Evi Fitriani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 76:
* menggunakan jejaring dan ICT yang optimal.<ref>{{Cite news |last=Soe |first=Della |date=20 October 2021 |title=Komitmen Bakal Calon Dekan FISIP UI: Dari Isu Akademis Hingga Kekerasan Seksual |work=Suara Mahasiswa |url=https://suaramahasiswa.com/komitmen-calon-dekan-fisip |access-date=22 March 2023}}</ref>
Evi akhirnya kalah
=== Pengukuhan sebagai guru besar ===
Evi diangkat menjadi guru besar dalam ilmu hubungan internasional pada tahun 1 Juli 2021 melalui surat keputusan dari Menteri Pendidikan, Kebudyaan, Riset, dan Teknologi.<ref name=":3" /> Ia dikukuhkan menjadi guru besar pada tanggal 16 November 2021.<ref name=":4">{{Cite news |date=16 November 2021 |title=UI Lantik Evi Fitriani Jadi Guru Besar HI |work=Tempo |url=https://inforial.tempo.co/info/1005914/ui-lantik-evi-fitriani-jadi-guru-besar-hi |access-date=22 March 2023}}</ref> Evi merupakan guru besar ilmu hubungan internasional ketiga setelah [[Juwono Sudarsono]] pada tahun 1989<ref>{{Cite book |last=Rahardjo |first=Iman Toto K. |url=https://books.google.com/books?id=tnduAAAAMAAJ |title=Bung Karno, bapakku, guruku, sahabatku, pemimpinku: kenangan 100 tahun Bung Karno |date=2001 |publisher=Gramedia Widiasarana Indonesia bekerjasama dengan Panitia Peringatan 100 Tahun Bung Karno |isbn=978-979-695-394-3 |pages=1044 |language=id}}</ref> dan Zainuddin Djafar pada tahun 2010.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=27 Oktober 2010|title=UI Kukuhkan 3 Guru Besar|url=https://edukasi.kompas.com/read/2010/07/27/20344912/~Edukasi~News|website=
Dalam pidato pengukuhannya, yang kemudian dipublikasikan sebagai artikel jurnal, Evi mendorong pengembangan paradigma non-Barat dalam ilmu hubungan internasional serta pembentukan suat
In her inaugural speech, which was later published as a [[Article (publishing)|journal article]], Evi emphasized the need for the development of a non-western perspective in international relations as well as an Indonesian [[International relations theory|school of thought]]. Evi proposed the establishment of the Depok School of International Relations, which she stated could be elaborated further through Juwono Sudarsono's idea of interconnection between the five geographical scopes: local, provincial, national, regional, and global. and three dimensions of issues: political-security, economy, and social-culture.<ref>{{Cite news |last=Trihendrawan |first=Nuriwan |date=13 November 2021 |title=Evi Fitriani Dikukuhkan Jadi Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UI |work=SindoNews |url=https://edukasi.sindonews.com/read/598673/211/evi-fitriani-dikukuhkan-jadi-guru-besar-ilmu-hubungan-internasional-ui-1636816275 |access-date=22 March 2023}}</ref>
|