Kota Binjai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membatalkan 1 suntingan oleh Pieselection77 (bicara) ke revisi terakhir oleh RaFaDa20631(Tw)
Tag: Pembatalan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
k {{lang-bbc|parlanja sira}}
Baris 54:
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee te Bindjai TMnr 60046943.jpg|jmpl|250px|Masjid di Binjai (1890-1894)]]
Dalam versi lain yang merujuk dari beberapa referensi, asal-muasal kata "Binjai" merupakan kata baku dari istilah "Binjéi" yang merupakan makna dari kata "ben" dan "i-jéi" yang dalam bahasa Karo artinya "bermalam di sini". Pengertian ini dipercaya oleh sebagian masyarakat asli kota Binjai, khususnya etnis Karo. Hal ini berdasarkan fakta sejarah bahwa pada masa dahulu kala, kota Binjai merupakan perkampungan yang berada di jalur yang digunakan oleh "Perlanjapemikul Sira"garam yang({{lang-btx|''perlanja dalamsira''}}), istilah Karo merupakanyaitu pedagang yang membawa barang dagangan dari dataran tinggi Karo dan menukarnya (barter) dengan pedagang garam di daerah pesisir Langkat.
 
Perjalanan yang ditempuh ''Perlanjaperlanja Sirasira'' ini hanya dengan berjalan kaki menembus hutan belantara menyusuri jalur tepi sungai dari dataran tinggi Karo ke pesisir Langkat dan tidak dapat ditempuh dalam waktu satu atau dua hari, sehingga selalu bermalam di tempat yang sama, begitu juga sebaliknya, kembali dari dataran rendah Karo yaitu pesisir Langkat, Para ''perlanja sira'' ini kembali bermalam di tempat yang sama pula, selanjutnya seiring waktu menjadi sebuah perkampungan yang mereka namai dengan "Kuta Benjéi".
 
=== Masa Pendudukan Belanda ===