Arthur Schopenhauer: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 103:
Berkaitan dengan pandangannya bahwa esensi kehidupan adalah penderitaan, ia menulis,
 
{{cquote2|Ini mengingatkan kita pada hal-hal yang paling penting dalam kehidupan — toleransi, kesabaran, perhatian, dan kasih terhadap sesama, yang mana setiap orang memerlukannya, dan karenanya, setiap orang berkewajiban [memberikan] kepada sesamanya."<ref>{{Cite web|last=Schopenhauer|first=Arthur|title=On the Sufferings of the World in The Essays of Arthur Schopenhauer: Studies in Pessimism|url=https://www.gutenberg.org/files/10732/10732-h/10732-h.htm#link2H_4_0002|website=Project Gutenberg|access-date=2023-09-16}}</ref>}}
 
=== Seni dan estetika ===
Baris 115:
Berbeda dengan kebanyakan filsuf, Schopenhauer menganggap cinta sebagai sesuatu yang sangat penting dan bukan terjadi karena kebetulan. Ia memahami cinta sebagai dorongan yang sangat kuat dan tidak terlihat dalam diri manusia dengan tujuan untuk menjamin kelangsungan hidup umat manusia:
 
{{cquote2|Tujuan akhir dari semua urusan percintaan... adalah lebih penting dibandingkan semua tujuan lain dalam kehidupan manusia; dan karena itu, hal ini dianggap oleh setiap orang sebagai sesuatu yang sangat serius. Apa yang dihasilkan oleh urusan percintaan tidak lain adalah untuk membentuk generasi berikutnya..."<ref>Schopenhauer, Arthur, [[:s:The World as Will and Representation/Supplements to the Fourth Book|''The World as Will and Representation'', Supplements to the Fourth Book]]</ref>}}Pemikiran Schopenhauer tentang seksualitas dikatakan telah memberikan indikasi tentang [[Evolusi|teori evolusi]], sebuah klaim yang dikonfirmasi oleh [[Charles Darwin]] dalam bukunya ''[[The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex|Descent of Man]]''.<ref>{{Cite book|last=Darwin|first=Charles|url=https://en.wikisource.org/wiki/Page%3ADescent_of_Man_1875.djvu/602|title=The Descent of Man|page=586}}</ref> Dalam hal ini, pemikiran Schopenhauer juga turut mempengaruhi konsep [[Sigmund Freud|Freud]] tentang [[libido]] dan [[Alam bawah sadar|pikiran bawah sadar]], serta [[psikologi evolusioner]] secara umum.<ref>"Nearly a century before Freud ... in Schopenhauer there is, for the first time, an explicit philosophy of the unconscious and of the body." Safranski p. 345.</ref>
 
=== Politik dan sosial ===
Baris 133:
Schopenhauer menganggap peradaban orang-orang "ras kulit putih" di Utara lebih unggul karena sensitivitas dan kreativitas mereka. Ia juga menganggap orang-orang Mesir Kuno dan Hindu Kuno setara dengan orang-orang kulit putih Eropa:
 
{{cquote2|"Peradaban dan budaya tertinggi, selain [[Sejarah agama Hindu|Hindu]] dan [[Mesir Kuno|Mesir]] kuno, hanya ditemukan di kalangan ras kulit putih. Bahkan pada banyak masyarakat berkulit gelap, kasta atau ras yang berkuasa memiliki warna kulit yang lebih cerah dibandingkan yang lain. Mereka itu jelas telah berimigrasi, misalnya, [[Brahmana|kaum Brahmana]], [[Kerajaan Inka|suku Inca]], dan para penguasa [[Polinesia|Kepulauan Laut Selatan]]. Ini semua disebabkan oleh fakta bahwa kebutuhan adalah sumber dari penemuan. Suku-suku yang lebih awal bermigrasi ke utara (dan di sana secara bertahap menjadi kulit putih) harus menggunakan semua kekuatan intelektual mereka dan menciptakan serta menyempurnakan budaya mereka dalam perjuangan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, serta dalam menghadapi berbagai bentuk kesulitan yang disebabkan oleh iklim. Hal ini harus mereka lakukan untuk mengimbangi kekejaman alam dan dari situlah muncul peradaban tinggi mereka."<ref>''Parerga and Paralipomena'', Vol. 2, "On Philosophy and Natural Science," §92, trans. Payne (p. 158-159).</ref>}}
 
Schopenhauer sangat [[Abolisionisme|menentang perbudakan]]. Tentang perlakuan terhadap budak di [[Perbudakan di Amerika Serikat|negara-negara bagian pemilik budak di Amerika Serikat]], ia mengecam keras pemilik-pemilik budak di sana, "setan-setan yang berwujud manusia, para bajingan yang fanatik, suka pergi ke gereja, dan menjalankan hari Sabat dengan ketat, terutama para pendeta Anglikan di antara mereka." Karena cara mereka "memperlakukan saudara-saudara mereka yang berkulit hitam yang tidak bersalah, dengan kekerasan dan ketidakadilan, telah membuat orang-orang itu jatuh ke dalam cakar setan mereka". Negara-negara pemilik budak di Amerika Utara, tulis Schopenhauer, adalah "aib bagi seluruh umat manusia".<ref>''Parerga and Paralipomena'', Vol. 2, "On Ethics," §114, trans. Payne (p. 212).</ref>
Baris 139:
Schopenhauer juga mempertahankan sikapnya yang [[Anti-Yudaisme|anti-Yahudi]]. Dia berpendapat bahwa agama Kristen merupakan pemberontakan terhadap apa yang dia sebut sebagai dasar materialistis Yudaisme. Ia menganggap etika Kristen mirip dengan etika India yang mencerminkan penaklukan diri spiritual [[Arya]] - [[Weda]]. Schopenhauer melihat hal ini sebagai lawan dari dorongan ketidaktahuan yang berujung pada utopianisme duniawi dan kedangkalan semangat duniawi "Yahudi":
 
{{cquote2|"Oleh karena itu, [Yudaisme] adalah agama yang paling kasar dan menyedihkan di antara semua agama; ia adalah bentuk [[teisme]] yang absurd dan memuakkan. [Dalam Yudaisme] terdapat [[Kirios|''κύριος'' ['Tuhan']]] yang telah menciptakan dunia, yang ingin disembah dan dipuja; dan yang terpenting, dia cemburu, iri pada rekan-rekannya, pada semua dewa lainnya; jika pengorbanan diberikan kepada mereka, dia akan marah dan membuat orang-orang Yahudi mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan... Sungguh menyedihkan bahwa agama ini telah menjadi dasar agama yang berlaku di Eropa; karena ini adalah agama tanpa dasar metafisika apa pun. Ketika semua agama lain berusaha untuk menjelaskan tentang simbol-simbol metafisika kehidupan, agama Yahudi tetap ada dan tidak menghasilkan apa-apa selain seruan perang melawan bangsa lain."<ref>"Fragments for the History of Philosophy", ''Parerga and Paralipomena'', Volume I, trans. Payne (p. 126).</ref>}}
 
==== Wanita ====
Baris 151:
[[Berkas:Frankfurt_Am_Main-Portraits-Arthur_Schopenhauer-1845.jpg|jmpl|Schopenhauer pada usia 58 tahun, Mei 1846]]Schopenhauer berpendapat bahwa kepribadian dan [[Intelek|kecerdasan]] adalah sesuatu yang bersifat turun temurun (genetik). Dia mengutip [[Horatius]], "Dari yang berani dan baiklah, dilahirkan orang yang berani" (''Odes'', iv, 4, 29). Secara teknis, Schopenhauer percaya bahwa seseorang mewarisi kecerdasan dari ibunya, dan karakter serta kepribadian dari ayahnya.<ref>''On the Suffering of the World'' (1970), p. 35. Penguin Books – Great Ideas.</ref> Keyakinannya terhadap sifat-sifat manusia yang bersifat genetik juga mempengaruhi pandangannya tentang [[eugenika]] atau pembiakan yang "baik". Dalam hal ini, Schopenhauer menulis:
 
{{cquote2|Dengan pengetahuan kita bahwa karakter dan kecerdasan seseorang merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah, kita dituntun pada pandangan bahwa kemajuan umat manusia yang nyata dan menyeluruh tidak dapat dicapai dari luar, melainkan dari dalam, tidak melalui teori dan pengajaran, melainkan melalui jalur perbaikan generasi. Plato mempunyai pemikiran serupa, dalam buku kelima ''Republiknya'', dia menjelaskan rencananya untuk meningkatkan dan memperbanyak kasta prajuritnya. Jika kita bisa [[Kebiri|mengebiri]] semua bajingan dan memasukkan semua orang-orang bodoh ke dalam biara, dan memberikan seluruh [[harem]] kepada laki-laki yang berbudi mulia, dan menyediakan laki-laki, dan tentu saja laki-laki yang sempurna, bagi gadis-gadis yang cerdas dan berakal budi, maka akan segera muncul generasi yang akan menghasilkan zaman yang lebih baik dibandingkan zaman [[Perikles]]."<ref>{{Cite book|last=Schopenhauer|first=Arthur|year=1969|title=The World as Will and Representation|location=New York|publisher=Dover Publications|isbn=978-0-486-21762-8|editor-last=E. F. J. Payne|volume=II|page=527}}</ref>}}
Dalam konteks yang lain, Schopenhauer menegaskan kembali tesis eugenikanya: "Jika Anda menginginkan rencana utopis, saya mengatakan: satu-satunya solusi terhadap masalah ini adalah [[despotisme]] orang-orang aristokrat sejati yang bijaksana dan mulia, bangsawan murni, yang dicapai dengan [[Kawin|mengawinkan]] sebagian besar dari mereka, pria yang murah hati dengan wanita terpintar dan paling berbakat. Proposal ini merupakan rencana utopia saya."<ref>''Essays and Aphorisms'', trans. R.J. Hollingdale, Middlesex: London, 1970, p. 154</ref> Para analis (misalnya, Keith Ansell-Pearson) menyatakan bahwa sentimen anti-[[egalitarianisme]] Schopenhauer dan dukungannya terhadap eugenika turut mempengaruhi filsafat neo-aristokrat Friedrich Nietzsche, yang menganggap Schopenhauer sebagai seorang pendidik.<ref>''Nietzsche and Modern German Thought'' by K. Ansell-Pearson – 1991 – Psychology Press.</ref>