Eka Nusa Pertiwi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Firda asmara (bicara | kontrib)
Perbaikan konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Firda asmara (bicara | kontrib)
→‎Karier: Penambahan yang kuranh
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 25:
 
== Karier ==
PadaEka 2008Nusa Pertiwi, iaseorang mendapataktris, beasiswaseniman, untukperiset berkuliahdan diaktivis [[ISIteater, Yogyakarta]]memulai jurusankarirnya Teaterpada dengantahun minat2006 utamadi pemerananJakarta. Pada tahun 20092008, iaEka mendapatkanpindah penghargaanke sebagaiYogyakarta Aktrisuntuk Monologmendalami Favoritilmu dalamteater Festivaldi Kesenian[[Institut Yogyakarta.Seni KemudianIndonesia Yogyakarta]], padadi 2010,mana ia menjadifokus perwakilanpada aktrisakting dalam pertunjukan teater yangrealis. berkolaborasiPada dengantahun 2010, Eka mendapatkan kesempatan menjadi perwakilan seniman Jepangmuda Indonesia dalam program Revitalisasi Senirevitalisasi Indonesia-Jepang di [[Osaka]].
 
Eka Nusa juga aktif sebagai seniman di Padepokan Seni Bagong Kusudiardja dari tahun 2010 hingga 2012. Karir aktingnya dalam film dimulai pada tahun 2009 dengan film pendek, dan pada tahun 2012, ia membintangi film panjang berjudul "Mata Tertutup" yang disutradarai oleh Garin Nugroho. Ia juga memerankan perempuan dengan sindrom Down akibat pemerkosaan dalam film "The Window" karya sutradara Nurman Hakim. Pada tahun 2017, Eka bermain dalam film fiksi ilmiah pertama buatan Indonesia yang berjudul "Tengkorak".
Ia juga aktif berkegiatan di Padepokan Seni Bagong Kusudiardja hingga tahun 2012.
 
Selain berakting di film dan teater, Eka juga aktif dalam menciptakan pertunjukan kolaboratif bersama seniman dari berbagai disiplin seni, baik dari Indonesia maupun dari Meksiko, Jerman, Perancis, dan Amerika sejak tahun 2017. Setelah kembali dari riset di San Francisco, Eka mulai menciptakan karya eksperimental seperti "WhatsApp Theater".
 
Sejak tahun 2017, Eka telah melakukan riset tentang kain lurik, dan saat ini ia terus mengembangkan hasil riset tersebut menjadi pertunjukan teater dan busana tradisional dunia. Beberapa karya pertunjukannya yang berasal dari riset tentang lurik antara lain "Flash of Life 2022" dan "Dongeng Cinta Putri Bambu 2019". Dari risetnya tentang orang-orang Papua, ia juga memproduksi pertunjukan teater yang dipentaskan di seluruh Papua bersama anak-anak muda Papua yang berjudul "Tong Punya" dan "Bakar Batu" pada tahun 2021, yang berhasil menginspirasi anak-anak muda Papua untuk menjaga tanah dan budaya mereka serta mencintai negara Indonesia.
 
Tahun 2019, Eka menjadi salah satu tim perumus SKKNI Pemeranan Film & Televisi di bawah naungan [[Badan Perfilman Indonesia]] & [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia]].
 
Sejak tahun 2020, Eka Nusa tergerak untuk menjadi aktivis teater dan menjadi ketua Asosiasi Suara Teater Nusantara. Ia mendirikan sekolah akting bernama Laboratory of Acting yang berfokus pada metode akting berbasis penelitian serta mendirikan Asian Performance Study, sebuah perkumpulan seniman internasional yang melakukan riset tentang Asia.
 
Pada 2020, ia menjadi ketua umum Asosiasi Suara Teater Nusantara dan Direktur Asian Perfomance Study, serta sebagai pengajar yang juga pendiri dari Laboratory of Acting.<ref>{{cite web|url=http://soloevent.id/eka nusa-pertiwi-anak-teater-yang-lebarkan-karir-ke-film/|website=Soloevent|title=Eka Nusa Pertiwi: Anak Teater yang Lebarkan Karir ke Film|date=21 Desember 2018}}</ref>