[[Berkas:CHIK-World-Map-09-17-2019.jpg|riht|jmpl|200px|Peta yang menunjukan epidemiologi chikungunya (2019)]]
Penyakit ini pertama kali dicatat di [[Tanzania]], [[Afrika]] pada tahun [[1952]], kemudian di [[Uganda]] tahun [[1963]]. Di [[Indonesia]], [[Kejadian Luar Biasa|kejadian luar biasa (KLB)]] chikungunya dilaporkan pada tahun [[1982]], demam chikungunya di [[Indonesia]] dilaporkan pertama kali di [[Samarinda]] pada tahun [[1973]],<ref>[httphttps://wwwmsigbali.sapos.co.idcom/beritamengeksplorasi-jejak-sejarah-chikungunya-di-indonesia-dari-awal-hingga-klb-terbaru/index.asp?IDKategori=1&id=4829 Sejarah Chikungunya di Indonesia]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> kemudian berjangkit di [[Kuala Tungkal]], [[Martapura]], [[Ternate]], [[Yogyakarta]] (1983), [[Muara Enim]] (1999), [[Aceh]] dan [[Bogor]] (2001). Sebuah [[wabah]] chikungunya ditemukan di [[Port Klang]] di [[Malaysia]] pada tahun [[1999]], selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian luar biasa demam chikungunya terjadi di [[Muara Enim]] dan [[Aceh]]. Disusul [[Bogor]] bulan [[Oktober]]. Setahun kemudian, demam chikungunya berjangkit lagi di [[Bekasi]] ([[Jawa Barat]]), [[Purworejo]] dan [[Klaten]] (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang tahun 2001-2003 jumlah kasus chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian yang diakibatkan penyakit ini.{{Butuh rujukan}}