dengan perantaraan transmisi 70 kV dihubungkan bersama ke GI di [[Bogor]] dan dari sini dihantarkan dengan jaringan transmisi 70 kV ke Jakarta dengan GI-GI [[Cawang]], [[Meester Cornelis]] ([[Jatinegara]]), [[Weltevreden]] ([[Gambir]]), dan [[Ancol]].
Dari PLTA Ubrug pada 1926 dibangun jalur transmisi 30 KV ke GI Lembursitu sepanjang 16 km untuk [[Sukabumi]] dan sekitarnya. Dari PLTA Kracak pada 1931 dibangun jalur transmisi 30 kV sepanjang 57 km untuk [[Rangkasbitung]] dan sekitarnya.
'''<u>Catatan:</u>'''
# PLTA Pakar dan PLTA Bengkok di [[Dago]] Bandung masih beroperasi sampai sekarang di bawah pengelolaan [[Indonesia Power|PT Indonesia Power]] UBP [[Saguling]].
# PLTM Salido Kecil sempat mangkrak pada tahun [[1959]] akibat turbinnya diterjang banjir Sungai Salido Kecil, kemudian pada [[1978]] dikelola PT Anggrek Mekar Asri sampai sekarang memasok listrik untuk kota [[Painan]] dan sekitarnya.
=== Masa Pendudukan Jepang (1942 - 1945) ===
▲Seandainya sejarah bisa berandai-andai, tentu bangsa Indonesia akan dilayani oleh sistem kelistrikan yang amat efektif dari sebuah sistem usaha peninggalan kolonial Belanda. Sayang, kinerja yang amat baik dari ANIEM harus terputus karena pendudukan tentara Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Sejak pendudukan tentara Jepang, perusahaan listrik diambil alih oleh pemerintah Jepang. Urusan kelistrikan di seluruh Jawa kemudian ditangani oleh sebuah lembaga yang bernama '''''Djawa Denki Djigjo Kosja''''' (ジャワ電気事業公社). Nama tersebut kemudian berubah menjadi '''''Djawa Denki Djigjo Sja''''' (ジャワ電気事業社) dan menjadi cabang dari '''''Hosjoden Kabusiki Kaisja''''' (日本発送電株式会社) yang berpusat di [[Tokyo]]. Djawa Denki Djigjo Sja dibagi menjadi 3 wilayah pengelolaan yaitu [[Jawa Barat]] diberi nama '''''Seibu Djawa Denki Djigjo Sja''''' (西部ジャワ電気事業社) yang berpusat di [[Jakarta]], di [[Jawa Tengah]] diberi nama '''''Tjiobu Djawa Denki Djigjo Sja''''' (中部ジャワ電気事業社) dan berpusat di [[Semarang]], dan di [[Jawa Timur]] diberi nama '''''Tobu Djawa Denki Djigjo Sja''''' (東部ジャワ電気事業社) yang berpusat di [[Surabaya]].
Pengelolaan listrik oleh Djawa Denki Djigjo Sja berlangsung sampai Jepang menyerah kepada [[Sekutu]] dan [[Indonesia]] merdeka. Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu, para pekerja yang bekerja di Tobu Djawa Denki Djigjo Sja berinisiatif untuk menduduki lembaga pengelola listrik tersebut dan mencoba mengambil alih pengelolaan. Untuk menjaga agar listrik tidak menjadi sumber kekacauan, pada [[25 Oktober]] [[1945]] pemerintah membentuk '''''Djawatan Listrik dan Gas Bumi''''' yang bertugas untuk mengelola kelistrikan di Indonesia yang baru saja merdeka. Usaha untuk mengelola kelistrikan ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah, di samping karena status kepemilikan pembangkit-pembangkit yang belum jelas juga karena minimnya pengalaman pemerintah dalam bidang kelistrikan. Sebagian besar pembangkit rusak parah karena salah urus pada masa pendudukan tentara Jepang.
=== Masa Kemerdekaan Indonesia (1945 - sekarang) ===
Setelah diproklamirkannya kemerdekaan [[Indonesia]], tanggal [[17 Agustus]] [[1945]], perusahaan listrik yang dikuasai [[Jepang]] direbut oleh pemuda-pemuda [[Indonesia]] pada bulan [[September]] 1945, lalu diserahkan kepada pemerintah Republik [[Indonesia]]. Pada tanggal [[27 Oktober]] [[1945]], pemerintah Indonesia pun membentuk Jawatan Listrik dan Gas. Saat itu, kapasitas [[pembangkit tenaga listrik]] hanyalah sebesar 157,5 MW. Pada tanggal [[1 Januari]] [[1961]], pemerintah membentuk BPU - [[PLN]] (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang [[listrik]], [[gas]] dan [[kokas]]. Pada tanggal [[1 Januari]] [[1965]], BPU-[[PLN]] dibubarkan dan dibentuk dua perusahaan negara, yakni Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mengelola ketenagalistrikan dan [[Perusahaan Gas Negara]] (PGN) untuk mengelola [[gas]]. Saat itu, kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN baru sebesar 300 MW. Pada tahun [[1972]], pemerintah [[Indonesia]] menetapkan status PLN sebagai sebuah [[perusahaan umum]]. Pada tahun [[1990]], melalui Peraturan Pemerintah No 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan di Indonesia. Pada tahun [[1992]], pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor [[swasta]] untuk berbisnis di bidang ketenagalistrikan. Pada tahun [[2013]], PLN meraih Peringkat 1 pada Keterbukaan Informasi Publik 2013.<ref>[http://www.pln.co.id/blog/pln-raih-peringkat-1-keterbukaan-informasi-publik-2013/]</ref> Pada tahun [[2014]], PLN masuk dalam daftar [[Fortune Global 500]] di urutan ke-477. Pada tahun [[2015]], PLN kembali masuk dalam daftar [[Fortune Global 500]] di urutan ke-480. Pada tahun [[2016]], PLN menempati peringkat ke-46 dalam “Getting Electricity”.<ref>[http://energitoday.com/2016/04/pln-masuk-peringkat-46-besar-dunia-dalam-getting-electricity/]</ref> Pada bulan September 2022, untuk menyederhanakan bisnisnya, PLN resmi meluncurkan empat subholding, yakni [[PLN Energi Primer Indonesia]] yang bergerak di bidang pengadaan bahan bakar pembangkit listrik, [[PLN Icon Plus]] yang bergerak di bidang non-ketenagalistrikan, serta [[PLN Indonesia Power]] dan [[PLN Nusantara Power]] yang bergerak di bidang pembangkitan listrik.<ref name="subholding">{{Cite news|url=https://www.cnbcindonesia.com/news/20220922112508-4-374118/pln-resmi-punya-4-subholding-ini-perbedaan-tugasnya|title=PLN Resmi Punya 4 Subholding, Ini Perbedaan Tugasnya|publisher=CNBC Indonesia|first= Verda Nano|last=Setiawan|date=22 September 2022|language=id|access-date=12 Oktober 2022|work=[[CNBC Indonesia]]}}</ref>
== Direktur Utama ==
|