Arthur Schopenhauer: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 157:
Sebagai konsekuensi dari pandangan filsafat [[Monisme|monistiknya]], Schopenhauer sangat memperhatikan kesejahteraan hewan.<ref>Christina Gerhardt, "Thinking With: Animals in Schopenhauer, Horkheimer and Adorno." ''Critical Theory and Animals''. Ed. John Sanbonmatsu. Lanham: Rowland, 2011. 137–157.</ref><ref>Stephen Puryear, [https://philpapers.org/rec/PURSOT "Schopenhauer on the Rights of Animals." ''European Journal of Philosophy'' 25/2 (2017):250-269].</ref> Menurutnya, semua hewan, termasuk manusia, pada dasarnya adalah manifestasi dari Kehendak. Baginya, kata "kehendak" berarti kekuatan, gaya, dorongan, energi, kemauan dan keinginan. Karena setiap entitas yang hidup memiliki kehendak, manusia dan hewan pada dasarnya adalah sama dan dapat saling memahami satu sama lain.<ref>"Unlike the intellect, it [the Will] does not depend on the perfection of the organism, but is essentially the same in all animals as what is known to us so intimately. Accordingly, the animal has all the emotions of humans, such as joy, grief, fear, anger, love, hatred, strong desire, envy, and so on. The great difference between human and animal rests solely on the intellect's degrees of perfection. ''On the Will in Nature'', "Physiology and Pathology".</ref> Oleh karena itu, ia mengklaim bahwa orang yang baik pasti akan mempunyai simpati terhadap hewan yang merupakan sesama penderita.
{{cquote2|Belas kasih terhadap hewan sangat erat kaitannya dengan kebaikan karakter [seseorang], dan dapat dikatakan bahwa siapa pun yang kejam kepada makhluk hidup tidak bisa menjadi manusia yang baik.|quotesource=''[[On the Basis of Morality]]'', § 19}}
{{cquote2|Asumsi bahwa hewan tidak mempunyai hak dan ilusi bahwa perlakuan kita terhadap mereka tidak memiliki signifikansi moral adalah contoh dari keburukan dan kebiadaban peradaban Barat. Belas kasih universal adalah satu-satunya dasar moralitas.|quotesource=''On the Basis of Morality'', chapter 8<ref>Quoted in {{cite book | last = Ryder | first = Richard | title = Animal Revolution: Changing Attitudes Towards Speciesism | publisher = Berg Publishers | location = Oxford | year = 2000 |isbn=978-1-85973-330-1 |page=57}}</ref>}}
Pada tahun 1841, ia memuji pendirian [[RSPCA|''Royal Society for the Prevention of Cruelty to Animals'']] di London dan ''Animals' Friends Society'' di Philadelphia. Schopenhauer juga memprotes penggunaan kata ganti "''it''" (dalam bahasa Inggris) untuk merujuk pada hewan karena hal itu menyebabkan hewan diperlakukan seolah-olah mereka tidak mempunyai kehidupan.<ref>"... in English all animals are of the neuter gender and so are represented by the pronoun 'it,' just as if they were inanimate things. The effect of this artifice is quite revolting, especially in the case of primates, such as dogs, monkeys, and the like...." ''On the Basis of Morality'', § 19.</ref> Untuk memperkuat argumennya, Schopenhauer merujuk pada laporan anekdotal tentang tatapan mata seekor monyet yang ditembak dan juga kesedihan seekor anak gajah yang ibunya mati dibunuh oleh seorang pemburu.
{{cquote2|Saya ingat pernah membaca tulisan pengalaman orang Inggris, ketika berburu di India, ia menembak seekor monyet; Ia tidak bisa melupakan tatapan wajah yang diberikan oleh hewan yang sekarat itu, dan sejak itu, ia tidak pernah lagi menembak monyet.|quotesource=''On the Basis of Morality'', § 19}}
{{cquote2|Tuan William Harris menceritakan bagaimana ia menembak gajah pertamanya, seekor gajah betina. Keesokan paginya, ia pergi mencari hewan yang mati itu; ketika semua gajah lainnya telah melarikan diri dari kawasan sekitar karena ketakutan, seekor gajah kecil tetap tinggal bersama gajah induknya yang telah mati. Melawan semua rasa takut yang dimilikinya, gajah kecil itu kemudian mendatangi para pemburu itu dengan menunjukkan kesedihan yang mendalam, dan meletakkan belalai kecilnya pada mereka, seolah-olah untuk memohon bantuan. Harris mengatakan bahwa ia kemudian merasa sangat menyesal atas perbuatannya, dan merasa seakan-akan telah melakukan pembunuhan.|quotesource=''On the Basis of Morality'', § 19}}
Schopenhauer sangat mengasihi anjing-anjing pudel peliharaannya. Ia mengkritik pandangan [[Baruch de Spinoza|Spinoza]]<ref>"His contempt for animals, who, as mere things for our use, are declared by him to be without rights, ... in conjunction with Pantheism, is at the same time absurd and abominable." ''The World as Will and Representation'', Vol. 2, Chapter 50.</ref> yang menganggap bahwa hewan hanyalah sarana yang digunakan untuk kepuasan manusia.<ref>Spinoza, ''Ethics'', Pt. IV, Prop. XXXVII, Note I.: "Still I do not deny that beasts feel: what I deny is, that we may not consult our own advantage and use them as we please, treating them in a way which best suits us; for their nature is not like ours ..." This is the exact opposite of Schopenhauer's doctrine. Also, ''Ethics'', Appendix, 26, "whatsoever there be in nature beside man, a regard for our advantage does not call on us to preserve, but to preserve or destroy according to its various capacities, and to adapt to our use as best we may."</ref><ref>"Such are the matters which I engage to prove in Prop. xviii of this Part, whereby it is plain that the law against the slaughtering of animals is founded rather on vain superstition and womanish pity than on sound reason. The rational quest of what is useful to us further teaches us the necessity of associating ourselves with our fellow-men, but not with beasts, or things, whose nature is different from our own; we have the same rights in respect to them as they have in respect to us. Nay, as everyone's right is defined by his virtue, or power, men have far greater rights over beasts than beasts have over men. Still I affirm that beasts feel. But I also affirm that we may consult our own advantage and use them as we please, treating them in the way which best suits us; for their nature is not like ours, and their emotions are naturally different from human emotions." ''Ethics'', Part 4, Prop. 37, Note 1.</ref>
|