Ibnu Sina: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Jatuhnya Isfahan dan Masa Tua: Mausoleum Ibnu Sina di Hamadhan
Baris 80:
Selang beberapa waktu, untuk alasan yang tidak disebutkan, sekitar tahun 1014 Ibnu Sina meninggalkan Gorgan menuju [[Ray, Iran|Ray]] di Persia, kota tempat kelahiran Khalifah [[Harun Ar-Rasyid|Harun al-Rasyid]].<ref name=":3" /> Saat tiba di Ray, kota itu dipimpin seorang emir dari [[Dinasti Buwaihi]] yang masih kecil bernama Majd al-Dawla, sehingga pada waktu itu ibunya, Sayyidah Syirin (wafat 1028), yang secara ''de facto'' berkuasa.<ref>{{Cite journal|last=Sajjadi|first=Sadeq|last2=Asatryan|first2=Translated by Mushegh|last3=Melvin-Koushki|first3=Translated by Matthew|date=2021-06-17|title=Būyids|url=https://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-islamica/*-COM_05000055|journal=Encyclopaedia Islamica|language=en|publisher=Brill|doi=10.1163/1875-9831_isla_com_05000055}}</ref> Sebagaimana dikisahkan Juzjani, Majd al-Dawla menderita sakit dan ditempatkan ibunya di harem dan Ibnu Sina ditugaskan untuk merawatnya.<ref name=":3" />
 
Ibnu Sina menetap di Ray selama dua hingga tiga tahun, dan di sana menyelesaikan sebuah buku berjudul ''Kitāb al-Ma'ad'' (Buku Masa Kembali).<ref name=":3" /> Setelah itu Ibnu Sina pergi dari Ray menuju Qazwin, kemudian menuju HamadhanHamadan dan diangkat sebagai wazir (perdana menteri) Syams al-Dawla, yang tidak lain saudara Majd al-Dawla. Meski Juzjani tidak menceritakan alasan kepindahan Ibnu Sina, namun Khvandamir, sejarahwan Persia abad ke-15, menceritakan bahwa Ibnu Sina membuat marah Sayyidah Syirin karena bersikeras bahwa salah satu putranya memiliki hak atas kerajaan.<ref name=":3" />
 
Dalam kesibukannya sebagai wazir kerajaan, Juzjani meminta gurunya untuk terus menulis dan Ibnu Sina berjanji untuk memenuhinya.<ref name=":1" /> Maka atas bantuan Juzjani dan murid-muridnya yang lain, setiap malam Ibnu Sina mengadakan pertemuan di rumahnya bersama murid-muridnya, sehinga akhirnya Ibnu Sina berhasil menyelesaikan bukunya ''[[Qanun Kedokteran|Al-Qānūn fī al-Thibb]]'' (Kanon Kedokteran) yang telah dimulai sejak di Gorgon, serta mulai menulis [[Kitab Penyembuhan|''Kitāb al-Syifā'']] (Buku Penyembuhan).<ref name=":3" /><ref name=":7">{{Cite book|last=Adamson|first=Peter|date=2013|title=Interpreting Avicenna: critical essays|location=Cambridge New York|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-19073-2}}</ref> Dari riwayat yang lain dikatakan bahwa setiap pagi, sebelum berangkat bekerja, Ibnu Sina selalu menyempatkan diri untuk menulis ''Kitāb al-Syifā'', kemudian memanggil murid-muridnya dan membacakan tulisannya.<ref name=":3" />
 
Ketika Syams al-Dawla meninggal tahun 1021, para jendral meminta Sama al-Dawla, yang naik tahta menggantikan ayahnya, untuk tetap menjadikan Ibnu Sina sebagai wazir kerajaan. Tetapi Ibnu Sina menulak permintaan ini, yang alasannya, menurut Soheil M. Afnan, karena sebelumnya para jendral di HamadhanHamadan sempat menyerang Ibnu Sina.<ref name=":3" /> Alih-alih tetap menjadi wazir, Ibnu Sina memilih untuk pergi dan bersembunyi atas bantuan pelindungnya, Abu Ghalib al-Attar;<ref name=":6" /> di mana pada kurun inilah Ibnu Sina berhasil menyelesaikan ''Kitāb al-Syifā'' yang dia tulis 50 halaman setiap harinya.<ref name=":7" />
 
Selama dalam persembunyian, Ibnu Sina sempat melakukan korespondensi rahasia dengan 'Ala al-Dawla, penguasa di Isfahan, dan menawarkan diri untuk menjadi pembantunya. Penguasa di HamadhanHamadan, khususnya menteri bernama Tāj-al-Mulk, mencium peristiwa ini dan menuduh Ibnu Sina melakukan pengkhianatan. Maka mereka pun menangkap Ibnu Sina dan memenjarakannya di sebuah kastil di luar Hamadān yang disebut Fardajān.<ref name=":6" /> Ibnu Sina dipenjara selama hampir empat bulan hingga pasukan 'Ala al-Dawla dari Isfahan menyerang HamadhanHamadan dan mengakhiri pemerintahan Samāʾ al-Dawla pada 1023. Ibnu Sina pun bebas.
 
Selama dalam tahanan, Ibnu Sina menyelesaikan menyibukkan diri dengan menulis dan menyelesaikan ''Kitāb al-Hidāya''h (Buku Hidayah), ''Risālah Hayy bin Yaqdzān'' (Kisah Kehidupan Orang yang Waspada), ''Kitāb al-Qulanj'' (Buku tentang Kolik/Sakit Perut), dan ''Al-Adawiyāt al-Qalbiyah'' (Pengobatan Jantung). Ketika sudah keluar dari tahanan dan saat masih berada di HamadhanHamadan, Ibnu Sina menghabiskan waktu menulis bab logika dari ''Kitāb al-Syifā''.
 
=== Periode Stabil di Isfahan ===
Ibnu Sina sempat ditawari kembali untuk menduduki posisi administratif di HamadhannHamadan tetapi dia menolaknya. Selang beberapa waktu, Ibnu Sina memutuskan untuk pindah ke Isfahan bersama para pengikutnya, yakni Juzjani dan saudaranya, serta dua orang budak.<ref name=":6" /> Mereka menyamar menggunakan pakaian sufi hingga akhirnya tiba di gerbang Isfahan. Di sana mereka disambut sahabat-sahabatnya, kemudian dibawa ke sebuah rumah yang sudah disapkan sebagai tempat kediamannya.<ref name=":3" />
 
Pindah ke Isfahan dan berada di bawah perlindungan 'Ala al-Dawla, tampaknya merupakan keputusan yang tepat dan menjadi periode paling stabil dalam kehidupan Ibnu Sina.<ref name=":7" /> Dalam kalimat Juzjani, penguasa Kakuyiah itu "memberikan rasa hormat dan penghargaan yang sudah sepantasnya diterima oleh seseorang sekaliber dia [Ibnu Sina]."<ref name=":6" /> Tidak heran bila 'Ala al-Dawla mengeluarkan maklumat: pada setiap Jumat malam sebuah pertemuan digelar bagi Ibnu Sina untuk membahas topik ilmiah dan filosofis, dan dihadiri orang-orang terpelajar dari semua golongan.<ref name=":3" />
Baris 105:
 
=== Jatuhnya Isfahan dan Masa Tua ===
[[Berkas:Мавзолей Авиценны 1.JPG|al=Pemakaman Ibnu Sina|kiri|jmpl|Mausoleum Ibnu Sina di [[Hamadan, Iran]]]]
Sayyidah Syirin, yang menjadi penguasa di Ray atas nama putranya, meninggal pada 1028. Peristiwa itu memberi jalan bagi Sultan Mahmud untuk menyerang [[Dinasti Buwaihi]]. Sultan [[Ghaznawiyah]] itu sudah lama mengincar Persia Tengah, namun terhalang oleh kehadiran penguasa perempuan sehingga menahan diri untuk melakukan serangan.<ref name=":3" /> Tetapi Majd al-Dawla terbukti tidak secakap ibunya. Sepeninggal Sayyidah Syirin, pemberontakan melanda Ray dan memaksa Majd al-Dawla meminta bantuan penguasa Ghaznawiyah. Menggunakan undangan Majd al-Dawla sebagai dalih, Sultan Mahmud mengirimkan pasukan ke Ray dan menaklukan Majd al-Dawla pada 1029.<ref name=":8">{{Cite book|last=Bosworth|first=C. E.|date=1968|url=https://www.cambridge.org/core/books/cambridge-history-of-iran/political-and-dynastic-history-of-the-iranian-world-ad-10001217/024AA8933D346C06170E0D72EA6D71A4|title=The Political and Dynastic History of the Iranian World (A.D. 1000–1217)|location=Cambridge|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-06936-6|editor-last=Boyle|editor-first=J. A.|series=The Cambridge History of Iran|volume=5|pages=1–202|doi=10.1017/chol9780521069366.002|url-status=live}}</ref>
 
Baris 114:
Ibnu Sina dikabarkan terus menemani 'Ala al-Dawla dalam setiap kesempatan, bahkan dalam perang sekalipun. Pada tahun-tahun terakhir inilah Ibnu Sina dikabarkan mulai jatuh sakit dan menderita kolik hebat.<ref name=":3" /> Meski Ibnu Sina sudah berusaha mengobati dirinya sendiri, namun penyakitnya tidak sepenuhnya lenyap. Kemudian, saat menemani 'Ala al-Dawla dalam ekspedisi, penyakit Ibnu Sina kembali kambuh. Pada saat itu Ibnu Sina menyadari bahwa kekuatan tubuhnya menyusut dengan cepat dan seolah menyadari kematiannya sudah dekat, dia meminta untuk menghentikan semua pengobatannya dan berkata, "Tidak ada gunanya lagi mencoba menyembuhkan penyakit saya."<ref name=":3" />
 
Setelah bertahan beberapa hari, tidak lama setelah mereka memasuki HamadhanHamadan, Ibnu Sina meninggal dan dimakamkan di sana pada sekitar bulan Juni/Juli 1037 (Ramadhan 428 hijriah) dalam usia 58 tahun.
 
== Filsafat ==
Baris 145:
=== Eksperimen pikiran ===
 
Sementara ia dipenjarakan di kastil Fardajan dekat HamadhanHamadan, Ibnu Sina menulis yang terkenal "Mengambang Man" nya - benar jatuh man - percobaan berpikir untuk menunjukkan manusia kesadaran diri dan kekukuhan dan tidak material jiwa. Ibnu Sina percaya nya "Mengambang Man" eksperimen pikiran menunjukkan bahwa jiwa adalah substansi, dan mengklaim manusia tidak dapat meragukan kesadaran mereka sendiri, bahkan dalam situasi yang mencegah semua input data sensorik. Pikiran percobaan kepada pembacanya untuk membayangkan diri mereka diciptakan sekaligus sementara ditangguhkan di udara, terisolasi dari semua sensasi, yang mencakup tidak ada kontak sensorik bahkan dengan tubuh mereka sendiri. Dia berargumen bahwa, dalam skenario ini, kita masih akan memiliki kesadaran diri. Karena dapat dibayangkan bahwa seseorang, ditangguhkan sementara udara terputus dari pengalaman rasa, masih akan mampu menentukan eksistensi sendiri, poin pemikiran percobaan untuk kesimpulan bahwa jiwa adalah kesempurnaan, independen dari tubuh dan immaterial zat. The conceivability ini "Mengambang Man" menunjukkan bahwa jiwa dianggap intelektual, yang mencakup keterpisahan jiwa dari tubuh. Avicenna disebut kecerdasan manusia hidup, terutama intelek aktif, yang ia percaya untuk menjadi hypostasis yang melaluinya Tuhan berkomunikasi kebenaran kepada pikiran manusia dan menanamkan ketertiban dan kejelasan dengan alam.
 
== Karya Ibnu Sina ==