Arthur Schopenhauer: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 267:
Schopenhauer adalah filsuf Jerman paling berpengaruh sampai dengan [[Perang Dunia I|Perang Dunia Pertama]].<ref name="Weltschmerz">{{Cite book|last=Beiser|first=Frederick C.|year=2008|title=Weltschmerz, Pessimism in German Philosophy, 1860–1900|location=Oxford|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-876871-5|pages=14–16|quote=Arthur Schopenhauer was the most famous and influential philosopher in Germany from 1860 until the First World War. ... Schopenhauer had a profound influence on two intellectual movements of the late 19th century that were utterly opposed to him: neo-Kantianism and positivism. He forced these movements to address issues they would otherwise have completely ignored, and in doing so he changed them markedly. ... Schopenhauer set the agenda for his age.}}</ref> Filsafatnya menjadi dasar pemikiran bagi generasi filsuf selanjutnya, termasuk [[Karl Robert Eduard von Hartmann]], Philipp Mainländer, dan [[Friedrich Nietzsche]]. Karya-karyanya membentuk perdebatan-perdebatan intelektual, dan memaksa pandangan-pandangan yang sepenuhnya menentangnya seperti [[Neo Kantianisme|neo-Kantianisme]] dan [[positivisme]] untuk mengatasi isu-isu yang telah mereka abaikan.<ref name="Weltschmerz" /> Penulis Perancis [[Guy de Maupassant|Maupassant]] berkomentar bahwa "saat ini bahkan mereka yang membencinya tampaknya masih mengadopsi unsur-unsur pemikiran Schopenhauer ke dalam jiwa mereka sendiri".<ref>Beside Schopenhauer's Corpse</ref> Filsuf abad ke-19 lain yang mengaku terpengaruh filsafat Schopenhauer antara lain [[Hans Vaihinger]], [[Vladimir Solovyov (filsuf)|Solovyov]] dan [[Otto Weininger|Weininger]].
Karya-karya Schopenhauer juga dibaca dengan baik oleh para fisikawan terutama [[Albert Einstein|Einstein]], [[Erwin Schrödinger|Schrödinger]], [[Wolfgang Pauli]],<ref>{{Cite book|last=Howard|first=Don|year=1997|title=A Peek behind the Veil of Maya: Einstein, Schopenhauer, and the Historical Background of the Conception of Space as a Ground for the Individuation of Physical Systems|publisher=University of Pittsburgh Press|quote=Pauli greatly admired Schopenhauer. ... Pauli wrote sympathetically about extrasensory perception, noting approvingly that "even such a thoroughly critical philosopher as Schopenhauer not only regarded parapsychological effects going far beyond what is secured by scientific evidence as possible, but even considered them as a support for his philosophy".}}</ref> dan [[Ettore Majorana|Majorana]].<ref name="Majorana">{{Cite book|last=Bassani|first=Giuseppe-Franco|date=15 December 2006|title=Ettore Majorana: Scientific Papers|publisher=Springer|isbn=978-3-540-48091-4|editor-last=Società Italiana di Fisica|page=xl|quote=His interest in philosophy, which had always been great, increased and prompted him to reflect deeply on the works of various philosophers, in particular Schopenhauer.}}</ref> Einstein menganggap pemikiran Schopenhauer sebagai "sumber penghiburan tiada henti" dan menyebutnya jenius.<ref>{{Cite book|last=Isaacson|first=Walter|year=2007|title=Einstein: His Life and Universe|location=New York|publisher=Simon & Schuster|isbn=978-0-7432-6474-7|page=367}}</ref> Di ruang kerja Einstein di Berlin, terdapat tiga tokoh yang dipajang di dinding: [[Michael Faraday|Faraday]], [[James Clerk Maxwell|Maxwell]], dan Schopenhauer.<ref>Howard (1997). p. 87</ref> Arsitek Konrad Wachsmann menulis: "Dia sering duduk dengan salah satu buku Schopenhauer yang sudah usang
Ketika [[Erwin Schrödinger]] menemukan karya-karya Schopenhauer (yang ia anggap sebagai "sarjana terhebat di Barat") ia mempertimbangkan untuk pindah bidang studi dari fisika ke filsafat.<ref>{{Cite book|last=Halpern|first=Paul|year=2015|title=Einstein's Dice and Schrödinger's Cat: How Two Great Minds Battled Quantum Randomness to Create a Unified Theory of Physics|publisher=Basic Books|isbn=978-0-465-04065-0|page=189}}</ref> Namun, Schrödinger tetap mempertahankan pandangan idealisnya selama sisa hidupnya.<ref>Howard (1997). p. 132</ref> [[Wolfgang Pauli]] setuju dengan prinsip utama metafisika Schopenhauer: bahwa [[An sich|benda dalam dirinya sendiri]] adalah kehendak.<ref>{{Cite web|last=Raymond B. Marcin|title=Schopenhauers Metaphysics and Contemporary Quantum Theory|url=https://www.academia.edu/6149849|quote=David Lindorff referred to Schopenhauer as Pauli's "favorite philosopher", and Pauli himself often expressed his agreement with the main tenet of Schopenhauer's philosophy. … Suzanne Gieser cited a 1952 letter from Pauli to Carl Jung, in which Pauli indicated that, while he accepted Schopenhauer's main tenet that the thing-in-itself of all reality is will.}}{{Pranala mati}}</ref>
Schopenhauer paling terkenal di antara para artis dan seniman. Komposer [[Richard Wagner]] menjadi salah satu pengikut filsafat Schopenhauerian yang paling awal dan terkenal.<ref>See e.g. Magee (2000) 276–278.</ref> Namun, kekaguman Wagner tidaklah bersifat timbal-balik; Schopenhauer mengatakan: "Saya tetap setia pada Rossini dan Mozart!"<ref>{{Cite book|last=Nicholas Mathew, Benjamin Walton|title=The Invention of Beethoven and Rossini: Historiography, Analysis, Criticism|page=296}}</ref> Oleh karena itu, ia dijuluki “filsuf para artis”. Lihat juga [[Tristan und Isolde|Pengaruh Schopenhauer pada ''Tristan und Isolde'']].
Karena pengaruh Schopenhauer, sastrawan [[Leo Tolstoy]] menjadi yakin bahwa kebenaran semua agama terletak pada penolakan atau pengunduran diri. Ketika dia membaca filsafat Schopenhauer, Tolstoy berseru, “Saat ini saya yakin bahwa Schopenhauer adalah orang paling jenius di antara manusia...
Penulis [[Jorge Luis Borges]] mengatakan bahwa alasan dia tidak pernah menulis secara sistematis tentang pandangan dunianya, meskipun dia menyukai filsafat dan metafisika pada khususnya, adalah karena Schopenhauer telah menuliskan untuknya.<ref>{{Cite book|last=Magee|first=Bryan|year=1997|title=Confessions of a Philosopher|page=413}}</ref> Tokoh-tokoh sastra lain yang sangat dipengaruhi oleh Schopenhauer antara lain [[Paul Thomas Mann|Thomas Mann]], [[Thomas Hardy]], [[Afanasy Fet]], [[Joris-Karl Huysmans]], [[Hermann Hesse]],<ref>Punsly, Kathryn (2012). [https://scholarship.claremont.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1353&context=cmc_theses ''The Influence of Nietzsche and Schopenhauer on Hermann Hesse'']. CMC Senior Theses. Paper 347. Retrieved on 19 March 2021.</ref> [[Machado de Assis]],<ref>{{Cite book|last=Wicks, Robert|date=2011|title=Schopenhauer's The world as will and representation: a reader's guide|location=London|publisher=Continuum|isbn=978-0-8264-3181-3|oclc=721337622}}</ref> [[Marcel Proust]] dan [[George Santayana]].<ref>{{Cite journal|last=Caleb Flamm|first=Matthew|year=2002|title=Santayana and Schopenhauer|journal=Transactions of the Charles S. Peirce Society|volume=38|issue=3|pages=413–431|jstor=40320900|quote=A thinker of whom it is well known that Santayana had an early, deep admiration, namely, Schopenhauer}}</ref> Pada tahun-tahun terakhir [[Herman Melville]], ketika dia menulis ''Billy Budd'', dia membaca esai Schopenhauer dan menandainya dengan cermat. Akademisi Brian Yothers mencatat bahwa Melville "menandai banyak pernyataan misantropis dan bahkan bunuh diri, yang menunjukkan
== Lihat Juga ==
|