Chikungunya

infeksi yang disebabkan oleh virus

Chikungunya adalah penyakit infeksi sejenis demam yang disebabkan alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus.[2][5]

Chikungunya
Ruam karena chikungunya
Informasi umum
Pelafalan
SpesialisasiPenyakit infeksi
PenyebabVirus Chikungunya menular melalui gigitan nyamuk[2]
Aspek klinis
Gejala dan tandaDemam, nyeri sendi[3]
KomplikasiNyeri sendi jangka lama[3]
Awal muncul2 sampai 12 hari setelah terpapar[2]
DurasiBiasanya kurang dari seminggu[3]
DiagnosisPemeriksaan darah untuk mencari RNA virus atau antibodi[2]
Kondisi serupaDemam dengue, Demam Zika[2]
Tata laksana
PencegahanPengendalian nyamuk, menjauhi gigitan[4]
PerawatanPenanganan suportif[2]
PrognosisRisiko kematian ~ 1 dalam 1.000[4]
Prevalensi> 1 juta (2014)[2]
Virus chikungunya
Klasifikasi virus
Grup:
Grup IV ((+)ssRNA)
Famili:
Genus:
Spesies:
Chikungunya virus

Definisi sunting

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berdasarkan gejala pada penderita yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, ini mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain kasus demam berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat direpotkan pula dengan kasus chikungunya.[2]

Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat celsius, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit fotofobia.[2]

Penyebab sunting

 
Aedes aegypti merupakan penyebab chikungunya.

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti.[2] Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih "bersaudara" dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan. Penyakit chikungunya disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya. Virus ini masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus.[3]

Gejala sunting

Gejala utama terkena penyakit chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menyebutnya sebagai demam tulang atau flu tulang. Gejala-gejalanya memang mirip dengan infeksi virus dengue dengan sedikit perbedaan pada hal-hal tertentu.[3]

Virus ini dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, antara lain Aedes aegypti dan Aedes albopictus. virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini akan berkembang biak di dalam tubuh manusia. virus menyerang semua lapisan usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu.[3]

Sering dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada chikungunya tidak terdapat perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.[4]

Chikungunya di Indonesia sunting

 
Peta yang menunjukan epidemiologi chikungunya (2019)

Penyakit ini pertama kali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB) chikungunya dilaporkan pada tahun 1982, demam chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973,[6] kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor (2001). Sebuah wabah chikungunya ditemukan di Port Klang di Malaysia pada tahun 1999, selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian luar biasa demam chikungunya terjadi di Muara Enim dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang tahun 2001-2003 jumlah kasus chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian yang diakibatkan penyakit ini.[butuh rujukan]

Senjata biologis sunting

Chikungunya merupakan salah satu dari sekian banyak calon senjata biologis yang diriset oleh pemerintah Amerika Serikat sebelum mereka menghentikan program tersebut.[7]

Referensi sunting

  1. ^ "chikungunya". Oxford Learner's Dictionary. Oxford University Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 November 2014. Diakses tanggal 22 June 2020. 
  2. ^ a b c d e f g h i j "Chikungunya Fact sheet". WHO. April 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 September 2016. Diakses tanggal 26 September 2016. 
  3. ^ a b c d e f "Chikungunya Virus Symptoms, Diagnosis, & Treatment". CDC. 6 April 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 September 2016. Diakses tanggal 26 September 2016. 
  4. ^ a b c Caglioti C, Lalle E, Castilletti C, Carletti F, Capobianchi MR, Bordi L (July 2013). "Chikungunya virus infection: an overview". The New Microbiologica. 36 (3): 211–27. PMID 23912863. 
  5. ^ van Aalst M, Nelen CM, Goorhuis A, Stijnis C, Grobusch MP (January 2017). "Long-term sequelae of chikungunya virus disease: A systematic review". Travel Medicine and Infectious Disease. 15: 8–22. doi:10.1016/j.tmaid.2017.01.004. PMID 28163198. 
  6. ^ Sejarah Chikungunya di Indonesia
  7. ^ "Chemical and Biological Weapons: Possession and Programs Past and Present", James Martin Center for Nonproliferation Studies, Middlebury College, April 9, 2002, accessed November 14, 2008.

Pranala luar sunting

Klasifikasi
Sumber luar