Ibnu Sina: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 49:
Menyadari bahwa Ibnu Sina lebih mahir dalam penguasaan filsafat dari dirinya, An-Natili kemudian meninggalkan Bukhara menuju Gurganja,<ref name=":2" /> guna mencari murid lain yang lebih membutuhkannya.<ref name=":0" /> Maka sejak itu Ibnu Sina mempelajari filsafat seorang diri, mulai dari ''Fisika'' (filsafat alam) dan ''Metafisika'' karya Aristoteles, berikut berbagai karya pengantar tentangnya, juga berbagai karya tentang pengobatan secara luas dan mendalam. Dan ketika Ibnu Sina berusia 16 tahun, sebagaimana tradisi di Bukhara bagi anak yang menjelang akil baligh, dia pun mulai mendalami fiqih secara khusus.
 
Satu setengah tahun kemudian, atau saat berusia 17 tahun lebih, Ibnu Sina mengulang pelajaran filsafat dari awal, dimulai dari ''Organon'' hingga ''Fisika'' dan ''Metafisika''. Dalam autobiografinya dikatakan:<ref name=":2" /><blockquote>Hampir setiap malam saya selalu berada di kamarku dengan lampu yang menyala, dan menghabiskan waktu untuk membaca dan menulis. Manakala merasa ngantuk atau lelah, biasanya saya istirahat sejenak dan menghabiskan segelas sirup [herbal] hingga kekuatan saya kembali pulih, dan kemudian saya akan meneruskan melahap buku-buku. Setiap kali saya tertidur karena kantuk, saya kerap memimpikan masalah-masalah yang sedang dihadapi hingga ke akarnya. Dan sungguh, betapa banyak masalah menjadi jelas duduk perkaranya dalam mimpi (''ru'ya'') saya. Semua itu saya jalani hingga saya benar-benar menguasai berbagai cabang filsafat, dan saya memahaminya sejauh yang bisa dicapai oleh seorang manusia.</blockquote>Satu-satunya topik filsafat yang tidak dikuasai Ibnu Sina adalah ''Metafisika'' [[Aristoteles]]. Hingga pada suatu hari, saat sedang berjalan-jalan di sebuah pasar, dia menemukan sebuah buku karya [[Al-Farabi]] berjudul ''Fi Agrādhi Kitāb Mā Ba’da al-Thabi’ah'' (Penjelasan atas Kitab Metafisika). Dari karya Al-Farabi itulah akhirnya Ibnu Sina bisa memahami Metafisika.<ref name=":1" /><ref name=":2" />
 
Sejumlah teori telah diusulkan mengenai madzhab Ibnu Sina. Para peneliti modern, seperti Dimitri Gutas, Aisha Khan dan Jules J. Janssens, serta Robert Wisnovsky, umumnya berpendapat bahwa Ibnu Sina bermadzhab [[Mazhab Hanafi|Sunni Hanafi]]; Seyyed Hossein Nasr, berdasarkan catatan Nurullah Shushtari, menyatakan bahwa ia kemungkinan besar bermadzhab [[Syiah Dua Belas Imam|Syiah Imamah]]; dan Sharaf Khorasani meyakini bahwa ia pengikut madzhab [[Ismailiyah]]. Namun sebagaimana autobiografinya,<ref name=":1" /> Ibnu Sina menolak ajaran Ismailiyah dan memperdalam fiqih dari seorang sufi dan ulama bermadzhab [[Mazhab Hanafi|Hanafi]] bernama Ismail al-Zahid; dan inilah yang menjadi dasar para peneliti modern.
 
=== Masa dewasa ===
{{Noref section}}