Masalah kejahatan (filsafat): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 24:
=== Masalah logis kejahatan ===
[[Berkas:Epikouros_BM_1843.jpg|ka|jmpl|Pernyataan paling awal mengenai masalah kejahatan sering dikaitkan dengan Epikuros, tetapi hal ini masih tidak pasti.]]
Masalah kejahatan kemungkinan besar pertama kali diajukan oleh filsuf Yunani [[Epikuros]] (341–270 SM).<ref>The formulation may have been wrongly attributed to Epicurus by Lactantius, who, from his Christian perspective, regarded Epicurus as an [[atheist]]. According to Mark Joseph Larrimore, (2001), ''The Problem of Evil'', pp. xix–xxi. Wiley-Blackwell. According to [[Reinhold F. Glei]], it is settled that the argument of theodicy is from an academical source which is not only not epicurean, but even anti-epicurean. Reinhold F. Glei, ''Et invidus et inbecillus. Das angebliche Epikurfragment bei Laktanz, De ira dei 13, 20–21'', in: ''Vigiliae Christianae'' 42 (1988), pp. 47–58</ref> Hume merangkum masalah kejahatan versi Epicurus sebagai berikut: “Apakah Tuhan berkehendak mencegah kejahatan, tetapi tidak mampu? Jika demikian, maka iaIa tidaklah mahaMaha kuasaKuasa. Apakah iaIa mampu untuk mencegah kejahatan, tetapi tidak berkehendak? Jika demikian, maka iaIa mempunyai niat jahat. Apakah iaIa mampu dan berkehendak untuk mencegah kejahatan? Jika demikian, maka dari mana datangnya kejahatan?"<ref>{{Cite book|last=Hickson|first=Michael W.|date=2014|title=The Blackwell Companion to The Problem of Evil|location=Hoboken, New Jersey|publisher=Wiley-Blackwell|isbn=978-1-118-60797-8|editor-last=McBrayer|editor-first=Justin P.|pages=6–7|chapter=A Brief History of Problems of Evil|editor-last2=Howard-Snyder|editor-first2=Daniel|chapter-url=https://books.google.com/books?id=J0ScAgAAQBAJ&pg=PT26}}</ref>
 
Argumen dari masalah logis kejahatan adalah sebagai berikut:
<blockquote>
P1. Jika Tuhan [[Kemahakuasaan|yang mahakuasaMaha Kuasa]], [[Kemahabaikan|maha baikMaha hatiBaik]], dan [[Kemahatahuan|mahaMaha tahuTahu]] itu ada, maka kejahatan itu tidak ada.
 
P2. Terdapat kejahatan di dunia.
 
C1. Oleh karena itu, Tuhan yang mahakuasa,Maha mahaKuasa, baikMaha hatiBaik, dan mahaMaha tahuTahu itu tidak ada.
</blockquote>
Argumen ini berbentuk ''[[modus tollens]]'': Jika premis (P1) benar, maka kesimpulan (C1) adalah benar. Untuk menunjukkan bahwa premis pertama masuk akal, versi selanjutnya memperluas premis tersebut, seperti contoh yang lebih modern ini:<ref name="IepEvidential6">The Internet Encyclopedia of Philosophy, "[https://www.iep.utm.edu/e/evil-evi.htm The Evidential Problem of Evil]", Nick Trakakis</ref>